27. Tuhan Tidak Adil

3.3K 288 43
                                    

Selamat malam sabtu Rayflo...
Gerimis gini enaknya tarik selimut sambil baca part baru PHOSPHENES.
Ramein ya🥰🤩

*
*
*

Alif menarik kedua ujung kemeja putih yang ia masukan ke dalam celana, merapikan. Kedua sudut bibirnya juga ikut ditarik, ingin menciptakan kesan ramah. Sesuai kesepakatan dengan Gama kemaren, dia bisa langsung kerja malam ini tanpa melakukan interview apapun. Itu karena tempat kerjanya adalah sebuah cafe, yang malam ini akan melangsungkan acara grand opening. Alif hanya dibutuhkan untuk menjadi pegawai tambahan karena tamu yang datang nanti ditakutkan melebihi kapasitas.

Melangkah dengan bangga karena ini adalah kali pertamanya bekerja untuk orang lain, Alif justru dikejutkan dengan keadaan cafe tersebut. Desain gedung sampai interior nya sama dengan milik coffe shop nya sebelum akhirnya diganti. Lebih mengejutkan lagi, tulisan dengan lampu berwarna warni yang mengitari kumpulan huruf itu, terbaca sama dengan nama rencana coffe shop nya 'KopiKu'. Begitu pula dengan nama menu-menu yang ada di belakang meja barista.

"Al, sampai juga lo, buruan ke meja barista sana. Udah ditungguin," celetuk Gama, menepuk bahu, mengagetkannya.

"Gam, yang ngasih tau lo tentang kerjaan ini siapa?" tanya Alif, tanpa ekspresi, membuat Gama bingung.

"Saga. Tapi lo jangan bilang kalau gue udah kasih tau. Soalnya kemaren Saga juga nyuruh gue buat diem. Katanya biar lo nggak ngerasa hutang budi. Emang kenapa?"

"Lo, lo kenapa bisa di sini?"

"Gue diundang di grand openingnya. Katanya ini coffe shop nya punya keluarga Saga. Tumben-tumbenan tuh bocah."

"Sialan!" geram Alif. Dia hendak pergi kembali, namun sebuah tangan sudah lebih dulu menepuk bahunya. Tangan berurat milik Saga menyapa, disertai dengan senyum angkuh yang terukir dari wajah lelaki itu.

"Mau ke mana lo. Gih, kerja buruan," ucap Saga, mengangkat dagu menyuruh seorang karyawan yang membawa nampan berisi minuman memberikan nampan tersebut pada Alif, "bagiin sama tamu-tamu coffe shop gue!!" titahnya.

"Loh?!" kaget Gama. Milik Saga? Kemaren ia bilang kalau coffe shop itu milik salah satu kerabatnya.

Alif mengeratkan gigi, napasnya naik turun dengan tatapan nyalang pada lelaki yang terus menatapnya dengan tatapan hina.

"Sayang, sini. Acaranya bentar lagi dimulai!!" pekik Saga. Muncul dari balik sebuah ruangan Calista yang menggandeng anak laki-laki berusia lima tahun.

"Hai, Gam, Al," sapa Calista.

"Ini, ini gimana maksudnya?!" tanya Gama semakin bingung.

Cengkraman kuat pada nampan membuat satu gelas minuman tidak sengaja bergoyang dan terjatuh. Isinya tumpah mengenai sepatu anak kecil tersebut.

PHOSPHENES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang