Flashback

2.3K 308 9
                                    

Hari ini, Jeongwoo sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Keadaannya sudah membaik, pun dengan bayinya. Dan yang kini dilakukan oleh Jeongwoo adalah tiduran di atas kasur, dengan sang bayi disampingnya.

Jeongwoo mengecup pipi gembul itu, dan menggenggam tangan mungil sang anak.

"Wonie, anak Mama, gemesnya Mama.."lirihnya.

Ada berbagai perasaan menumpuk dalam rongga dadanya kala melihat wajah putranya. Wajah yang hampir seluruhnya mirip dengan sang suami, Kim Haruto, membuatnya kembali rindu dengan sosok pembawa bahagia itu.

"Wonie kangen Papa ngga?" tanyanya seraya memainkan jari Rakwon.

"Mama kangen banget sama Papa. Wonie, Papa Wonie itu orang baik. Sangat baik. Mama merasa beruntung bisa dicintai orang sebaik Papamu."

Jeongwoo tersenyum, namun tak ayal, air matanya justru menetes.

"Papa ngga pernah marah ke Mama, Wonie. Papa juga selalu jagain Mama waktu Wonie masih diperut Mama. Wonie pasti juga penasaran ya sama muka Papa?" bayi di hadapan Jeongwoo itu hanya menggeliat.

Jeongwoo terkekeh pelan, lantas mengambil susu formula dan memberikannya pada sang bayi. Menepuk-nepuk pelan paha bayinya, agar bayinya terlelap.

Jeongwoo tersenyum melihat putranya terlelap. "Anak kita mirip banget sama kamu, Haru. Matanya, hidungnya, hampir semuanya nurun dari kamu."

Jeongwoo menghadap ke arah langit kamar. "Haru.. Kamu dimana? Pulang, Haru.. Aku sama anak kita akan selalu nunggu kamu pulang. Sekalipun itu cuma raga kamu, its okay, asal kamu kembali ke kami."

-𝕸𝖞 𝕮𝖆𝖕𝖙𝖆𝖎𝖓-

Hari kedua pencarian pesawat, Junkyu ikut turun tangan. Ikut menyusuri berbagai rute yang sekiranya dilalui oleh pesawat yang dikendarai oleh putranya itu.

Entah sudah berapa lama pencarian itu di lakukan. Baik Junkyu, Jihoon, Yoshi, bahkan tim sar lainnya masih terus mencari titik jatuhnya pesawat.

Junkyu mendudukan bokongnya di bawah pohon rindang, disusul dengan Jihoon juga Yoshi.

"Rasanya gue mau nyerah aja, Ji, Yosh." keluhnya.

Jihoon menepuk pundak Junkyu beberapa kali. "Kalau lo nyerah, nasib Jeongwoo sama anaknya gimana, Kyu? Menantu lo juga butuh suaminya. Butuh anak lo, si Haruto. Kalau lo nyerah, gimana bisa kita nemuin titik terangnya?"

Junkyu mengusap kasar wajahnya. Lelah terlihat jelas di wajahnya. Mencari keberadaan sang putra kesana kemari, belum lagi rasa khawatirnya pada sang istri yang sering menangis menanti kabar Haruto.

"Iya, lo bener, Ji. Gue ngga boleh nyerah. Kalau gue nyerah, gimana bisa nemuin anak gue?"

"Lo tenang aja, Kyu. Gue sama Jihoon pasti selalu bantuin lo disini." ucap Yoshi.

"Mau lanjut nyari lagi, Kyu?" tanya Jihoon seraya menyodorkan sebotol air mineral pada Junkyu.

Junkyu mengangguk, lantas mengambil air mineral dari tangan Jihoon, dan meneguknya hingga tandas.

"Iya. Gue mau lanjut aja nyari Haruto. Sekalipun nanti ketemu, entah itu cuma raganya atau raga sekaligus jiwanya, gue akan terima. Entah bagaimana bentuknya nanti, gue juga akan menerimanya." ucapnya sebelum akhirnya kembali menyusuri hutan bersama Jihoon dan juga Yoshi.

-𝕸𝖞 𝕮𝖆𝖕𝖙𝖆𝖎𝖓-

Mashiho masih berada dalam posisinya, duduk di tepi kasur seraya memeluk figura foto sang anak, Kim Haruto. Sejak berita hilang kontak dua hari lalu, hatinya masih tak tenang. Belum mendapat kabar sama sekali dari sang suami mengenai anaknya. Tak hentinya Mashiho berdoa untuk keselamatan sang anak. Ia bahkan memilih untuk tidur di kamar yang dulunya ditempati oleh Haruto guna menghilangkan rasa rindunya.

"Ya Tuhan, kamu dimana nak? Pulang, Haru.. Mama kangen sama Haru. Jeongwoo juga pasti kangen banget sama kamu. Anak kamu udah lahir, Ru. Tampan, lucu, semua ada di dia. Cepat pulang ya, nak. Jeongwoo sama Rakwon masih butuh kamu."

Mashiho mengusap figura foto dalam genggamannya. "Dimanapun kamu berada sekarang, Mama cuma berharap yang terbaik untuk kamu. Semoga Tuhan selalu melindungimu, nak."

-𝕸𝖞 𝕮𝖆𝖕𝖙𝖆𝖎𝖓-

Asahi berdiri di depan pintu kamar Jeongwoo. Melihat bagaimana putranya tertidur dengan lelap bersama cucunya. Melihat bagaimana mata sembab itu terlelap sambil memeluk bayinya, membuat Asahi meringis. Ia pernah merasakan bagaimana kehilangan sosok suami, dan ia tidak ingin Jeongwoo juga merasakan hal yang sama.

"Haru, cepat kembali, kasihan istrimu. Hah.. Tuhan, kali ini aku tidak meminta apapun, jagalah menantuku dimanapun ia berada."

Asahi kembali menutup pintu kamar Jeongwoo, membiarkan si manis terlelap dalam tidurnya.

My CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang