Siapa yang mengira Jeongwoo tidak pernah mengidam? Hey, asal kalian tau, ya, Jeongwoo itu beberapa kali pernah mengidam. Hanya saja...
Ah sudahlah, mari kita lihat seberapa frustasi Haruto kala Jeongwoo mengidam.
...
Pertama, kala itu di hari Minggu yang cerah, Jeongwoo sepertinya ingin bersantai saja. Kebetulan Haruto juga ada di rumah hari ini. Jadi, yang mereka lakukan sejak tadi hanya menonton netflix, tentu dengan posisi saling memeluk.
"Ru.."
Haruto hanya berdeham. Netranya tetap fokus menonton film.
Jeongwoo mengerucutkan bibir. "Aku pengen sesuatu deh, Ru."
Haruto pun menoleh. Menatap bingung pada sang istri. Apakah Jeongwoo sedang mengidam?
"Kamu ngidam?" Jeongwoo mengangguk.
"Ngidam apa?"
"Lihat kamu terjun dari sayap pesawat lho, Ru. Kayaknya keren gitu kalau dilihat." jawabnya seraya menatap Haruto dengan mata berbinar.
Haruto terdiam. Ini Jeongwoo ngidam apa pengen liat Haruto meregang nyawa sih? Masa iya ngidamnya ekstrim banget.
"Je, boleh ganti ngga ngidamnya?" si manis menggeleng.
"Masa diganti sih, Ru.."
Haruto tersenyum masam. "Kamu mau anak kita jadi yatim, Je?"
Jeongwoo lantas melepaskan pelukannya, dan membalik tubuhnya; memunggungi Haruto.
Haruto hanya bisa menghela napas. Ya masa iya dia nurutin ngidam Jeongwoo? Bisa-bisa anaknya lahir tanpa bapak nanti.
...
Yang kedua, waktu itu Haruto lagi tugas, tapi Jeongwoo meneleponnya. Haruto memang selalu mengangkat panggilan istrinya dengan cepat, jadi lah ia mendengar semua keinginan Jeongwoo.
"Jadi ya, Haru, aku tuh pengen banget lihat kamu nyetir pesawat tapi pakai kostum joker. Pasti gemes banget deh. Mau ya, Haru? Ini kan keinginan bayi kita.."
Haruto berada di Jepang saat itu. Ya bayangin deh kalau dia iyain ngidamnya Jeongwoo, bisa kabur kali para penumpangnya. Masa iya tugas tapi pake seragam joker.
"Je, nanti aja ya waktu aku libur, aku ajak kamu keliling naik pesawat. Gapapa deh aku pakai baju joker juga."
"Haru tuh emang ngga sayang sama aku! Udah lah, ngga usah!"
Pip.
Nah kan, kalau udah gini, Haruto cuma tinggal bersabar aja deh. Ngga akan bisa dibujuk kalau udah ngambek Jeongwoo tuh.
Haruto mengusap wajahnya kasar. "Beneran deh, ini anak nanti pas gede kayaknya kemusuhan banget sama gue."
...
"Haruuu!"
Haruto yang sedang bermain game pun seketika menoleh ke arah Jeongwoo. Dilihatnya sang istri tengah berlari kecil seraya membawa ponsel, dan menghampirinya.
"Haru, Haru, Jeje mau beli red velvet cake dong. Boleh ngga? Tadi Jeje lihat mukbang, terus ada red velvet cake gitu, Jeje jadi pengen, Haru.."
Haruto tersenyum cerah. Baru kali ini Jeongwoonya mengidam, tapi waras. Biasanya selalu meminta hal yang aneh, bahkan diluar batas kemampuannya. Dan sekarang, hanya meminta red velvet cake, kan?
"Tapi Ru, Jeje maunya Haru beli cake nya di Italia, ya.."
Deg.
Haruto kira permintaannya sesederhana itu, tapi ternyata ada lanjutannya.
"Ya Tuhan, Je.. Harus banget Italia nih?"
Jeongwoo mengangguk tanpa ragu. "Iya, Haru.. Tapi Jeje mau ikut juga kesana.."
