Sore RayFlo... PHOSPHENES balik lagi, ramein dengan voment kalian, ya🙆♀️🖤
*
*
*Perpisahan yang bahagia pun akan tetap membawa kesedihan. Senyum lega pun akan tetap membawa duka. Dan kesendiran akan mengingatkan pada kenangan yang mungkin tak seberapa adanya.
"Dengan ini pengadilan tinggi agama menyatakan persetujuan atas perkara perdata cerai gugat register nomor kosong dua dua satu garis miring dua ribu dua puluh dua garis miring PA atas nama penggugat Hanna An Nazwa kepada tergugat Alif Jenggala Putra."
"Kepada pihak yang merasa tidak puas atas keputusan ini dipersilahkan mengajukan banding dalam tempo empat belas hari. Kamis, dua puluh tujuh oktober, sidang dinyatakan ditutup dan selesai dengan mengucap Alhamdu lillahi rabbil allamin."
Suara tiga kali ketukan palu masih terasa lantang di telinga. Alif yang hanya mengintip dari balik celah pintu tak bisa lagi menahan tangisnya. Sebelum kehadirannya di sana diketahui, ia berlari menuju mobil. Menghapus jejak air matanya dan mengukir sebilah senyum untuk menyambut Hanna yang penuh haru.
Hanya ada senyum kaku sekembalinya mereka dalam perjalanan pulang.Kebisuan yang mendera keduanya bisa terpecah tatkala mobil hitam yang ditumpangi sampai di kediaman wanita yang kini menjadikan warna hitam sebagai warna favorit untuk menutupi bagian tubuhnya. Sebuah buket bunga besar keluar dari bagasi. Terselip di dalamnya secarik surat tanpa amplop.
"Selamat menjalankan masa iddah kamu, Na. Saya tau kamu akan taat untuk tetap di dalam rumah, jadi kalau ada apa-apa atau kamu mau apa, jangan sungkan hubungi saya. Saya siap dua puluh empat jam"
Pemberi buket itu langsung pergi menjauh sesaat setelah buket itu diserahkan, menjadikan Hanna harus menangis sendiri di teras rumahnya. Apalagi setelah membuka pintu, ada banyak barang-barang kebutuhan rumah tangga yang tersusun rapi dalam dus-dus besar. Pemberinya adalah orang yang sama. Alif menyiapkan semuanya untuk membuat kepatuhan Hanna terhadap larangan di masa iddahnya berjalan dengan baik.
Tidak mudah lagi untuk Hanna menahan sedih yang dirasa. Lelaki yang dulunya menyakiti memberikan kebaikan begitu banyak di perpisahan mereka. Sampai sejauh ini dia memikirkan bagaimana hidupnya akan berjalan selama satu bulan ke depan. Padahal ia sendiri tidak mau ambil pusing. Ada banyak cara untuk membeli semua barang-barang itu di era modern seperti sekarang. Tapi Alif, ia satu langkah lebih maju untuk kembali berjuang mencuri hatinya.
Selesai masa iddah, bebas pula Hanna keluar. Bebas pula untuk siapa saja mendekatinya. Dan Alif sudah mulai menabuh genderang perang sedari awal.
"Lif, hakim menjatuhkan talak. Yang artinya talak kamu menjadi talak dua."
"Saya terima, Na. Status kita juga jadi Janda dan duda, kan." Gurauan itu keluar sebelum keduanya turun dari mobil. Sebuah percakapan singkat yang dipaksakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOSPHENES (END)
Spiritual"Gue, jatuh cinta sama lo? Mustahil!!" --Alif Jenggala Putra "Saya serahkan rumah tangga kita sama kamu. Kamu kepala rumah tangganya, kamu juga yang menentukan kita akan berakhir menjadi seperti apa." --Hanna An Nazwa. "Saya menyesal." --Alif Jengga...