Selamat malam minggu kelabu, soalnya hujan, mwehehehe
PHOSPHENES balik, yuk diramein, pake emosi juga nggak papa😃
Biar Hanna aja yang sabar, kalian nggak usah ☺️
***"Bang Abim beneran jaga Hanna, kan?"
Pertanyaan itu terus diucapkan sebanyak apapun Gama dan Banu menjawab iya. Bahkan saat Hanan akhirnya datang kembali, Alif kembali bertanya tanpa henti.
"Lo mau jawaban apa sebenarnya, Al. Lo mau gue jawab kalau Hanna disiksa Bang Abim. Lo mau gue jawab kalau Hanna tertekan dengan pernikahannya. Gitu. Itu jawaban yang lo mau. Kalau gue jawab itu, artinya gue jadi pembohong!" tekan Hanan. Dia harus tegas agar Alif berhenti. Tidak mungkin Hanan menjawab kalau sebenarnya Hanna memang tertekan batinnya apalagi dengan Thalia yang selama dua tahun ini tidak mau menganggap kehadirannya.
"Kenapa diem. Bener, kan, lo maunya gue jawab itu. Biar apa coba. Biar sekarang lo bisa nyamperin Bang Abim dan maki-maki dia karena nggak becus rawat istri?!"
"Nan, udah, Nan...." Gama menahan, dia ketakutan sendiri kalau Hanan sudah berubah serius.
"Gue cuma mau kalian jujur. Itu doang."
"Lo nyuruh kita jujur, tapi lo sendiri aja nggak jujur. Lo pergi, sembunyi, dan nggak mau ditemui. Oke, gue mau jujur, tapi asal lo sekarang pulang ke rumah. Temui nyokap lo. Berani?!!"
"Nan...." Gama mendorong bahu Hanan, bersandar kembali pada kepala kursi. Marahnya orang sabar membuat bulu kuduknya merinding. Jangan sampai Hanan balik menyalahkan Alif. Karena dia pergi, Thalia jadi murung dan mempengaruhi sikapnya pada Hanna. Nanti semuanya justru akan semakin rumit. Apalagi kalau Alif balik menyalahkan Hanna yang mau menerima lamaran Abim waktu itu.
"Jadi jawaban yang lo kasih bohong?"
"Pulang dulu baru gue jawab!"
"Nan, jangan bikin gue bingung. Apa susahnya jawab jujur."
"Gue udah jawab jujur tapi lo nggak percaya. Udah, lah, males. Lo kalau mau nanya tentang Hanna terus, tanya aja langsung sama yang tinggal serumah sama dia. Gue ke sini mau ngopi, mau nyantai. Gue lagi pusing mikirin Ayah."
"Lah, Ayah kenapa, Nan?" tanya Gama. Mengganti topik, ide cemerlang. Gama beralih fokus pada Hanan.
"Mau rujuk sama Bunda Mala. Tapi bakal tinggal di Jogja, katanya. Gue jadi kesepian lagi dong, nantinya."
"Bentar... Ayah cerai sama Bunda. Kapan, kenapa?"
"Nggak usah banyak nanya. Makannya sosmed aktif, biar update!!" ketus Hanan.
"Ya, maap," cicit Alif.
Banu yang umurnya paling tua hanya diam menyimak seraya tertawa sendiri. Setelah sekian lama formasi tiga biang keributan lengkap kembali. Itu artinya dia akan semakin pusing menanggapi. Padahal coffee shop sejatinya untuk menenangkan diri bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOSPHENES (END)
Spiritual"Gue, jatuh cinta sama lo? Mustahil!!" --Alif Jenggala Putra "Saya serahkan rumah tangga kita sama kamu. Kamu kepala rumah tangganya, kamu juga yang menentukan kita akan berakhir menjadi seperti apa." --Hanna An Nazwa. "Saya menyesal." --Alif Jengga...