Haruto menarik pelan tangan Jeongwoo, bermaksud menyuruh si manis duduk di sampingnya.
"Je, kehamilan kamu masih rentan, ngga memungkinkan untuk pergi jauh. Beli yang ada di sini aja, ya? Aku beli berapapun yang kamu mau deh, ya?"
Bukannya menjawab, Jeongwoo justru memeluk erat Haruto. "Jeje mau es krim aja, boleh? Tapi dua ya, Haru.."
Haruto tersenyum, lantas membalas pelukan Jeongwoo. "Iya, dua deh es krimnya."
"Dua box yang gede ya, Ru. Makasih.."
Damn.
Haruto kira beneran dua es krim, ternyata masih ada lanjutannya. Astaga.. Beneran deh, ini boleh tukar tambah istri ngga sih?
...
Di hari libur Haruto kali ini, mereka memilih untuk berkumpul. Iya Junkyu, Mashiho, Asahi, juga HaJeongwoo. Junkyu dan Haruto sibuk menyiapkan panggangan. Sedangkan Mashiho, Asahi, dan Jeongwoo sibuk di dapur membuat beberapa minuman. Tentu saja dengan Jeongwoo yang dilarang ini itu oleh ibu dan mertuanya.
Jeongwoo menumpukan dagunya di meja makan, mengayunkan kakinya guna mengusir rasa bosan.
Haruto yang baru saja selesai menyiapkan alat pemanggang, masuk ke dapur, berniat mengambil beberapa bahan masakan. Namun langkahnya terhenti di belakang si manis. Ia mengecup singkat pucuk kepala Jeongwoo, membuat si manis menoleh. Senyumnya terbit melihat suaminya.
"Haru.."
Nah, Haruto tau nih kalau nada panggilannya udah begini. Pasti-
"Aku ngidam deh."
-si manis lagi ngidam.
"Mau apa, hm?" tanyanya seraya mengusap surai Jeongwoo.
"Aku mau sosis bakar aja. Tapi kamu yang buat, ya.. Aku mau sepuluh!"
Haruto terkekeh, dan mengacak gemas rambut Jeongwoo. Kali ini dia bisa mengiyakan permintaan si manis.
"Iya, aku buatin. Kamu tunggu disini, ya. Nanti kalau udah siap, baru aku panggil." Haruto beralih menuju lemari pendingin, mengambil satu pack sosis, dan bersiap membuatkan sosis bakar untuk si manis.
-𝕸𝖞 𝕮𝖆𝖕𝖙𝖆𝖎𝖓-
Saat ini, Jeongwoo sedang bersandar di dada bidang sang suami. Memainkan kaos polos yang dipakai Haruto.
"Haru.."
"Hm?"
Jeongwoo menatap lembut ke arah Haruto, pun sebaliknya. "Makasih, ya. Makasih karena sabar baget ngehadapin aku yang kadang ngidam aneh gitu."
Haruto menaruh ponselnya, lantas mengecup lama kening Jeongwoo, dan membawanya dalam dekapan hangat.
"Itu tugasku, sayang. Kenapa tiba-tiba banget bilang makasih?"
Jeongwoo menggeleng. "Ngga papa, cuma mau bilang aja. Adek bayi pasti merasa beruntung banget nanti karena punya Papa sebaik Haru. Aku juga bersyukur karena punya suami sesabar Haru. Makasih ya, Haru.."
Tidak ingin membuat si manis makin berlarut dalam sendunya, ia segera mengusap punggung Jeongwoo. "Bobo, yuk. Besok kita beli perlengkapan baby ya."
Mau tak mau Jeongwoo mengiyakan. Toh ia juga sudah mengantuk.
Satu kecupan mendarat di pipi Haruto, setelahnya ia memeluk suaminya, dan bergegas menuju mimpi.
Haruto tersenyum melihat sang istri. "Duh, gemes banget."
Ia mengecup pipi, juga kening Jeongwoo, sebelum akhirnya ikut tertidur.
"Good night, sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Captain
Teen FictionCerita lanjutan dari Our Captain dan Our Captain 2. Trilogy of Captain Series.