Hai-hai ....
*
*
*"Lo cuma baca pesan gue?" Alif merubah posisinya dari miring menjadi merebah, terlentang lebar ke dua tangan dan kakinya. Lesu, memandang langit-langit kamar.
Sejak semalam, tidak ada namanya tidur dengan tenang. Puluhan kali Alif terbangun hanya untuk mengecek ponsel. Puluhan kali ia mengirim pesan yang sama, meminta Hanna untuk pulang. Dan puluhan kali juga, Alif melihat tanda centang di pesan itu berubah warna. Jadi bukan hanya dia, tapi Hanna juga tidak bisa tidur, sama sepertinya.
"Apa perlu gue lacak lokasinya. Tapi, kalo dia tambah marah gimana?"
Alif mengacak rambutnya frustasi, kelabakan sendiri. "Kenapa jadi gini perasaan gue. Bukannya harusnya gue seneng. Tapi kenapa malah jadi sesek. Hampa banget ini rumah!" gerutunya sambil memukuli dadanya.
"Tau ah, yang jelas gue harus bawa Hanna balik!" Alif beranjak dari kasur. Begitu keluar kamar, tidak ada wewangian masakan yang terbiasa ia cium beberapa waktu belakangan. Tidak ada bunyi perabotan yang biasanya Hanna cuci. Dan saat sampai pada ujung tangga, tidak ada yang menyapanya dengan senyum lantas bertanya apakah ia sudah sholat atau belum.
Alif menghela napas, terus berjalan menuju meja makan. "Nggak ada Hanna, gimana mau ada makanan," ucapnya saat mengangkat tudung saji yang kini sudah ia taruh kembali.
Perutnya yang keroncongan membawanya bergerak. Hari ini ia terpaksa sarapan mie instan. Masak sendiri, dan nantinya ia juga harus makan sendiri lantas mencuci mangkok kotornya sendiri.
Mie instan tanpa toping apapun. Hambar. Sama seperti keadaan Alif sekarang.
Hanna
Lo jadi istri tega banget sih, Na
Masa suami lo sarapan pake mie doang
Masak sendiri pulaAyo pulang!
Bikinin gue sarapan yang enak!Lagi-lagi pesan Alif hanya dibaca. Lelaki itu mendengkus kesal, berjalan kembali untuk mencuci piring.
Ditengah lemasnya tangan meremas sponge, ponsel Alif tiba-tiba bergetar, tanda bahwa ada sebuah pesan yang masuk. Ia buru-buru membasuh tangannya dengan air, mengelapnya dengan kaos yang ia pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOSPHENES (END)
Spiritual"Gue, jatuh cinta sama lo? Mustahil!!" --Alif Jenggala Putra "Saya serahkan rumah tangga kita sama kamu. Kamu kepala rumah tangganya, kamu juga yang menentukan kita akan berakhir menjadi seperti apa." --Hanna An Nazwa. "Saya menyesal." --Alif Jengga...