38. A pair of wounds

43 4 2
                                    

"Apa aku perlu terlelap lebih lama lagi, agar bisa menjumpai kamu pada dialog manis? Kalau gitu aku meminta kepada Tuhan, agar aku tidur selamanya."





🤍🤍🤍






HAPPY READING


🔥🔥🔥




Pagi buta hujan deras mengguyur sebagian besar kawasan ibu kota Jakarta. Hujan dengan durasi yang cukup lama itu mengakibatkan genangan pada jalan aspal maupun trotoar. Kini tersisa hanya rintik saja, di ikuti semilir angin yang membalut beberapa tubuh manusia.

Berbeda dengan lelaki yang masih memeluk guling di atas kasur itu, ia semakin terlelap pada mimpinya tidak seperti orang di luar sana terlihat kedinginan.

Ia menggeliat usai mencium aroma roti bakar dan susu jahe di atas nakas lebih tepatnya di samping kasur. Lelaki itu perlahan membuka matanya mendapati bayangan Lia sedang tersenyum duduk persis seperti seorang istri yang tengah membangunkan suaminya.

"Lia sayang, peluk sini," gumamnya terdengar suara berat dari lelaki itu sembari merentangkan kedua tangannya.

"Kak Afkar? Kak." Gladys mencoba menggoyangkan tubuh kakaknya itu.

Suara dari Gladys seketika membuat Afkar mengernyitkan dahi ia menggosok-gosok sepasang matanya. Wajah Lia yang ia lihat menjadi pudar, di gantikan dengan sosok Gladys.

"Kok malah lo sih?" tanya Afkar sembari menyempurnakan tubuh untuk duduk.

"Kak Afkar lagi kangen Kak Lia yah?"

"Iya kayak nya yah,"

"Tadi mimpi apa sama Kak Lia?"

"Udah ah nggak usah di bahas, lagian lo ngapain disini?" tanya Afkar.

"Gladys dapet paket, katanya ini buat Kak Afkar dari Kak Ica." Dengan tampak polosnya ia memberikan paket tersebut kepada Afkar.

"Ica? Coba gue lihat," ucapnya memegang paket tersebut.

Sorot mata Afkar membaca setiap deretan kalimat yang menempel pada bungkus paket tersebut. Ia merobek perlahan dengan rasa penasaran. Begitu terlepas dari bungkus, Afkar menampilkan kaos hitam pendek bertulisan jingga.

"Wahhh, bagus Kak," puji Gladys.

"Bagus bagus, lo mau? Nih gue kasih ke lo." Lelaki itu melempar kaos tersebut mengenai wajah perempuan yang belum juga bangkit dari duduknya.

Afkar membiarkan Gladys sendiri, tidak lagi memikirkan Lia. Ia melangkah pergi menghampiri Ida yang tengah memasak hidangan untuk sarapan pagi.

[××××]

Akhir-akhir ini Afkar sering duduk sendiri di atas rooftorp, mendengar kabar Lia yang tidak masuk kampus membuat dirinya kurang bersemangat.

Hanya satu yang ada di pikiran lelaki itu, berharap gadis yang ia cintai dalam kondisi baik-baik saja sebagaimana yang selalu ia lihat saat duduk berdua dengannya.

Ia mematung sepi menggantungkan pandangan pada awan-awan di langit sana.

"Ini udah minggu ke berapa lo masih mencintai Lia?" tanya Gerry yang tiba-tiba saja sudah berdiri di belakang.

Dengan cepat Afkar menoleh, terbidik bayangan gelap karena sudah menatap awan dengan waktu lebih lama. Sedetik ia memejamkan matanya untuk melihat lebih jelas lagi orang tersebut.

A PAIR OF WOUNDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang