"Kita mau kemana ?" Tanya Naiara dengan penasaran. Karena jalan yang mereka lalui berbeda. Begitu jauh meninggalkan perkotaan.
Bima yang sedang fokus menyetir hanya diam saja tanpa menjawab pertanyaan gadis itu. Ia malah semakin menambah kecepatannya.
Setelah beberapa jam di perjalanan. Akhirnya mereka sampai. Tapi Naiara malah tertidur pulas. Gadis itu merasa bosan hingga tertidur karena Bima tidak bisa diajaknya berbicara.
Tanpa membangunkan gadis itu, Bima turun sendiri meninggalkan mobilnya. Ia pergi menanyai beberapa warga sekitar yang ditemuinya untuk menanyakan sebuah alamat. Sebuah alamat seseorang yang pernah bekerja di keluarganya dulu sebelum tiba-tiba berhenti dan tidak pernah lagi mendengar kabarnya.
Hingga tibalah Bima disebuah rumah sesuai dengan alamat yang diberitahukan oleh warga sekitar.
Sebuah rumah kecil berdinding papan beralaskan lantai semen dengan disekitar terdapat pepohonan sehingga tampak rindang nan sejuk.
Ketika pria itu sedang melihat-lihat dari jendela kaca mencari-cari keberadaan orang-orang di dalam rumah, seseorang tiba dari belakangnya.
"Maaf, cari siapa ya ?" Tanya seseorang itu.
Sontak, Bima langsung menoleh.
Dilihatnya, seorang wanita paruh baya sudah berada di hadapannya sambil menenteng belanjaannya.
"Saya Bima, bu. Saya ke sini sedang mencari pak Andra. Apa benar, ini rumahnya pak Andra ?"
Seketika, wajah wanita paruh baya itu tampak ketakutan ketika Bima menanyakan nama itu.
"Bu.." Panggilnya.
Maka, dengan segera wanita paruh baya itu sontak menjawabnya dengan mengatakan tidak tahu dan bersikap seolah tidak mengenal nama itu. Bahkan, wanita paruh baya itu juga langsung mengusir Bima agar segera meninggalkan rumahnya.
Sementara Naiara yang ditinggal di dalam mobil sendirian, baru terbangun dari tidur pulasnya. Ia menyadari sudah tidak ada Bima di sampingnya.
"Bima kemana ? Kok dia ninggalin aku sendirian sih." Ocehnya. Lalu turun dari mobil, segera mencari keberadaan Bima.
***
"Bu, ini alamat rumahnya pak Andra kan bu ?"
"Bukan ! Kamu salah alamat !"
"Bu, saya gak mungkin salah alamat. Para warga yang sudah memberitahukan saya alamat rumahnya pak Andra, bu."
"Saya tidak mengerti apa yang kamu bicarakan. Lebih baik kamu pergi dari rumah saya. Pergi !"
"Bu.. Saya mohon bu. Izinkan saya tuk bertemu pak Andra, bu. Saya harus bicara sama pak Andra. Cuma pak Andra satu-satunya yang bisa menjawab rasa penasaran saya selama ini."
Berkali-kali Bima memohon kepada wanita paruh baya itu, tapi tetap saja tak berhasil. Malah semakin membuat wanita paruh baya itu marah terhadapnya.
"Sudah saya bilang, saya tidak mengenal nama yang kamu sebutkan itu. Sebaiknya kamu segera pergi dari sini, sebelum saya panggil warga untuk mengusir kamu dari sini !" Lalu segera masuk ke dalam rumahnya dan menutup pintunya rapat-rapat.
Bima hanya bisa pasrah, tidak tahu harus bagaimana lagi cara membujuk wanita paruh baya itu. Padahal dia sangat yakin kalau alamat yang didapatkan sudah benar, dan orang yang sedang dicarinya ada di rumah itu. Dan wanita paruh baya itu sudah pasti istrinya.
"Siapa di luar, bu ?" Tanya pria tua yang tengah terbaring tak berdaya di dalam kamarnya. Wajahnya begitu pucat, tampak seperti sudah lama mengalami sakit yang tak kunjung sembuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Ficção Adolescente"Oyy.. ! Lo manusia apa bukan ?" Teriak seseorang yang tidak jauh dari belakangnya. Dengan cepat, Naiara menghapus air matanya. Seseorang itu pun mendekati Naiara. Ia tidak terlihat seperti dalam kondisi sadar sepenuhnya. "Ooh, ternyata lo manusia."...