23. A pair of wounds

56 7 0
                                    

"Memahami seseorang jauh lebih baik daripada hanya sekadar mencintai saja."













Semilir angin menyapu lembut permukaan wajah Afkar dan Lia yang tengah duduk bersampingan, rambut gadis itu tersapu angin hingga menutupi pandangan matanya.

“Lia, gue nggak mau lo pergi sendiri kemana pun.”

“Kenapa gitu?” Lia menyelipkan sejumput rambut ke belakang daun telinganya.

“Gue khawatir sama lo, Lia.” Afkar tercenung menatap kedua bola mata Lia.

“Maksud lo apa larang gue gitu, Kar? Lo nggak ngasih alasan yang jelas. Kalau Cuma khawatir, itu berlebihan Kar.” Lia beranjak dari duduknya.

“Ini demi kebaikan lo, Lia.” Afkar ikut beranjak kemudian mengarahkan tubuh gadis itu untuk menghadap ke arahnya.

“Gue nggak suka lo kekang gini!” bentak Lia semakin kesal dengan Afkar sehingga sentuhan tangan Afkar, ia tepis.

“Gue nggak mau lo di rusak sama laki-laki di luar sana.” Alasan afkar semakin membuat Lia tidak bisa memahami.

“Lo pikir gue nggak bisa jaga diri? Sejak kapan lo gini Kar, gue nggak suka ya cara peduli lo yang ini. Sebelum gue, lo jaga baik-baik dulu adik tiri lo itu, dia jauh lebih membutuhkan hal seperti ini.” ucap Lia tersirap, kemudian ia pergi meninggalkan Afkar sendiri.

Seringkali Lia melihat sikap acuh Afkar kepada Gladys, seringkali juga Lia mendengar ucapan menyakitkan kepada Gladys.

Kenapa Gladys tidak di perlakukan sama dengannya? Menganggap Gladys sebagai adiknya saja dia tidak mau, Lia juga pernah mendengar harapan yang Gladys ucapkan di depan dirinya tanpa Afkar tahu. Di peluk dan di sayang khalayaknya seorang adik yang di jaga baik-baik oleh kakaknya.

[××××]


Seulas senyuman yang terbit di wajah Gladys, seketika ingin sekali Bara memeluknya karena rasa gemasnya kepada gadis itu.

Bara memberikkan sebuah kotak hitam yang di ikat cantik oleh pita putih untuk gadis yang tengah bersamanya siang itu.

“Ini apa Kak?” 

“Buka aja, Dys.”

“Aku buka ya, semoga Kak Bara nggak jahilin aku.” kata Gladys.

Isinya berupa robot astronot yang memiliki cahaya saat di bawa ke dalam ruangan yang gelap, setelah merasa senang mendapati benda tersebut, Gladys juga di buat terkejut oleh secarik kertas di bawahnya. Sederet kalimat membuat Gladys menutup binirnya, matanya berseri-seri menatap sepasang mata lelaki di depannya.

I love you, can you say i love you too, now?

Bara menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, ia berusaha mengalihkan pandangannya dari Gladys.

“Serius Kak?”

“Iya, kalau lo nggak mau, yaudah nggak apa-apa.” Bara siap menerima jawaban apapun yang keluar dari mulut gadis itu.

“I love you too, i love you more, i love you so much, Kak.” Gladys menerbitkan senyuman yang mengembang, baru kali ini ia merasakan kehangatan kasih sayang yang tulus dari seseorang.

“YESSSSS ALHAMDULILLAH.” Bara teriak tanpa peduli dimana ia berada, yang ia tahu bahagia itu di rayakan bersama Gladys.

[××××]

Bertemu dengan Lia adalah sesuatu yang tidak terduga, ia tidak pernah membayangi di perlakukan baik oleh gadis itu, tetapi Tuhan selalu punya banyak cara untuk membuat mereka dekat.

A PAIR OF WOUNDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang