Setelah pulang dari rumah Asahi, mereka memilih untuk singgah ke kediaman Kim. Dan tentu saja Jeongwoo disambut baik oleh Mashiho dan Junkyu. Sedangkan Haruto? Ia hanya bisa tersenyum masam melihat hanya istrinya yang disambut oleh orangtuanya. Poor Haru..
Kini Mashiho dan Jeongwoo sedang berada di ruang tamu. Mereka memilih untuk saling bercerita. Ah, lebih tepatnya Mashiho yang bercerita. Ada banyak hal ia ceritakan pada Jeongwoo. Mulai dari masa kecil Haruto, sampai beberapa hal yang Jeongwoo belum tau.
"Je, kamu tau ngga sih kalau Haru tuh ngga pernah bawa pasangan ke rumah?" Jeongwoo menggeleng. Memang benar ia tidak tau kalau Haruto tidak pernah membawa pasangan.
"Duh, Je.. Dia tuh kalau ditanyain kapan bawa pasangan, jawabannya pasti nanti ya Ma. Dan puncaknya tuh ya waktu accident kamu sama dia. Dia jujur ke Mama, dia bilang kalau dia sayang sama kamu. Jelas ya waktu itu Papa Kyu marah sama Haru, Je. Babak belur deh itu muka dia waktu tau anak sahabatnya ternyata jadi korban kebrengsekan anaknya sendiri."
Mendengar penuturan ibu mertuanya, membuat Jeongwoo terdiam. Jadi selama ini Haruto benar-benar menyayanginya? Lalu kenapa dulu Haruto selalu membullynya? Dan kenapa si pilot itu memilih jalan kotor untuk memilikinya?
Mashiho menatap Jeongwoo yang hanya diam bergeming. "Je? Kamu kenapa?"
Jeongwoo mengerjapkan matanya, dan menoleh ke arah Mashiho. "Eh, ngga papa, Ma. Terus gimana tuh akhirnya?"
"Ya akhirnya kan Mama, Papa, sama Haru datangin rumah kamu, melamar kamu untuk Haru. Mama pikir Haru ngga akan bisa jadi suami yang baik. Tapi nyatanya Mama salah, Je."
Jeongwoo masih diam, menyimak kata demi kata dari Mashiho. Tidak ingin kehilangan satu cerita pun tentang suaminya.
"Waktu itu Haru datang kesini. Dia cerita ke Papanya, dia bilang, Haru harus gimana Pa? Haru bingung harus bersikap gimana lagi sama Jeongwoo. Waktu awal pernikahan kalian, hubungan kalian ngga begitu bagus, kan? Beberapa kali Haru datang kesini untuk minta saran sama Papanya, Je,"
Mashiho menggenggam tangan Jeongwoo, menepuknya beberapa kali. "Mama berterima kasih banget sama Jeje karena mau nerima Haru jadi suami Jeje. Mama tau, kelakuan Haru itu ngga bisa dimaafin, kan? Mama minta maaf ya atas semua kesalahan Haru ke Jeje di masa lalu."
Mendengar itu, membuat Jeongwoo tidak bisa menahan air matanya lagi. Disatu sisi, ia memang belum bisa melupakan kejadian itu. Namun disisi lain, ia bahagia bisa bersama dengan Haruto.
Jeongwoo beralih menatap Mashiho. "Ma.. Jeje yang harusnya bilang terima kasih. Terima kasih udah lahirin lelaki sebaik Haru. Dibalik semua itu, Jeje bahagia. Bahagia bisa dicintai sebegitu besarnya sama anak Mama. Haru itu rumah terbaik untuk Jeje. Makasih ya Ma, udah mendidik Haruto jadi lelaki sejati yang berani bertanggung jawab atas kesalahannya. Jeje justru ngga tau lagi gimana jadinya kalau orang itu bukan Haru. Mungkin Jeje ngga akan bisa sebahagia ini."
Mashiho tersenyum sendu. Ia memeluk Jeongwoo. "Bahagia terus sama anak Mama ya, Je. Kalau Haru sakitin Jeje, Jeje pulang ke Mama ya. Mama akan bantu Jeje lepas dari Haru jika hari itu tiba."
Jeongwoo mengangguk. Namun di dalam hatinya, ia sangat yakin, Haruto tidak akan pernah meninggalkannya.
-𝕸𝖞 𝕮𝖆𝖕𝖙𝖆𝖎𝖓-
Cklek~
Jeongwoo menoleh, mendapati Haruto yang tersenyum ke arahnya. Haruto mendekat, lantas membawa si manis dalam pelukannya.
"Tadi cerita apa aja sama Mama? Cerita yang buruk tentang aku, ya?"
Jeongwoo menggeleng. "Ngga, Mama cerita tentang banyak hal."
Haruto hanya mengangguk, tapi tangannya tetap mengusap rambut Jeongwoo, memberi kenyamanan tersendiri untuk si manis.
"Haru.. Jeje mau tau, kenapa Haru dulu sering banget bully Jeje?" tanyanya pelan, takut jika Haruto marah akan pertanyaannya.
Haruto menyelipkan satu kecupan di pucuk kepala Jeongwoo. "Karena aku sayang sama kamu, Je. Aku tau di sekolah itu banyak pembully, dan aku ngga mau kamu jadi target mereka selanjutnya. Aku sengaja bully kamu, biar setelahnya aku bisa obatin luka kamu."
Jeongwoo mendongak, menatap bingung pada Haruto.
"Aku ngga lari dari tanggung jawab, Je. Setiap kamu pergi ke uks, aku juga kesana. Obatin luka-luka kamu waktu kamu tidur. Bahkan aku siapin semua makanan atau minum untuk kamu biar kamu ngga kelaparan."
Jeongwoo mengerucutkan bibirnya. Jadi selama ia mendapat perlakuan buruk itu, Haruto selalu ada di sampingnya?
Tangan Haruto turun mengusap lembut pipi Jeongwoo. "Aku takut. Takut kamu benci sama aku. Tapi lebih takut lagi kalau aku bakalan kehilangan kamu, Je. Aku suka sama kamu, sayang sama kamu, bahkan cinta sama kamu dari lama. Aku pengecut, ya? Ngga berani segamblang itu bicara ke kamu. Aku minta maaf, ya untuk kesalahan yang lalu. Tetap sama aku ya, Je. Kalau ngga sama kamu, aku sama siapa, Je?"
Hancur sudah pertahanan Jeongwoo. Ia menangis kala melihat tatapan ketulusan di mata Haruto. Ia pun memeluk erat sang suami, menangis dalam dada bidang yang selalu jadi tempat sandarannya.
"Makasih, Haru.. Makasih.."
Haruto tersenyum. Ia membalas pelukan itu, mengusap punggung Jeongwoo, berharap tangisan istrinya mereda.
"Maafin Jeje belum bisa jadi istri yang baik buat Haru.. Tapi Jeje mohon, jangan pernah berpikir untuk kembaliin Jeje ke Mama Asa.."
Haruto mengangguk tanpa ragu. "Pasti. Aku akan selalu mencoba jadi suami yang baik untuk kamu. Kalau ada masalah, kita selesaikan berdua. Kalau ada rintangan, kita lalui bersama. Jangan lepas genggamanku ya, Je. Tetap sama aku disini."
Cup.
Satu kecupan Haruto dapat dari Jeongwoo. Istrinya itu tersenyum cerah.
"Jeje sayang Haru.."
Haruto terkekeh, dan kembali menarik Jeongwoo dalam dekapannya.
"I love you more, Wolfie.."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Captain
Teen FictionCerita lanjutan dari Our Captain dan Our Captain 2. Trilogy of Captain Series.