Malam Replo...
PHOSPHENES balik lagi, ramein dengan voment kalian ya🙆♀️🖤*
*
*"Geser kiri dikit."
"Ke kanan dikit."
"Aduh kelewatan. Kiri lagi dikit."
"Aishhh. Bisa nggak sih lo, Nan. Masang ginian doang kagak bener!!"
"Nah...."
Hanan meremas tangannya di depan Alif. Napasnya naik turun diserta dahi yang berkerut. "Udah, lo aja sono yang pasang semuanya. Dari tadi salah terus perasaan!!!"
"Ya emang salah!!" erang Alif.
"Salah di mananya. Gue dari awal udah bener taruh sini. Terus lo suruh geser. Habis itu geser lagi. Ujung-ujungnya di tempat yang pertama juga. Kesel gue sama, lo!!!" pekik Hanan.
"Beda, Nan... beda!!"
"Kalian kenapa ribut. Memang kalau itu semua sudah terpasang, Hanna nggak bakal ganti posisinya lagi. Kalian udah konfirmasi belum?" Thalia yang datang dengan nampan berisi minuman terkekeh geli. Sudah seharian ini, Alif, Hanan dan Gama menghias kamar yang akan ditempati Sabina dan Sabana.
Seminggu telah berlalu semenjak mereka lahir. Kondisi mereka selalu baik-baik saja dan terbilang lebih dari kuat. Namun yang menjadi kendala kepulangan mereka justru kondisi Hanna. Dia harus disiapkan dan disehatkan mentalnya lebih dulu terlepas dari kondisinya yang memang stabil-stabil saja. Ada sedih setiap kali mengingat Abim, namun wanita itu sangat pintar mengola emosinya hingga sedih itu berubah menjadi keikhlasan dengan cepat.
Justru yang sedikit murung malah Thalia. Bagaimana tidak, setelah tujuh bulan rumahnya kembali ramai, kini rumah itu akan kembali sepi. Bahkan lebih sepi karena Hanna tidak mau tinggal di sana. Menantunya itu memilih kembali ke rumahnya sendiri agar bisa tinggal bersama Ayahnya. Jadi mau tidak mau dia harus bolak-balik dan melewati malam dengan ingatan yang berputar pada mendiang putranya. Karena sampai kapanpun, Abim akan terus berada di hati dan pikiran Thalia.
"Tau tuh, Tan. Padahal belum jelas Sabi sama Saba bakal pisah kamar sama Hanna apa enggak." sela Gama mengambil air yang dibawa Thalia. Selain lelah membantu, dia juga lelah mendengar ocehan Alif yang tidak ada habisnya.
"Kata Hanan pisah." seloroh Alif menunjuk Hanan, tidak yakin.
"Gue nggak ada bilang gitu, ya. Gue jawab mungkin. Gue bahkan nyuruh lo buat nanya sendiri!" elak Hanan tidak mau dituduh.
"Hanna emang mau pisah. Tapi nanti. Sekarang, sih, penginnya beda ranjang aja. Kemaren Papah sempet kasih saran supaya temboknya dijebol, dibikin pintu yang tutupnya tirai. Jadi biar tetep lega gitu kalau dua kamar jadi satu," jelas Darka. Dia datang dengan kantung plastik berisi makanan ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOSPHENES (END)
Spiritual"Gue, jatuh cinta sama lo? Mustahil!!" --Alif Jenggala Putra "Saya serahkan rumah tangga kita sama kamu. Kamu kepala rumah tangganya, kamu juga yang menentukan kita akan berakhir menjadi seperti apa." --Hanna An Nazwa. "Saya menyesal." --Alif Jengga...