17. Senin panjang yang telah dilewati

1.4K 128 3
                                    

Bantu promosikan cerita saya juga di sosmed kalian ya ☺️
SELAMAT MEMBACA ❤️

Bumi, 21 Agustus. 15.24

♡•♡•♡

Senin, hari terhoror bagi seluruh siswa SMABA. Hari pagi yang cerah mereka habiskan untuk menyapa sinar matahari dengan berjemur di lapangan, ya, tentu saja Upacara dan mapel Matematika dengan guru killernya.

Kebetulan,saat upacara kelas Rain dan Iris bersebelahan, sehingga perempuan itu tidak banyak mengeluh hari ini. Tapi ada sesuatu yang hilang sepertinya, tentu saja inti ALASKAR. Mereka tak menampakkan batang hidungnya pagi ini.

Iris dan Paula berdiri di di barisan belakang, kening perempuan itu sudah banyak mengeluarkan bulir keringat. Sesekali ia menutupi wajahnya dengan tangan supaya sinar matahari tak langsung menerpa wajahnya, meskipun memakai topi, tapi sang matahari mungkin terlalu bahagia hari ini hingga cuaca terlalu terik.

"Pau, panas banget, pusing gue," keluh Iris.

Paula pun menoleh, benar saja, bibir perempuan itu kembali pucat sama seperti saat olahraga kemarin. Paula perhatikan, Iris banyak diam beberapa hari ini, tidak banyak bertingkah dan sering mengeluh sakit perut.

"Ke UKS aja ya? Ck, kembaran lo nggak ada lagi," gerutu Paula, dia bingung harus minta tolong ke siapa, padahal ada tim PMR yang siap menolong kapan saja.

Iris menggeleng pelan, matanya semakin sayu.

"Ris, gue an-" BRUKK!

Tubuh Iris tumbang sebelum Paula menyelesaikan kalimatnya.

"Kak, ada yang pingsan!" Nawa memanggil salah satu PMR yang ada di belakang mereka.

Rain yang masih khikmat mengikuti rangkaian upacarapun menoleh, ia terkejut, ternyata siswa yang pingsan itu adalah Iris.

Segera ia berlari dan menyingkirkan para PMR yang mengerubungi Iris, ia angkat tubuh mungil itu lalu setengah berlari menuju UKS. Sedangkan Paula mengekorinya di belakang.

"Biar saya saja," kata Rain kepada mereka.

"Rain titip Iris ya? Gue cari Aksa dulu," ujar Paula yang mendapat anggukan kecil dari Rain.

"Dokter, ada yang pingsan!" Seru Rain. Dokter dengan nametag bernama Amelia Bernanda itu langsung membuka pintu UKS lalu menyuruh Rain membaringkan Iris di atas brankar.

"Tolong keluar dulu ya, nanti saya panggil lagi," kata Dokter Amel.

Rain pun menurut, ia mondar mandir tak jelas menunggu hasil pemeriksaan Iris di dalam.

"Semoga Iris nggak papa."

●▪︎●▪︎●

"Mana sih, si Aksa galak, kembarannya lagi pingsan juga pakek acara ngilang," gerutu Paula. Dirinya kini tengah berjalan menuju WAJAN untuk mencari pentolan SMABA yang tampan nan sinting itu.

"WOI AKSA!" Seru Paula dari depan Kantin membuat Deo menutup telinganya rapat rapat.

"Suara lo kek tokek kejepit tau nggak, Pau!" Ejek Deo.

Paula berdecak pelan, kali ini dia tidak punya waktu untuk meladeni Deodoran si dora dungu.

"Iris pingsan Sa, lo sih nggak ada jadi dia udah dibawa sama Rain," ujar Paula.

Uhuk!

Rey yang tengah santai menikmati kopinya pun tersedak, langsung saja mereka bergegas menuju UKS untuk memastikan perempuan itu baik baik saja.

ETERNIDADE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang