15. A pair of wounds

66 2 0
                                    

"Melupakan perkataan demi melindungi perasaan."









Afkar mendapatkan kekosongan pada ruang rawat Lia, ia tetap santai mencari gadis itu. Namun, saat itu Afkar tidak menemukan Lia sama sekali. Dari sanalah Afkar bertanya tentang pasien yang memiliki nama lengkap Gracelia Putry Maretta itu, suster melangkah ke arah ruang rawat pasien untuk memastikan.

"Pasien sudah pulang sejak 10 menit yang lalu."

"Ohh gitu ya sus, yaudah makasih."

"Coba telepon aja, Kar." usul Gerry.

"Gue coba ya."

Panggilan Afkar pada Lia menyambung, suara gadis itu sudah terdengar di telinga Afkar.

'Lo dimana Liaaaa?'

'Gue lagi di jalan layang.'

'Ngapain disitu heh?'

'Mau mati gue Kar.'

'APAAN SIH, LO JANGAN NEKAT!!'

'Lo nggak usah peduliin gue Kar, gue udah capek.'

'Apasih! Lo diem dulu disana gue mau ngomong secara langsung sebelum lo mati ya, tunggu gue dalam jangka waktu 20 menit okay.'

Afkar mengakhiri dialog dengan Lia, "Ger, Lia mau bunuh diri di jalan layang."

"Astaga, nekat banget tuh anak."

Afkar dan Gerry melangkah cepat ke arah parkiran, bayangan tentang Lia kembali menyerang pikirannya. Lia memang selalu membuat khawatir lelaki itu.

[××××]


Di temui oleh Afkar, Lia masih berdiri di sana. Gadis itu berteriak meminta keinginan yang selama ini belum ia dapatkan, ia tidak mempedulikan siapapun yang melihatnya. Baginya berteriak paling lantang adalah cara membuang penat yang paling baik.

"Ya Tuhan gue mau bahagia, kapan gue bisa merasakan kehangatan dalam keluarga, kapan gue bisa tertawa lepas, kapan gue bisa di sayang Papa, kapan gue bisa ngerasain itu Tuhannn."

Afkar dan Gerry sangat jelas menyaksikan moment Lia hari itu, berdiam sejenak lalu Afkar berucap lantang, "Lo nggak sendiri Lia, ada gue Liaaaa."

Lia segera menoleh pada sumber suara yang membuatnya berhenti berteriak. "Afkar."

"Lo ngapain sih disini? Udah gue bilang kan, kalau lo mau cerita, gue siap denger Lia." Lelaki itu mendekat ke arah Lia.

"Gue nggak mau nambah beban lo Kar, gue tau lo juga lagi nggak akur sama bokap lo."

"Terus sekarang lo mau apa? Mau lompat? Iya? Yakin? Emang setelah lo mati, lo bakal tenang? Inget, sama nyokap lo yang lagi berjuang melawan sakitnya, Ya. Lo malah mau berhenti hidup?"

Gerry mendekat pada Lia sembari berucap, "Bener Lia, lo harus inget sama kesembuhan nyokap lo, jangan gini lagi ya."

Lia terdiam sejenak, dengan pikiran yang sedang mengoreksi beberapa kalimat panjang dari mulut Afkar dan Gerry, sampai akhirnya Lia meneteskan air mata, kemudian melepaskan kontak mata dengan Afkar.

"Lia." Perlahan Afkar memeluk Lia, gadis itu menyembunyikan wajahnya di balik dada bidang Afkar.

"Gue cuma capek Kar, gue mau bahagia sebentar aja."

Lelaki itu menaiki tangannya ke atas untuk mencapai pucuk kepala Lia, ia mengusap lembut sampai akhirnya Lia terisak.

[××××]

A PAIR OF WOUNDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang