Tidak terasa, pernikahan keduanya berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Baik Haruto atau Jeongwoo pun sudah saling terbuka. Keduanya juga terlihat semakin dekat, seperti saling takut kehilangan. Haruto yang sangat mencintai Jeongwoo, pun sebaliknya.
Tak hanya itu, kandungan Jeongwoo pun tumbuh dengan sehat. Hingga kini usianya menginjak angka 8 bulan. Bukan hal mudah untuk Haruto dalam menghadapi mood swing sang istri, atau ngidamnya, tapi yang pasti si pilot tampan itu selalu sabar menghadapinya. Toh sang istri jadi semakin menempel padanya juga. Dan apapun itu, pasti ia usahakan untuk Jeongwoo dan juga bayi mereka.
Kini keduanya tengah berada di kamar. Dengan Jeongwoo yang sibuk menyiapkan seragam sang suami, dan Haruto yang sibuk menyiapkan keperluannya sendiri. Iya esok adalah penerbangan ke sekiannya. Rute kali ini memakan waktu hampir 10 jam, dan co-pilotnya pun bukan Junghwan atau Niki, melainkan Sunghoon, salah satu co-pilot terbaik di TM-Airline.
Setelah dirasa semuanya lengkap tanpa terlupakan satupun, Haruto beranjak mendekati istrinya. Si manis merentangkan tangannya, bermaksud meminta pelukan hangat dari suaminya. Maka dengan cepat, Haruto membawa tubuh itu dalam dekapannya, tidak terlalu erat, tapi cukup hangat.
"Haru.."
Haruto mengusap lembut surai hitam Jeongwoo. "Kenapa, sayang?"
"Boleh ngga sih aku larang kamu untuk kerja? Aku rasanya mau meluk kamu kayak gini aja, Ru.." lirihnya dalam pelukan Haruto.
Haruto terkekeh, memberikan beberapa kecupan sayang di pucuk kepala sang istri.
"Aku ngga bisa ninggalin kewajibanku, sayang."
Bibir Jeongwoo total melengkung ke bawah. "Aku tuh cuma mau Haru disini. Mau peluk Haru seharian.."
Sang dominan melonggarkan pelukannya, menangkup kedua pipi submisifnya, memberi satu kecupan di bibir ranum itu, dan menatapnya lembut.
"Sayang dengerin aku, ya. Aku pergi tugas, bukan untuk senang-senang. Cuma tiga hari, Je. Kamu bisa peluk aku sepuasnya pas aku pulang tugas deh, ya?"
Mau tak mau Jeongwoo hanya menganggukan kepala. Walau sebenarnya ia tidak rela melepaskan Haruto untuk tugas kali ini.
"Ru.. Peluk sampai bobo, ya.."
Haruto tidak menjawab, namun memilih untuk menggendong tubuh Jeongwoo, dan menidurkannya perlahan di kasur. Menarik selimut hingga sebatas dada, lantas memeluknya.
Jeongwoo memejamkan matanya, menghirup aroma maskulin favoritnya, mencari posisi ternyaman di dada bidang itu.
Haruto mengusap punggung Jeongwoo. Sudah menjadi kebiasaannya selama beberapa bulan terakhir. Karena jika diusap begitu, Jeongwoo pasti terlelap lebih cepat.
"Haru, jangan pernah tinggalin Jeje ya.." ucap si manis tiba-tiba.
Haruto hanya bergeming. Tidak mengerti dengan ucapan Jeongwoo. Dia bahkan tidak ada sekalipun berpikiran untuk meninggalkan sang istri.
"Je, kamu overthinking lagi, ya? Sayang, ingat kata dokter, kamu ngga boleh kebanyakan overthinking lho."
Jeongwoo menggeleng, ia semakin mengeratkan pelukannya. "Aku takut. Takut kamu pergi. Tolong sama aku aja ya, Ru. Sehari aja di rumah ini."
Haruto menghela napasnya. "Je, dengar ya, ini tugasku, kewajibanku. Aku ngga bisa semena-mena sama pekerjaanku. Aku-"
Jeongwoo dengan cepat melepaskan pelukan itu, lalu memunggungi Haruto. "Kamu tuh emang ngga pernah serius sayang sama aku. Aku cuma minta kamu stay disini sama aku, apa susahnya sih, Ru?!"
Tak ingin termakan oleh emosi, Haruto lebih memilih memeluk Jeongwoo dari belakang. Mengusap perut buncit sang istri.
"Hanya tiga hari, sayang. Aku sayang sama kamu, sayang banget. Tapi yang namanya tugas, ngga bisa aku tinggalin begitu aja." Haruto masih tetap membujuk si manis.
