40. Bayi tabung

3.5K 257 73
                                    

Selamat malam senin Replo... PHOSPHENES balik lagi, semoga nggak bikin emosi ya... 😂

Jangan lupa, ramein dengan voment kalian...

Jangan lupa, ramein dengan voment kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*
*

"Satu... dua... tiga... cheese...." Bunyi cekrek terdengar. Sepuluh orang yang baru saja melakukan pose dua jari dengan senyum yang terlihat giginya itu akhirnya bubar. Si pembidik juga sama, menyerahkan kamera yang ia gunakan pada salah satu diantara sepuluh orang itu.

"Nggak mau ikut pulang?" tanya seseorang, menepuk bahu Alif yang tengah tersenyum sendiri karena hasil jepretannya dipuji bagus.

"Belum, Tadz. Masih betah," jawab Alif.

"Pulang juga nggak bakal ke rumah, Tadz," sela satu orang lainnya, datang memberikan Alif sebotol air mineral. Dia Hamdi, teman relawan Alif.

"Astaghfirulloh, lantas ke mana?!" kaget Ustadz Zafi, pemilik yayasan amal di mana Alif menjadi sukarelawan. Lelaki itu kaget karena di setiap Alif melakukan kegiatan di luar atau bahkan dalam pulau, dia akan meminta ijin pulang selama tiga atau lima hari.

"Ada masalah keluarga, Al? Kalau iya, pantas saja kamu selalu kembali dengan cepat."

Alif menyenggol lengan Hamdi. Kenapa pula dia harus memberi tahu kepada Ustadz Zafi. Dan kenapa pula dia meminta tolong pada Hamdi untuk tinggal di kosnya ketika ijinnya diberikan. Padahal Alif tau, Hamdi sedikit ceroboh dengan ucapannya.

"Al, pulang. Kasian orang tua kamu. Kalau kamu yang salah, minta maaf. Buang gengsinya. Kalau mereka yang salah, maafkan. Biar gimanapun, mereka itu orang tua kamu. Urusan balas membalas biar jadi urusan Tuhan. Selama kita adalah anak, tugas kita, ya, berbakti pada mereka."

"Jangan perpanjang urusan sakit hatinya. Kalau salah sama Allah, kita taubat, insyaAllah, Allah maafkan. Tapi kalau salah sama manusia, sebelum maafnya diberikan, jalan si pelaku ini bakal sulit. Karena itu bukan urusan Allah."

"Siapapun yang salah, mau kamu atau orang tua kamu, semoga Allah segera lunakkan hatinya, biar sama-sama lapang, biar sama-sama enak. Biar sama-sama lancar jalannya. Aamiin."

Ustadz Zafi kembali menepuk bahu Alif. "Wis, sedikit saja saya bicara. Kamu pasti paham maksudnya. Kalau mau pulang, minggu depan ada rombongan kedua yang pulang. Kalau nggak, satu bulan lagi baru ada. Pikirkan baik-baik." ucapnya lantas berlalu pergi.

"Tuh, dengerin. Terpaksa saya bongkar. Habisan kamu saya nasehatin nggak mempan. Inget, Al, biar bagaimanapun, mereka orang tua kamu." sela Hamdi ikut menepuk bahu Alif.

"Sok tau kamu, air ham-ham!!" balas Alif menjitak pelan kepala Hamdi.

"Yo saya mah tau. Apa, sih, yang nggak saya tahu. Wong kamu sama saya sudah bareng-bareng dua tahun lamanya."

PHOSPHENES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang