22. Mandul

4.6K 296 51
                                    

Hai-hai....
Update malem, ramein ya🤩

"Bagaimanapun, perselingkuhan itu tidak dibenarkan, Hanna," lontar Thalia tidak sabar lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimanapun, perselingkuhan itu tidak dibenarkan, Hanna," lontar Thalia tidak sabar lagi. Sabarnya habis usai mendengar semua pengakuan Alif. Dia kini sedang berdiskusi bersama Darka dan Hanna di kamarnya.

"Hanna juga tidak membenarkan, Mah. Berat rasanya memaafkan. Tapi semuanya juga bukan salah Alif sepenuhnya."

"Memang dasar wanita nggak punya harga diri dia. Sudah tau Alif punya istri, malah didekatin. Mamah tuh, dari dulu nggak pernah suka sama dia. Mamah pernah lihat dengan mata kepala Mamah sendiri, dia jalan sama om-om!!" gerutu Thalia. Hanna sudah memberi tahu fakta lain mengenai Calista yang sedari awal sudah diperingatkan oleh Hanan. Hanya saja itu masih menjadi rahasia mereka, Alif belum tau, dan sengaja untuk tidak diberitahu lebih dulu.

"Mah, jangan karena kamu nggak suka dia, terus kamu fitnah dia seperti itu. Nggak baik," lontar Darka yang duduk di kursi rias sendirian.

"Mamah nggak fitnah, Pah. Itu memang kenyataan!!"

"Sudah lah, jangan bahas dia. Malas Papah mendengarnya. Jadi ini keputusannya mau bagaimana?"

"Cerai!!" mutlak Thalia.

"Lantas perempuan mana lagi yang mau sama dia nanti, Mah. Alif mandul kalau Mamah lupa," lirih Darka yang seketika membuat Thalia menunduk. Dia lupa tentang kondisi anaknya itu.

"Na, memang kamu benar-benar ikhlas, kalau selamanya kamu tidak akan pernah merasakan hamil, melahirkan dan menjadi ibu?" tanya Thalia melirih. Amarahnya yang berkobar telah padam.

"Saat Allah memberikan petunjuk, saat itu juga Hanna siap menerima baik dan kurangnya Alif. Bahkan sebelum Mamah bilang tentang kondisinya, Hanna sendiri sudah tau. Toh, itu semua juga karena Hanna. Coba kalau Alif nggak kecelakaan, pasti dia masih ingat masa kecilnya, pasti dia bisa mempunyai keturunan," jelas Hanna yang dipahami oleh Darka dan Thalia sebagai alasan utama kenapa Hanna masih bertahan. Rasa bersalah wanita itu menutupi segala kesalahan Alif.

Thalia dan Darka saling pandang. Mereka paham, tapi ada hal yang membuat mereka merasa janggal. "Na, Mamah memang kasih tau tentang Alif yang mandul sama kamu, tapi Mamah nggak kasih tau alasannya. Terus dari mana asalnya kamu bisa menyimpulkan kalau Alif mandul karena kecelakaan?" tanya Thalia yang kini juga membuat Hanna bingung.

"Karena kecelakaan itu, Alif menjadi bermasalah dengan tulang ekornya, kan. Hanna lupa dulu Bunda bilang apa, tapi yang jelas Alif mandul karena itu. Bunda denger saat Mamah sedang berbicara dengan dokter. Bunda juga bilang, gara-gara kecelakaan itu, kalian jadi harus pindah rumah," jawab Hanna, sedikit ragu.

"Jangan bilang Bunda kamu menyalahkan kamu sampai dia sering bersikap tidak adil karena ini?" tanya Darka, menyipitkan mata.

"Mungkin." Hanna ragu tentang ini, tapi memang bukan hanya sepintas, seringkali Hanna berpikir bahwa sikap tidak adil Mala asalnya memang semenjak kecelakaan itu.

PHOSPHENES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang