17. A pair of wounds

62 3 0
                                    

"Yang sakit bukan fisik tapi mental."


BUGGHH!! BUGHHH!!

Aw..!”

 

Masih pagi Afkar sudah membuat kehebohan satu kampus, tersorot Afkar menghadang Kevin pergi seusai dirinya memukul Kevin secara berulangkali.

Pertikaian mereka di saksikan oleh seluruh mahasiswa dan mahasiswi, ini bukan soal sepele, ini menyangkut harga diri seorang perempuan.

Salma yang terlibat dalam pertikaian tersebut, ikut memisahkan kedua lelaki itu. “Stop dong!”

Afkar mendengus kesal pada Kevin, sepanjang koridor itu sudah di kerumunin oleh beberapa mahasiswa mahasiswi, termasuk teman satu kelas Afkar serta Gerry yang ikut menahan tubuh Afkar.

“Kak, ini nggak bisa di biarin!” Afkar berucap pada Salma sebelum akhirnya menatap Kevin yang sudah babak belur.

“Anjing lo Kar!” bentak Kevin sembari menutupi ujung bibirnya.

“Lo yang anjing! Jadi cowok nggak punya otak, dia cewek lo, lo mau rusak dia, iya? Bangsat lo!”

“AFKAAAARRR!” teriak Salma.

“Kar udah Kar.” ucap Gerry masih setia menahan tubuh Afkar.

“Akuin lo salah, anjing!” Afkar mendorong tubuh Kevin kembali.

“Kar ikut gue,” ucap Lia menarik pelan tubuh Afkar untuk ikut bersamanya.

Rupanya sedari tadi Lia menyaksikan pertikaian tersebut dari kejauhan sebelum akhirnya ia datang secara tiba-tiba. Afkar dan Lia berjalan bersamaan hingga berpapasan dengan dua orang dosen.

“Eh tunggu, ini ada apa kok rame-rame,” kata salah satu dosen itu.

“Ibu boleh tanya sama orang itu.” Afkar menunjuk pada Kevin oleh lirikkan matanya.

Di atas rooftorp, Lia menunjukkan sebuah video sebelum kejadian tadi. Ia lebih cerdas daripada Afkar, ia bisa melaporkan kapan pun tentang kasus pelecehan yang di lakukan oleh Kevin.

Lelaki itu bukan sekali dua kali melakukan hal-hal yang tidak senonoh seperti tadi. Itu sudah kesekian kalinya, bahkan pernah ada mahasiswi yang menangis ulah Kevin yang mencubit pantat gadis yang merupakan adik tingkatnya, tetapi hal itu tidak sampai ke telinga para dosen apalagi para dekan.

Kalau memang sampai seisi kampus tahu, mungkin sudah di keluarkan oleh pihak kampus.

Terlihat jelas dalam video yang Lia berhasil rekam pada kamera ponselnya, bahwa Kevin dengan begitu sengaja ingin membidik bagian bawah rok Salma. Namun, hal itu di duga Salma sudah mengetahuinya lebih dulu sebelum Afkar menyerangnya.

Entah apa yang ada di pikiran Salma, seakan-akan terlihat tidak marah pada Kevin saat tahu perbuatan pacarnya itu.

“Kar kita bisa laporin dia,” usul Lia, saat menunjukkan video yang sudah terekam dalam pinsel Lia.

“Yaudah laporin sekarang aja.” Afkar masih belum menahan emosinya.

“Tenang Kar, hey tenaga lo udah terkuras. Minum dulu nih,” ucap  Lia sembari memberikan sebotol air mineral.

“Perhatian banget sih.” Afkar tertawa pelan, tapi Lia sekadar menggelengkan kepalanya.

“Lia, lo suka biskuit?” Afkar yang tak sengaja melihat biskuit itu dari saku almameter Lia.

“Iya, favorit banget.”

“Gue kirim satu box yaa.”

“Bener? Dalam rangka apa nih?” Lia duduk di samping Afkar.

A PAIR OF WOUNDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang