24. Sakit yang tergantung pada luka

1.3K 128 0
                                    

Bantu promosikan cerita saya juga di sosmed kalian ya ☺️
SELAMAT MEMBACA ❤️

Bumi, 27 Agustus 2022. 19.35

♡•♡•♡

Siang ini, Rey dan Darel menemani Iris yang sedari tadi hanya merengek ingin makan Es Krim.

Rain sedang keluar kota bersama Mamanya, sedangkan Aksa sibuk mengerjakan beberapa pekerjaan di kantor milik Aiden.

"Rey, mau es krim!" Bibir Iris mengerucut sebal.

"Iya sabar Iris bentar lagi ya," Darel berusaha menenangkan.

Rey yang masih fokus membantu Darel menyusun proposal beralih menatap Iris, " lima menit lagi ya Ris?"

Iris mencebik, tak tega juga kalau dia menganggu pekerjaan Rey dan Darel.

Tiba-tiba saja nyeri perut yang ia alami beberapa hari ini kambuh lagi. Fokus Rey pecah saat tak mendengar Iris yang mengomel.

Rey melihat Iris yang bersandar di kursi panjang dengan tatapan sayu, "lagi dapet tamu bulanan Ris?" Tanyanya tatkala melihat Iris yang terus memegangi perutnya sambil meringis kesakitan.

"Nggak," jawab Iris lemas, bibirnya juga kembali pucat.

"Mau gue ambilin makan?" Tawar Darel.

Iris menggeleng lemah, "Gue pengen tidur Rel."

"Yaudah tidur di kamar gue aja Ris, ntar gue bangunin kalau Rey mau pulang," ujar Darel kembali.

Brugh!

Rey dan Darel terpekik kaget saat tubuh Iris jatuh mengenaskan di lantai.

"Anjir si Iris kenapa woy!" Panik Darel.

"Bawa mobil gue, kita bawa Iris ke rumah sakit," Rey melempar kunci mobilnya kepada Darel lalu menggendong tubuh Iris ala bridal style sambil terus berusaha membangunkan Iris.

●▪︎●▪︎●

Mereka berlari sepanjang koridor rumah sakit dengan panik.

"Mas, mbaknya taruh sini aja," suruh seorang perawat perempuan.

"Tidak usah, saya masih kuat membawa Iris sendiri," tolak Rey.

Brak!

Pintu UGD menjadi sasaran tendangan Rey. Dokter dengan nametag Susan itu pun terkejut.

"Tolong tangani adik saya Dok," pinta Rey.

"Silahkan keluar dulu Mas, akan saya periksa," Dokter Susan mempersilahkan Rey dan Darel untuk keluar.

"Tapi-"

"Udah Rey, Iris nggak papa, Dokter bakal periksa dia," Darel menyekat ucapan Rey sebelum lelaki itu membantah.

Mereka mondar-mandir di depan UGD dengan perasaan tak tenang. Darel berusaha menelfon Aiden dan Aksa, tapi tak ada satupun kontak mereka yang aktif. Rain juga, nampaknya lelaki itu juga hobi menghilang ketika dibutuhkan.

"Dengan keluarga atas nama Airis?" Perawat dari ruangan tempat Iris berada keluar.

"Saya dok, saya kakaknya."

"Baik Mas, silahkan masuk."

Ruangan serba dominan putih dengan bau obat-obatan yang kental menjadi tempat Iris beristirahat. Dilihatnya tubuh Iris yang masih tepejam cantik di atas brankar, hati Rey terasa sakit.

"Dengan wali Airis?" Tanya Dokter Susan.

"Iya dok, saya sendiri."

"Saya perlu berbicara dengan kalian."

ETERNIDADE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang