Just a random talk

2.5K 320 28
                                    

Jeongwoo terbangun, mimpi buruk membuatnya terbangun dari lelapnya. Haruto pun jadi ikut terbangun karena sang istri. Ia mendudukan diri di samping Jeongwoo, mengusap lembut punggung istrinya itu.

"Haru.. hiks.. aku mimpi buruk.."

Haruto tersenyum seraya menarik Jeongwoo dalam dekapannya. "Mimpi apa, sayang?" tanyanya lembut.

Jeongwoo membalas pelukan itu tak kalah erat. Menangis di dada bidang sang dominan.

"Aku mimpi keguguran, Haru.."

Pantas saja Jeongwoo menangis ketika bangun. Ternyata mimpinya sangat buruk.

"Udah, ya, dedek bayinya masih ada di perut kamu itu, Je," Haruto melonggarkan pelukannya, menangkup kedua pipi gembul sang istri. Mengusap sisa air mata di pipinya, lantas menyelipkan sebuah kecupan manis di bibir.

"Aku janji akan jaga kalian berdua."

Jeongwoo mengangguk. Tanpa berjanji pun, ia tau Haruto tidak akan pernah lupa akan tugasnya menjaga Jeongwoo, juga si calon bayi.

Si manis kembali memeluk erat suaminya. Mendusal di dada Haruto, membuat si dominan mati-matian menahan gemas karena kelakuan istrinya itu.

"Jeje sayang Haru."

Haruto mengecupi kepala Jeongwoo. "Love you more, Wolfiee."

Jeongwoo tersenyum dalam pelukan Haruto. Beneran deh, walaupun cara Haruto memilikinya itu salah, tapi disini Jeongwoo bersyukur banget punya Haruto sebagai suami.

"Jeje beruntung banget punya Haru. Haru ngga pernah marah ke Jeje, selalu jagain Jeje, sayangin Jeje, baik ke Jeje walaupun Jeje sering jahat ke Haru. Jeje ngerasa ngga pantas, Haru.."

Haruto hanya diam, mendengar semua ucapan si manis. Tapi tangannya tetap mengusap lembut punggung si manis.

"Sekarang Jeje jadi ngerasain gimana rasanya dicintai sama seseorang, dijagain juga. Jeje ngerasain rasanya jadi Mama Asa waktu masih ada Papa. Dulu Papa pernah bilang di mimpi Jeje, Haru itu suami yang terbaik untuk Jeje," si manis mendongak menatap Haruto. "Ternyata pilihan Papa ngga pernah salah ya, Haru.."

Terlampau gemas, Haruto mengecup seluruh wajah Jeongwoo, sedangkan si manis tertawa geli mendapat perlakuan seperti itu dari suaminya.

"Haru, jangan tinggalin Jeje ya.."

Haruto tersenyum, menggenggam tangan Jeongwoo, dan mengecupnya. "Sedikit pun ngga ada niatan buat ninggalin kamu, Je. Aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu, dan aku minta maaf karena caraku itu salah."

Jeongwoo menggeleng. Ia tidak lagi mempermasalahkan itu. Yang penting, Haruto mau bertanggung jawab akan kesalahannya saja sudah sangat cukup untuk Jeongwoo.

"Jeje justru ngira Haru bakal pergi ninggalin Jeje setelah lakuin itu."

Haruto terkekeh, lantas mendekap erat Jeongwoo, menggerakan tubuhnya dan Jeongwoo.

"Ngga lah. Aku tuh cinta banget, sayang banget sama kamu. Bucin kamu deh pokoknya. Masa iya aku ninggalin kamu sih, Je. Aku malah takut ngga dapat restu dari Mama Asa waktu itu."

Jeongwoo mengangguk. "Jeje juga mikirnya begitu, Haru.."

Haruto tersenyum, walau awalnya ia takut tidak mendapat restu, tapi ternyata salah. Asahi dengan mudahnya memberi restu padanya. Walaupun dengan hasil Jeongwoo yang selalu mencampakkannya, tapi tak apa. Toh sekarang ini, Jeongwoonya sudah berubah.

"Haru.. Dulu tuh Jeje pengen banget lihat Papa Jae pakai seragam. Tapi sekarang, Jeje selalu lihat Haru pakai seragam pilot. Haru jadi keren banget tau kalau pakai seragam begitu. Jeje jadi takut kalau nanti ada yang deketin Haru."

Jeongwoo mencebikkan bibirnya, membuat suaminya tertawa. Ini kenapa Jeongwoo jadi gemas begini sih? Bisa diabetes lho Haruto kalau begini caranya.

"Kalaupun mereka deketin, aku ngga akan pernah mau. Hati aku udah dikunci sama Kim Jeongwoo."

Blush!

Pipi Jeongwoo secara otomatis memerah. Kenapa sih Haruto dan mulut manisnya itu selalu aja kayak gitu? Bikin Jeongwoo merona.

Ia semakin mengeratkan pelukannya. "Haru jangan gitu ish!"

Haruto terkekeh. "Iya maaf. Bobo yuk, besok aku ada penerbangan lho, Je."

Jeongwoo kembali menatap Haruto. "Berapa lama? Jeje boleh ikut ngga?"

Haruto menggeleng. "Cuma dua hari, sayang. Ngga boleh ikut, nanti aja kalau dedek bayi udah lahir, kamu ikut. Biar ngerasain rasanya disopirin sama suami sendiri."

"Janji yaa, Haru?" ia menyodorkan jari kelingkingnya pada Haruto.

Haruto tertawa sebelum akhirnya menautkan jari kelingkingnya dengan Jeongwoo. "Janji, sayang. Ayo bobo, besok aku antar kamu dulu ke rumah Mama Asa, baru ke bandara."

Haruto kembali merebahkan badannya, tentu saja dengan Jeongwoo dalam dekapannya. Ia mengusap surai Jeongwoo, membuat si manis kembali mengantuk, hingga akhirnya terlelap dalam pelukan hangat sang pilot tampan.

Haruto mengecup kening Jeongwoo sebelum akhirnya ikut menyusul Jeongwoo ke alam mimpi.

...

Sebenernya ga tau kenapa tiba² mikir buat bikin part ini. Tapi terinspirasi dari si 'mbul' yang gemesin bgt kemarin..

And..

Hope y'all enjoy this story..

My CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang