Bantu promosikan cerita saya juga di sosmed kalian ya ☺️
SELAMAT MEMBACA❤️Bumi, 16 Agustus 2022. 18.42
♡•♡•♡
"Udah pulang?" Tanya Aiden menghentikan langkah Aksara.
"Udah pa. Papa nggak ke kantor?" Aksara mendekat, merebahkan tubuhnya di samping Aiden.
"Habis bantuin Om Marvin beres beres rumah, nanti malam ke rumah Om Marvin bareng sama anak anak ya? Deo juga udah di kasih tau," ujar Aiden.
"Emang ada acara apa, Pa?" Tanya Aksa.
"Nggak papa, kita kumpul kumpul santai aja. Lagian Om Varo juga lagi di rumah, jarang kan dia ngumpul sama anak anak Alaskar yang sekarang?"
"Iya pa. Emm, Iris belum pulang?" Tanya Aksa khawatir.
Aiden menutup laptopnya, ditatapnya putra sulungnya itu, "Nggak usah khawatir, Sa. Iris nggak sendiri, selalu ada anak buah papa di belakang dia," ujar Aiden menenangkan.
"Aksa khawatir pa. Iris Emang punya banyak temen cowok, tapi Rain itu, Aksa liat ada sebuah rasa yang diselipkan Iris pada Rain. Dari sorot matanya aja keliatan pa."
"Papa malah seneng Sa. Iris itu emang periang, tapi papa tau dia kesepian, meskipun ada Alaskar yang selalu jadi rumahnya. Setidaknya dia belajar membuka hati buat orang lain. Liat dirimu sendiri, kamu itu dulu begitu keras dan pendiam, tapi semenjak kenal Melody, kehidupan kamu berubah kan?"
Aksa terdiam, memang cinta itu kadang memberi pelangi dan hujannya secara bersamaan. Kehidupan Aksa dulu begitu suram, tapi semenjak mengenal Melody, ia belajar mengekspresikan apa yang dia rasakan.
"Aksa tau, Pa. Semoga Iris nggak jatuh cinta sama orang yang salah, sama kayak Aksa yang terlanjur jatuh sama Melody yang berbeda agama."
●▪︎●▪︎●
Semburat jingga dan semilir angin kota Jakarta mengiringi senyuman yang merekah seorang Airis. Dirinya, seperti menemukan sebuah kehidupan baru semenjak bertemu Rain. Menemukan sebuah rasa unik yang sulit untuk dijabarkan. Memang cinta itu aneh, bagi sebagian orang yang belum pernah merasakannya.
Mereka berkendara diantara orang orang yang pulang bekerja, diantara orang orang yang lelah dengan dunia yang monoton ini, bangun, bekerja lalu tidur lagi. Datar, kadang seseorang juga butuh sedikit cinta agar hatinya tak membeku.
"Tahu nggak Ris, kenapa matahari meninggalkan sesuatu yang indah sebelum menghilang?" Tanya Rain, suaranya hilang ditelan gemuruh kendaraan lain yang memadati jalanan.
"Agar orang orang berkenalan dengan senja mungkin."
Rain menggeleng, "agar kepergiannya bisa dikenang dengan baik, Ris."
Iris tertegun, Rain benar. "Senja itu selalu mengingatkan papa dengan Mama, senja terakhir yang membawa mama pergi, andaikan waktu bisa diputar El, papa nggak mungkin membiarkan matahari tenggelam cepat di sore itu."
"Kalau boleh tau, Mama lo meninggal karna apa, Ris?"
Iris menghela nafasnya sebentar, perasaannya terlalu sensitif jika sedang membahas Mamanya.
"Mama meninggal tepat setelah gue dan Aksara lahir, Rain. Kata Papa, sebelum Mama nggak ada, ada orang yang dengan sengaja nabrak Mama sampai Mama kritis," jelas Iris, tak terasa bulir bening dari matanya mengalir begitu saja.
Rain yang mendengar isakan perempuan dibelakangnya langsung menarik Iris, ia mengusap punggung tangan wanita itu pelan. Sementara Iris, dia memeluk Rain dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNIDADE [END]
Teen Fiction"Ketemu kamu adalah salah satu momen sial dalam hidup aku, El." [SEQUEL AIDEN || BISA DI BACA TERPISAH] FOLLOW SEBELUM MEMBACA! - TERBIT- -SERIES ALASKAR 2- "Ketika lo mengenal Raino Elgarra lebih dalam, gue nggak tahu seberapa besar rasa benci yan...