20. A Pair of wounds

68 5 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Akibat perlakuan yang di anggap tidak senonoh itu, nama kampus menjadi jelek di beberapa pandangan orang lain. Maka dari itu pihak kampus memutuskan untuk tidak lagi menerima Kevin sebagai mahasiswa.

Masalahnya itu bukan yang kali pertamanya, bahkan Afkar membeberkan soal kasus Lia yang di lecehkan Kevin.

"Lo lihat nanti Afkar!" Kevin menatap tajam mata Afkar.

"Kalau nggak mau minta maaf, setidaknya jangan berusaha jadi orang tolol. Seakan-akan lo merasa tidak bersalah," ucap Afkar ketika tak sengaja melihat Kevin yang di gandeng oleh Salma.

"Cukup ya Afkar, gue jadi kehilangan Kevin gara-gara lo," kata perempuan yang tengah menggandeng lengan Kevin.

"Kak, lo di pelet sama dia? Iya?" tanya Afkar mendekati Salma yang baru saja berucap.

"Jaga omongan lo ya, Kar." Salma mengangkat satu jari telunjuk ke arah wajah Afkar.

[××××]

Sebuah sapaan hangat Morgan ketika masuk kelas, membuat seisi kelas ikut menjawab secara bersamaan.

Melihat wajah Morgan, mengingatkan Afkar mengenai tugas kelompok di minggu lalu.
Ia menoleh ke arah Bara dan menatap satu persatu anggota kelompoknya itu.

Sejauh ini mereka belum pernah diskusi bersama, mereka hanya sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Hal itu sudah menjadi tanggung jawab satu kelompok, mau tidak mau Afkar dan beberapa anggotanya mendadak mencari materinya ketika kelompok lain sibuk mempresentasikan hasilnya.

"Sialan lo goblok!" Aska memukul ringan bahu Afkar.

"Gue lupa anjir," ucap Afkar ketika sepuluh jarinya mengetik beberapa papan keyboard.

"Sekarang cari inti nya aja deh, nggak usah panjang-panjang." Bara berusaha mempersingkat waktu untuk mencari materi presentasi.

"Si anjing, ini setiap slide berantakan." Sam mengoreksi beberapa kalimat yang sudah berderet di setiap slidenya.

"Kar, di bikin bagus dong Kar," kata Ibra.

"Goblok lo semua, ini dadakan, mana bisa sekeren mereka." Afkar tampak kesal menatap kawannya itu secara bergantian.

"Udah stop, kenapa jadi pada debat gini sih. Kita satu kelompok, nggak usah saling menyalahkan." Bara menjadi penengah setelah keributan antar kawannya itu merusak konsentrasinya.

A PAIR OF WOUNDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang