51

9.2K 739 89
                                    

"For life and death are one, even as the river and the sea are one."
- Kalil Gibran

≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈

Manda berdiri terpaku menatap kosong manusia yang baru saja mengucapkan kalimat yang paling menyakitkan sepanjang hidup Manda.

"Maaf, kami sudah mencoba segala cara semaximal mungkin. Tapi tubuh Ibu Henny tidak merespon apa pun. Kabar duka harus kami sampaikan. Jam kematiannya tepat pukul 16.00" Ucapan panjang Dokter itu seperti tidak mampu dicerna oleh pikiran Manda.

Ia hanya menatap mata dan bibir dokter yang berdiri tepat di hadapannya itu tanpa bisa mendengar apa lagi ucapan selanjutnya.

Telinganya seperti tertutup, Manda hanya mampu melihat gerakan mulut manusia dihadapannya terbuka dan tertutup jelas seperti sedang mengucapkan sederet kalimat, tapi tidak ada suara yang dapat Manda terima ditelinganya.

Pandangan Manda lambat laun memutar dan memudar, membuat semua yang dipandang Manda terlihat seperti bergerak tak berarah sampai gelap pun menarik Manda jatuh tepat dilantai tanpa sempat ditahan oleh siapa pun.

Manda tak sadarkan diri, kenyataan yang harus diterimanya ini terlalu berat.
Manda dibawa ke ruang UGD untuk diistirahatkan sebentar ditemani oleh Ais.

Sedangkan Angel dan yang lain sibuk mengurus hal-hal yang diperlukan untuk tindakan selanjutnya untuk sang Ibu.

"Aku disini temenin kamu Man" Ucap Ais ketika Manda menyentuh tangannya sesaat setelah Manda sadarkan diri.

"Mami. Mana mami? Mami oke kan Is? Gak mungkin Mami ninggalin gue kan?" Tanya Manda dengan sorot mata penuh kekalutan.

Ais menggeleng kepalanya kasar "Gak boleh kaya gini Manda. Ayo, Manda bisa" Jawab Ais sambil mengusap lembut lengan Manda, mencoba memberikan supportnya.

"Salah itu dokternya. Gue yakin, suruh cek lagi deh. Salah itu. Mana deh hape gue?" Manda mendudukkan dirinya kasar, kepalanya masih pusing tapi tetap ditahannya.

Ais memberikan handphone Manda.
Manda terlihat sibuk mengetuk layar handphonenya lalu menempalkan handphone itu pada telinganya.

"Halo kamu dimana?" Tanya Manda pada seseorang yang sedang dihubunginya itu.

Entah karna masih merasa pusing atau karna memang lelah yang dirasa Manda akhirnya ia memilih untuk me-loudspeaker teleponnya.

"Aku ditempat aughie Man, tapi mau kesana ini" Suara Arya terdengar jelas dari handphone Manda.

"Masa dokter bilang Mami meninggal. Ni dokter gila kali ya" Manda berucap dengan nada suara yang bergetar.

"Aku kesana sayang. Kamu jangan ngelakuin apapun dulu. Kamu tunggu aku disitu. Aku jalan sekarang. Teleponnya gak usah dimatiin" Jawab Arya yang terdengar panik

"Aku gak suka deh beneran. Orang aku mau jalan jalan sama mammi sama daddi nih nanti pas mammi keluar dari rumah sakit. Aku udah ngajuin cuti juga" Kembali Manda mengeluarkan isi hatinya.

"Iya iya, kamu tenang dulu. Aku udah dijalan. Tunggu sebentar ya" Arya terus merespon Manda tanpa mengungkit tentang keadaan mammi.

"Aku tuh tadi udah mau marah banget sama dokternya, tapi kepala aku tiba-tiba pusing terus pas aku bangun malah aku udah disini sama Ais, terus dari tadi dia gak berenti nangis" Manda menatap kepada Ais yang masih menangis tanpa suara.

Ais menundukkan kepalanya sambil tetap menggenggam sebelah tangan Manda yang terasa dingin.

"Nanti aja ya Man, kamu marahnya ke aku aja. Jangan ke orang-orang yang ada disana apalagi ke dokter ya. Ke aku aja" Suara Arya terdengar sedikit lebih kecil dari sebelumnya.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang