2. A pair of wounds

94 7 0
                                    

"Entah kenapa, luka yang paling parah di lakukan oleh orang-orang yang paling dekat dengan kita."




Pintu kamar Afkar lagi lagi di banting olehnya, suaranya terdengar begitu keras. Afkar masih belum bisa berdamai dengan keluarga barunya, Sejak SMP ia sudah tinggal bersama Laras dan Gladys.

Ibu tirinya serta adik tirinya sama sekali tidak membuat Afkar nyaman. Refal berteriak kencang di balik pintu kamar Afkar, karena di anggap tidak punya prilaku baik terhadap Laras dan Gladys.

"AFKAAAARRR!!!! KELUAR KAMU!!!"

"Dasar didikan perempuan setres!" panggilan perempuan setres itu tertuju pada ibu kandung Afkar yaitu Sabina.

"BERHENTI BIKIN SAYA KAYAK GINI!" suara lantang dari mulut Afkar mampu membuat Refal semakin emosi.

Hanya perkara cupcake yang terjatuh gara-gara Afkar, di buat menjadi masalah besar. Laras sebagai ibu tirinya pun tidak bisa menjadi penengah antara Gladys dan Afkar.

Afkar begitupun karena tidak sengaja, lagipula Afkar sudah meminta maaf. Laras memang tidak berbicara apapun kepada Afkar, tetapi di balik diamnya justru lebih berbahaya. Laras ternyata sering mengadu kepada Refal soal prilaku Afkar, yang paling parahnya Laras kadangkala berani memfitnah Afkar agar anak itu menjadi jelek di mata Refal.

Karena emosinya semakin memuncak akhirnya Refal memecahkan jendela kamar anak itu dengan tongkat kayu yang di ambil dengan jarak 5 langkah dari posisinya.

"BREENNNNGGG!"

Afkar membuka pintu kamarnya. "Saya udah muak!" katanya saat menampakkan diri di depan Refal, lelaki tua itu mendorong Afkar hingga tersungkur ke lantai.

Refal melayangkan beberapa pukulan tepat di bagian pipi kanan dan kiri.

Afkar berusaha untuk bangkit, tetapi Refal kembali melayangkan kepalan tangan di bagian perutnya. Mendengar keributan itu, tentu saja Laras dan Gladys menghampiri ke lantai atas.

Gladys berteriak menyebut nama kakak tirinya itu ketika Refal menarik kerah baju Afkar.

"Kak Afkaaaarrrr ..." panggil Gladys.

"Paaaahhh stop!" Gladys mencoba menghentikan serangan Refal. Gadis itu membantu Afkar untuk bangkit dari tidurnya, tetapi Afkar menepis kasar ulur tangan dari gadis itu.

"PUAS LO!" Afkar membentak Gladys hingga membuat gadis itu tersentak kaget.

"AFKARRRRR!" tamparan keras Refal tergambar jelas di pipi kirinya.

Sementara Laras, hanya bisa menyaksikan perseteruan mereka. Perempuan itu tidak bisa hadir sebagai penengah layaknya seorang ibu.

[××××]

Sebelum bel masuk kelas, Lia menyempatkan waktu untuk meminum kopi sejenak di kursi panjang depan koridor. Gadis itu menyelipkan sebatang rokok diantara jemarinya kemudian ia menjepitkan di mulutnya, ia bersantai dengan mengedarkan pandangan.

Baru saja merasakan ketenangan, tiba-tiba sebuah bola futsal melayang dan mendarat di keningnya.


"Siapa yang udah tendang bola ini?" katanya sembari menggenggam bola itu.

Mereka semua yang masih memperhatikan Lia, kompak menunjuk ke arah samping kanan. Lelaki itu tertawa sejenak, kemudian melangkah maju ke hadapan Lia.

Genggaman bola di tangan Lia kini di lemparkan ke arah sembarang yang tidak berhasil tertangkap oleh orang di hadapannya.

"Sorry. Gue nggak sengaja, lagian ngapain lo disana?" ucapnya cengengesan.

"AFKAAARRR! BANGSAT LO!." dengan seluruh emosinya ia meraih rambut lelaki itu, kemudian menjambaknya dengan sekuat tenaga.

"Awwww... Sakit Lia, argghh berhenti nggak lo! Nyiksa gue lo bangsatt." Afkar mencoba menghentikan pergerakan tangan Lia.

Lia melepas cengkramannya kemudian mendorong tubuh lelaki itu, Afkar mengernyitkan dahinya dengan dengusan kesal. "Sakit." Lia kembali berucap. "Gue juga sakit, monyet. Kening gue jadi benjol gini kan arrgghh." Lia pergi menghindari Afkar.

Luka lebam di pipi Afkar pun belum hilang akibat perlakuan Refal sejak sore kemarin, di tambah jambakan dari Lia yang membuat dirinya semakin merasa pusing kepala.

Afkar mengikuti Lia yang melangkah ke arah UKK (Unit Kesehatan Kampus), gadis itu di tertawakan oleh beberapa pasang mata yang menatapnya di sepanjang koridor. Afkar tetap ingin mengekor dari belakang, Lia sebisa mungkin menutupi benjolan di kepalanya agar semua lalu lalang disana tidak terpaku pada keningnya.

"Brengsek anjing!" Lia bergumam pelan.

"Lia, gue bantu." teriak suara seseorang yang mengikuti dirinya sedari tadi.

Lia menoleh dan menghentikan langkah ketika berada di ambang pintu UKK. Lia memutarkan tubuhnya mengarah pada Afkar yang tengah menaikan kedua alisnya, Lia menaruh kedua lengannya di pinggang lalu memajukan sedikit langkahnya.

"Nggak sudi!!"

Afkar menghela napas saat Lia kembali masuk ke dalam ruang UKK, lelaki itu memaksa Lia untuk duduk di atas brankar.

Afkar mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan UKK, lelaki itu menghampiri sebuah lemari es berukuran kecil kemudian mengambil satu bungkus es batu. Lia menghela napas dan mengalihkan pandangannya.

"Kening lo benjol sedikit, biar kempes pake es batu." sarannya.

Lia merebut es batu tersebut dari tangan Afkar, gadis itu meletakkannya di kening tepat pada benjolannya. Afkar melangkah ke arah kursi di dekat brankar itu sebelum akhirnya ia mendongak kepala sedikit menatap Lia yang belum turun dari brankar.

Sorot mata Lia mendapati Afkar yang tengah menatapnya. "Apa lo?!"

"Lia...Lia.. kenapa ya lo sama gue bisa satu kampus, padahal gue kan udah nggak mau lagi berurusan sama lo." Afkar tertawa pelan.

"Heh, gue juga nggak mau kali berurusan sama lo." Lia memajukan wajahnya sebentar.

"Lia, gue mau nanya sama lo." tubuh Afkar membungkuk sedikit.

"Lo kok ke gue beda sih?"

"Dih, special juga nggak. Kenapa harus di bedain segala."

"Eh monyet, lo bisa ketawa ketiwi, bisa baik, bisa ramah sama temen-temen se-SMA bahkan ke Gerry ke Jeky ke Bony lo bisa baik, kenapa sama gue lo galak banget anjir." Afkar menertawakan setiap ucapannya.

"Karena lo nyebelin!!" mata Lia mendelik, seusai itu ia menurunkan kedua kakinya kemudian ia melangkah pergi dari ruang UKK itu.

Afkar tak lagi menahan Lia, ia sekedar menggelengkan kepalanya setelah akhirnya ia ikut pergi tanpa mengikuti gadis itu kembali.









Di lanjut boleh kali hihi

Jangan lupa votenya ya,
Makasih sudah mampir.
Boleh juga kali di follow akun ini
Boleh juga berteman di sosmed Aku.

Ig. @maissylst__
Twitter @maissylst___

(Afkar Pranata Bagaskara.)
(Gracelia Putry Maretta.)


A PAIR OF WOUNDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang