19. A Pair Of wounds

63 3 0
                                    

"Aku terlalu terpaku dengan apa yang kamu suka, tanpa tahu apa yang tidak kamu suka."







♥️♥️♥️




Lia mencium punggung tangan Laras hendak di sambut hangat oleh perempuan berusia 30 tahun itu, Lia tersenyum sopan khalayaknya seorang tamu.

Belum sempat berbincang, Afkar sudah menarik pergelangan tangan Lia lebih dulu. Lelaki itu tak suka menyaksikan Lia yang berusaha akrab dengan Laras.

Afkar lebih senang memperkenalkan Lia dengan Ida, yups, perempuan yang penuh semangat itu selalu Afkar banggakan.

"Bibi, ada seseorang yang mau ketemu Bibi." ucapnya sembari membawakan segelas air minum untuk Lia.

"Siapa?" Ida menghentikan pergerakan tangannya saat sedang mengelap meja makan.

"Ayang, sini masuk yang," panggil Afkar pada Lia.

Lia menampakkan wajahnya kepada Ida, tubuh Lia yang kurang tinggi itu membuat Ida mudah merangkulnya.

"Pasti ini Non Lia." Ida sekedar menebak.

"Kok tau Bi?" Lia mengalihkan pandangannya sejenak pad Afkar.

"Sering cerita." Ida membongkar sedikit demi sedikit ceritaan Afkar.

"Bi, jangan fitnah loh." Afkar tersenyum salah tingkah.

"Akuin aja lah Kar, nggak usah ngelak." Lia menyudutkan Afkar.

Masih asyik berbincang di dapur bersama Ida tiba-tiba Gladys menghampiri mereka, suaranya memanggil nama kakaknya.

"Kak, Kak Afkar."

"Siapa Kar? Ade lo ya?" tanya Lia.

Lia menoleh ke arah ambang pintu, matanya menangkap seorang gadis yang betapa senangnya ia memperlihatkan sebuah lukisan.

"Eh ada tamu yah?" Gladys mengulum senyum.

Afkar menatap Lia sekilas lalu kembali melihat Gladys yang berada di ambang pintu dapur.

"Tuh yang namanya Gladys." Afkar begitu cepat membuang muka saat Gladys menatap dirinya.

Pertemuan Lia dan Gladys sangatlah baik, Lia senang bertemu Gladys begitu pun sebaliknya.

Keduanya tampak akrab saat tertangkap sedang berbincang di sebuah ruang keluarga itu, Afkar hanya bisa memperhatikan keasikan kedua perempuan di sampingnya.

"Kar, lo tau nggak zodiak gue sama Gladys sama."

"Terus apa hubungannya sama gue Lia?" Afkar menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Lo kalau mau tau apa kebiasaan gue, gue sukanya apa, hal yang nggak gue suka, lo bisa tanya Gladys." Lia berusaha mengeluarkan kalimat apapun agar Afkar tidak diam.

"Tanpa gue tanya ke dia, gue bisa cari tahu sendiri Lia," ucapnya.

Afkar tak ingin terlalu lama bersama Lia yang asik berbincang dengan Gladys, ia lebih memilih menemani Ida di dapur dan membiarkan tasnya jatuh ketika ia hendak beranjak.

Lia mengambil tas lelaki itu untuk membereskan beberapa buku yang jatuh berantakan di karpet. Sebuah kertas tak sengaja menarik perhatian Lia, tentang materi presentasi Afkar. "Tugas presentasi?"

[××××]


Pergi berdua tepat di hari Minggu merupakan suatu hari yang paling di nanti, menjadikan hari yang bisa kita bidik. Apalagi ketika mengunjungi taman kota Jakarta pada pagi hari sambil menikmati keindahan setiap sudutnya hanya di tempat duduk dengan segelas kopi hangat.

A PAIR OF WOUNDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang