7. A pair of wounds

72 4 0
                                    

"Setiap manusia punya cara tersendiri untuk menyampaikan rasa kepeduliannya."









Afkar mendapati sebuah telepon yang memang membuatnya terganggu, sebuah nama Gladys terlintas di ponsel milik Afkar. Lelaki itu sudah 2 kali mematikan panggilan tersebut. Ia kembali memperhatikan dosen di depannya, tidak lagi menggantungkan sorot matanya pada layar ponsel.

Namun, lagi dan lagi nama Gladys itu muncul di ponsel Afkar, ia mengirimkan deretan pesan di WhatsApp nya. Dahi lelaki itu mengernyit saat membaca setiap kalimat yang membuat dirinya terdiam.

'Kak'

'Kak Afkar tolongin Gladys'

'Gladys pusing Kak'

'Gladys mau pulang.'

'Gladys masih di sekolah'

'Kak Afkar bisa jemput Gladys kan?'

'Gladys udah ga kuat Kak.'

Afkar menggelengkan kepalanya, ia sama sekali tidak membalas satu pesan pun dari Gladys. Pandangan Afkar kembali fokus pada papan tulis, ia masih belum merasa kehadiran Gladys.

Afkar dan Gladys sudah tinggal bersama sejak Afkar masih berusia 10 tahun, mereka terlihat seperti bukan adik kakak sungguhan. Dari dulu Gladys selalu senang bertemu dengan Afkar, maka tak heran  Gladys selalu berusaha menjadi adik Afkar yang baik.

Seringkali gadis itu memberi perhatian kecil kepada Afkar, semisal membuatkan roti bakar kesukaannya, membuatkan segelas susu hangat, kadangpula membuat lukisan indah untuk Afkar.

Ia selalu ingin mendapatkan perhatian dari seorang kakaknya itu, tetapi Afkar terlalu dingin bagi Gladys yang selalu peduli.

Tatapan kosong dari Afkar membuat dirinya semakin tidak fokus belajar, beberapa bayangan melintasi pikiran Afkar. Antara kesal dan tidak tega yang kini menghantui semua bayangan di otaknya. Namun, ia tetap diam, menunggu jam pulang kampus.

"Kar lo kenapa?" Bara menepis setiap lamunan Afkar.

"Lo mikirin Salma?" tambahnya.

"Nggak anjir."

"Terus apa?"

"Lo bisa bantu gue nggak, Bar."

"Apa?"

"Lo izin pulang sekarang, terus jemput adek gue di sekolah. Gimana? Mau nggak?"

"Gue nggak tau anjir yang mana adek lo, belum pernah ketemu juga."

Afkar masih berbisik pada Bara di sampingnya. "Ya tapi lo mau nggak?" Bara sempat berpikir sejenak, kemudian menaikkan pandangannya pada wajah Afkar. Tampang lelaki itu penuh harapan kepada Bara, Bara menghela napas sebelum akhirnya ia menganggukkan kepalanya.

Afkar menampilkan foto Gladys di ponselnya yang terdapat di sebuah foto profil WhatsApp Gladys. "Dia anak IPS di SMA NEGERI 3, namanya Gladys Cantika Dewi."

"Cantik, Kar," puji Bara.

"Bisa kan?" tanya Afkar tanpa tidak ingin dengar pujian yang mendarat di telinganya.

"Kenapa bukan lo aja sih, lo kan abang nya."

"Niat bantu nggak? Nggak usah banyak tanya sih."

"Iya iya ngegas mulu."

Bara akhirnya memutuskan untuk izin pulang lebih dulu, ia melakukan itu karena Afkar.

[××××]

A PAIR OF WOUNDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang