24. A pair of wounds

54 7 0
                                    


"BAHKAN SAMPAI HARI INI SAJA, AKU MASIH BERJUANG!"


















Afkar berdiam di ambang pintu kelas Lia, matanya menelaah setiap kursi yang berjajar.

Sedari tadi lelaki itu mencari Lia, tetapi belum juga bertemu. Ia menghela napas kemudian menahan langkahan gadis yang hendak keluar dari kelas itu.

“Eh tunggu,” ucap Afkar sedikit tersenyum.

“Iya Kak, kenapa?” tanya gadis itu yang merupakan teman sekelas Lia.

“Lia kemana ya?” tanya Afkar.

“Lia nggak masuk, udah tiga hari ini sampai sekarang.”

“Kenapa?”tanya kembali Afkar. Ia tidak tahu soal itu, Lia juga belum membalas pesan Afkar di malam tadi.

“Kurang tau Kak,” balas gadis itu. Afkar mengangguk dan membiarkan gadis itu pergi.

Afkar kembali menyusuri sepanjang koridor, ia berlari ke arah tangga rooftorp. Lelaki itu duduk di kursi panjang dengan jari jemarinya yang di mainkan di atas layar ponsel. Nama kontak gadis yang ia sayangi tidak pernah di ubah. Yups, Lia cantik tertulis di pesan utama Afkar.

AFKAR

‘Lia, lo nggak masuk? Kenapa?’

‘Ya, lo sakit? Kok lo nggak kabarin gue?’

‘Lia jawab gue dong, angkat telepon gue.’

Usai mengirimkan pesan, ia menyandarkan punggungnya hingga menempel pada kursi yang tak beralas bahan itu.

Sejenak memejamkan mata sampai akhirnya ada pesan masuk hingga membuat lelaki itu duduk tegap.

Sebuah nama yang tak asing tampil di pesan utama, Afkar menghembuskan napasnya sembari memijat pangkal hidung sebagai tanda malas.

Lelaki itu kembali bersandar seusai mengabaikan pesan dari adik tirinya. Semilir angin menerpa lembut permukaan kulitnya, satu hal yang Afkar pikirkan saat ini adalah kabar dari Lia.

“Aduh Lia lo dimana sih,” ujar Afkar sembari mengacak-acak rambutnya.

[××××]


Menemui ke-empat kawannya adalah janji yang ia buat saat pagi tadi. Ketika dirinya berhenti sejenak di luar gerbang kampus hanya karena membaca pesan dari Bara, tiba-tiba seseorang menyapanya.

“Afkar,” sebutnya, kemudian Afkar menoleh tanpa berucap. Ia tersenyum saat mendapati Salma di hadapannya.

Dulu Afkar senang bertemu dengan Salma, tapi kali ini ia merasa tidak mempedulikannya.

Pesan masuk untuk yang kedua kalinya menarik perhatian Afkar kembali yang sempat menoleh ke arah samping.

“Lo lagi nungguin siapa? Lia ya?” tanya Salma yang masih setia berdiri di samping Afkar dengan jarak yang tak terlalu dekat.

Salma yang melihat Afkar sibuk memainkan ponsel sembari duduk di atas jok motor itu terdiam, pertanyaan yang baru saja terlontar belum terdengar di telinga Afkar karena ia terpaku pada setiap deretan kalimat di layar ponsel.

A PAIR OF WOUNDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang