23. Seperti Tahanan

3.9K 337 39
                                    

Hai-hai...
Good malam, ramein ya🤩


"Bukan tentang kekurangan, melainkan tentang kesalahan yang dimaafkan namun tidak untuk menghidupkan kembali hati yang telah mati"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bukan tentang kekurangan, melainkan tentang kesalahan yang dimaafkan namun tidak untuk menghidupkan kembali hati yang telah mati"

***

"Saya juga nggak ada urusan sama kamu. Kalau mau cari Alif, cari sendiri," sela Hanna, menarik mundur Caca, "dia pilih saya karena dia tau mana yang baik buat dia," imbuhnya tanpa ekspresi apapun.

Calista terkekeh, bersedekap dada. "Tapi dia harus tanggung jawab untuk anak yang ada di kandungan gue. Yakin, kalo dia masih mau pilih lo." ucapnya menunjukan sebuah testpack bergaris merah dua.

Hanna terdiam sebentar menatap tespack yang Calista tunjukan. "Sejauh itu?" tanyanya.

Melihat bagaimana reaksi Hanna membangkitkan gairah kesombongan Calista semakin menjadi. Dia terkekeh kembali, memasukan testpack itu ke dalam tasnya. "Why? Sama lo nggak pernah, ya. Yaiyalah, body lo aja bukan tipe Alif."

"Justru saya heran. Kok ada perempuan semurah kamu. Sudah tau laki-laki itu punya istri, tapi kamu masih nekad mendekatinya. Mau pula disentuh tanpa ikatan sah. Pantas kenapa Alif memutuskan hubungan kalian dan memilih saya. Saya jauh lebih baik. Punya value tinggi dan tentu saja, saya tidak bisa disentuh secara cuma-cuma. Saya punya harga diri yang tidak bisa dibeli bahkan dengan lautan berlian sekalipun!" kecam Hanna, tegas. Bersikap lemah hanya akan membuat wanita di depannya itu terbang semakin tinggi.

Tertohok, jelas. Kalimat yang Hanna lontarkan adalah kalimat fakta yang membuat Calista merasa terhina. Kesombongan yang semula berada di atas awan jatuh sejatuh-jatuhnya ke inti bumi. Tidak ada pembelaan lain untuk dirinya sendiri.

Tangan Calista mengepal sempurna. Matanya memicing, menatap salah satu bagian dari wajah Hanna. Sayangnya, kepalan tangan yang sudah melayang itu ditepis, dia balik ditampar begitu keras. Namun bukan Hanna pelakunya, melainkan Thalia yang datang bersama Darka.

Tidak cukup dengan itu, Thalia menjambak rambut Calista dan membawanya keluar dari toko. "Cari sendiri kalo kamu masih punya kaki dan mata. Jangan pernah datang ke sini lagi atau saya patahkan kaki kamu itu!!" sentaknya.

"Tan, Tante ingat aku, kan. Aku lagi ngandung cucu Tante," rintih Calista, memohon. Dia bahkan sampai bersimpuh di kaki Thalia.

"Tidak sudi saya menyebut cucu untuk anak yang ada dikandungan kamu itu. Minta saja pengakuan dari orang tua laki-laki yang menyentuh kamu!!"

"Maksud Tante apa?"

"Dih, nggak usah sok lugu. Saya sudah khatam sama modelan perempuan seperti kamu. Mau saja dicelap-celup sana sini."

"Sudah, Mah, jangan kotori tangan Mamah." cegah Hanna menarik mundur Thalia yang masih berapi-api. Wanita itu diberikan pada Darka untuk ditenangkan, sedangkan Hanna masuk kembali ke dalam toko untuk mengambil tasnya.

PHOSPHENES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang