21. Memilih Dia

4.5K 332 44
                                    

Hai.... balik lagi
Ramein ya😉

 balik lagiRamein ya😉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Tetap bersama atau berpisah, saya akan menerimanya dengan lapang," pasrah Hanna dalam tangis yang menderas.

Hanna mengambil bantal serta ponselnya. Ingin segera keluar dari kamar namun tangannya ditahan oleh Alif. "Mau ke mana, Na?" tanya Alif, melembut. Tiba-tiba datang rasa takut akan ditinggalkan lagi olehnya.

"Saya tidak bisa tidur dengan laki-laki yang selalu menyalahkan orang lain atas kesalahannya sendiri!" seru Hanna, menepis kasar tangan Alif.

Tangan dingin nan gemetar milik Hanna membuat gundah Alif semakin menjadi. Belum lagi tatapan nyalang yang diberikan wanita itu. Seperti ada amarah yang ditahan yang menjadikan Alif bingung serta takut. Belum pernah ia merasa seburuk ini selama hidupnya.

Untuk yang kesekian kalinya dia merasa bersalah karena sudah membentak istrinya itu. Dan rasa bersalah kali ini menghadirkan tanya sebab ia tidak pernah melihat Hanna dengan mata yang bukan hanya marah, namun ada sepercik benci yang ditangkapnya sebelum wanita itu pergi.

Alif duduk di tepian ranjang, meremas kepalanya yang sudah berat dengan beribu tanya. Berpisah. Akan menerimanya dengan lapang. Sungguh, Alif membenci kata itu sekarang. Dia benci Hanna mengucapkan kata yang bahkan dulu selalu ia lontarkan tanpa beban. Dia menyesal karena tersulut amarahnya sendiri.

Benci itu semakin mencuat, kala kontak dengan nama Hanan2 di mana itu adalah milik Calista terus menghubunginya. Mengirim pesan begitu banyak.

"Inikah jawabannya?" lirih Alif, terus menatap layar ponsel yang tidak kunjung reda notifikasinya.

Jawaban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jawaban. Kata yang terus mengganggu hati dan pikiran Alif sampai ia bahkan tidak tidur akhirnya menemukan titik terangnya. Jam tiga pagi ini, dengan mata yang terbuka sempurna dan kesadaran penuh, ia memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Calista saja.

Ia baru menyadari, rasa cinta untuk Calista yang hampir dua bulan ini ia rasakan nyatanya bukanlah rasa cinta yang sama seperti dulu. Lebih tepatnya, itu hanyalah rasa penasaran yang tersisa setelah ia ditinggalkan begitu saja tanpa kabar. Bahkan Alif sekarang menyesal karena tidak sadar sedari awal. Alif memang bodoh, bisa-bisanya dia masih membahas cinta padalah Calista dulu berselingkuh di belakangnya.

PHOSPHENES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang