Pernikahan Haruto dan Jeongwoo telah dilaksanakan. Acara sakral itu dihadiri oleh dua keluarga besar, kerabat, bahkan seluruh teman dari kedua mempelai.
Setelah acara, keduanya memilih untuk menginap di hotel. Bukannya apa, jarak dari hotel resepsi, menuju rumah mereka sangat jauh. Iya kalian ngga salah baca, rumah mereka, rumah yang dibeli oleh Haruto menggunakan uang tabungannya sendiri.
Ya gimana ya, uang jajan dari Papa Kyu kan emang banyak, jadi ya diinvestasiin aja sama Haruto, dan jadi deh dia beli rumah di salah satu perumahan elit. Tuh, kalian bayangin sendiri deh ya berapa uang jajan Haruto selama sebulan sampai bisa beli rumah elit.
Haruto merebahkan tubuhnya di kasur. Seraya menunggu Jeongwoo selesai dari acara mandinya, ia memilih untuk bermain game di ponselnya.
Agak canggung sebenarnya. Haruto pun bingung harus bagaimana setelah ini. Jeongwoo pasti belum bisa menerimanya, kan? Dan ya, ia harus berjuang lebih keras lagi setelah ini.
Cklek~
Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan Jeongwoo disana. Wangi vanila memasuki indera penciuman Haruto. Duh, ini kalau ngga ingat Jeongwoo lagi ngandung anak dia, kayaknya bakal habis deh Jeongwoo malam ini.
Haruto bangun, dan meletakan ponselnya di atas nakas, dan mengambil pakaian gantinya.
"Ru?"
Haruto menghentikan pergerakannya kala suara Jeongwoo memanggilnya. Ia menoleh, memberikan tatapan bertanya pada Jeongwoo.
"Gue ngga mau seranjang sama lo."
Haruto hanya bisa mengangguk. "Iya, nanti aku tidur di sofa."
Setelahnya Jeongwoo mengambil guling, dan menaikan selimutnya, bersiap mengarungi mimpi indah. Sedangkan Haruto, ia menghela napas sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar mandi.
"Miris banget lo, Haruto.."
-𝕸𝖞 𝕮𝖆𝖕𝖙𝖆𝖎𝖓-
Pagi ini Haruto dibangungkan oleh suara Jeongwoo dari dalam kamar mandi. Istrinya itu sedang mengalami morning sickness sepertinya. Mau tidak mau, Haruto menghampiri Jeongwoo, mengusap lembut tengkuk si manis. Bahkan tanpa jijik ia mengusap sisa muntahan di bibir Jeongwoo.
"Masih mual?" tanyanya. Jeongwoo menggeleng lemah. Morning sickness sangat menyiksa menurut Jeongwoo.
Jeongwoo menepis kasar tangan Haruto. "Gue bisa sendiri!" sentaknya, lantas berjalan pelan menuju ranjang. Tangannya berpegangan pada dinding. Sedangkan Haruto mengikuti Jeongwoo dari belakang. Bukannya apa, dia cuma takut kalau nantinya Jeongwoo-
Grep!
Dengan cekatan Haruto menangkap tubuh Jeongwoo yang hampir terjatuh.
"Maaf aku pegang kamu, aku cuma mau bantu kamu, ngga lebih," ujarnya seraya menggendong Jeongwoo, dan menidurkannya di atas ranjang.
Tanpa sepatah katapun, Haruto keluar meninggalkan Jeongwoo di kamar sendirian.
Tangan Jeongwoo bergerak mengusap perutnya. "Papa kamu tuh baik banget.. Tapi Mama belum bisa maafin dia, dek. Mama minta maaf ya.."
Lama Jeongwoo mengusap perutnya, Haruto kembali ke kamar dengan sepiring pancake, beberapa buah, dan juga susu cokelat.
"Sarapan dulu. Makan dikit juga ngga apa, asal perut kamu jangan sampai kosong banget." ucapnya sambil menyiapkan sarapannya.
Jeongwoo menoleh ke arah lain. Haruto ngerti ngga sih, kalau dia tuh mual. Ngga pengen makan. Gimana mau makan, bayangin makanan itu masuk ke mulutnya aja dia udah takut duluan.
Haruto menyodorkan satu potongan pancake ke arah Jeongwoo, jelas saja ditolak oleh si manis.
"Makan dulu ya, dikit aja, Je. Atau kamu mau ganti menu?"
Sumpah, ini kalau kalian yang diperlakuin selembut ini sama Haruto, gimana ya? Langsung pingsan ya? Wkwk, bener ngga?
Berbeda sama Jeongwoo, ia justru menepis piring yang dipegang oleh Haruto hingga pecah berkeping-keping.
"Lo tuh budeg ya?! Gue bilang ngga mau, ya ngga mau!" marahnya pada Haruto.
Haruto hanya tersenyum tipis. Ia beralih mengambil segelas susu. "Minum susunya, ya. Sedikit aja, Je. Biar bayinya juga kena asupan."
Mau tidak mau Jeongwoo mengambil gelas susu yang ada di tangan Haruto, dan meneguknya hingga tersisa setengah gelas.
Haruto kembali meletakan gelas tersebut, dan beralih membersihkan pecahan piring itu. Tentu tidak luput dari pandangan Jeongwoo. Tapi dia tidak peduli. Biarin aja lelaki Kim itu merapikan semuanya. Siapa suruh memaksanya makan, padahal dia lagi mual banget.
Sesudah merapikan pecahan piring, Haruto kembali menaikan selimut Jeongwoo. "Lanjut tidur aja, ya. Kita pulang sore. Istirahat dulu, pasti capek kan kamu kemarin."
Si manis menutup rapat mulutnya, namun tetap menuruti ucapan Haruto. Toh dia juga mengantuk, jadi ya hanya diam saja ketika tangan Haruto bergerak mengusap lembut surai hitamnya.
Melihat Jeongwoo yang kembali tertidur, membuat Haruto ikut merebahkan tubuh di samping Jeongwoo dan meninggalkan satu kecupan di kening si manis.
"Maaf udah maksa kamu untuk makan. Pasti mual banget ya, Je? Sakit ya? Maaf, ya.. Tidur yang nyenyak, sayang.." ucapnya sebelum ikut terlelap bersama sang istri.
...
Hayolooo setelah dibuat sedih sama book 1, terus kesel di book 2, sekarang apa dong perasaan kalian? Marah? Apa bahagia? Kkk~
KAMU SEDANG MEMBACA
My Captain
Ficção AdolescenteCerita lanjutan dari Our Captain dan Our Captain 2. Trilogy of Captain Series.