"Udah lah, aku ngantuk. Mau tidur!"
Haruto hanya bisa menghela napas kala melihat kesayangannya merajuk.
Tangannya kembali melingkari pinggang Jeongwoo, menyelipkan satu kecupan di leher Jeongwoo.
"Aku minta maaf ya, Je. Aku juga maunya meluk kamu terus seharian, tapi namanya kerjaan, ngga bisa ku tinggalin gitu aja. Tidur nyenyak, sayang."
-𝕸𝖞 𝕮𝖆𝖕𝖙𝖆𝖎𝖓-Keduanya sudah berada di rumah Asahi. Iya kegiatan rutin setiap Haruto akan bertugas. Si manis pasti ia titipkan di rumah Asahi. Ia hanya tidak ingin Jeongwoonya kesepian di rumah, terlebih lagi usia kandungan Jeongwoo, membuatnya makin ekstra menjaga si manis.
Haruto kira, Jeongwoo hanya bercanda ketika merajuk semalam, tapi nyatanya hingga detik ini si manis masih saja mendiaminya. Sudah berbagai cara ia lakukan untuk membujuk sang istri, namun tidak ada satupun yang berhasil.
"Je, masih ngambek ya? Sebentar lagi aku berangkat lho, Je. Beneran masih ngambek nih?" tanya Haruto dari luar kamar Jeongwoo. Memang si manis hanya mengurung dirinya di dalam kamar sejak tadi. Asahi pun ikut membujuk, tapi ya namanya juga Jeongwoo, tidak akan semudah itu untuk dibujuk.
Haruto tersenyum getir, lantas meletakan sarapan yang ia bawa di depan pintu kamar.
"Je, sarapannya aku taruh di depan pintu, ya. Aku berangkat. Love you, wolfie." ucapnya sebelum menghampiri Asahi, berpamitan pada sang mertua.
Sedangkan di dalam sana, Jeongwoo memeluk erat boneka kesayangannya.
"Huh, Jeje kesal sama Haru pokoknya! Tapi Jeje mau peluk Haru.." alhasil, ia pun memilih untuk keluar kamar, membiarkan sarapan itu tak tersentuh.
Langkahnya terdengar di penjuru rumah, mencari keberadaan sang suami yang ternyata sudah siap dengan seragamnya.
"Haruu!"
Haruto sedikit berjengit kala mendengar suara Jeongwoo. Iya tersenyum menatap sang istri.
"Mama ke dalam dulu ya, Ru," ucap Asahi sebelum masuk ke rumah, dan membiarkan keduanya menyelesaikan masalah.
Grep!
"Haru.. hiks.. maafin Jeje.."
Haruto membalasnya, membalas pelukan itu sama eratnya. Mengusap punggung sempit sang istri, mengecupi pucuk kepalanya.
"Ngga perlu minta maaf, sayang. Aku yang harusnya minta maaf karena ngga bisa nurutin maunya kamu."
Ia melepaskan pelukannya, menggenggam jemari Jeongwoo, mengecupnya singkat.
"Aku juga maunya disini aja, Je, sama kamu. Tapi aku ngga bisa semaunya gitu sama tugasku." Jeongwoo mengangguk, ia mengerti.
"Tapi janji ya, Haru harus jaga diri. Jeje sama adek bayi selalu nunggu Haru pulang."
Haruto terkekeh, dan kembali menarik Jeongwoo dalam pelukannya. "Iya, Je. Aku janji akan jaga diri, dan pulang cepat buat kamu sama adek bayi."
Jeongwoo mengangguk. Ia memilih untuk diam, dan menghirup aroma vanila dari tubuh Haruto. Ntah kenapa ia menyukai aroma itu.
"Aku berangkat ya, Je. Kalau ada apa-apa, tolong kabari aku ya."
Haruto menangkup pipi Jeongwoo, memberi kecupan di setiap permukaan wajah Jeongwoo. Setelahnya, ia masuk ke dalam mobil, menyisakan Jeongwoo di pelataran rumah.
Jeongwoo mengusap perutnya. "Dek, kok perasaan Mama ngga enak ya? Eh ngga, Papamu pasti baik-baik aja."
-𝕸𝖞 𝕮𝖆𝖕𝖙𝖆𝖎𝖓-Breaking news!
TM-Airline A703 dinyatakan hilang kontak. Setelah take off dari Incheon International Airport, 2 jam kemudian pesawat ini dinyatakan hilang kontak. Hingga kini, tim sar masih terus mencari keberadaan TM-Airline A703..
KAMU SEDANG MEMBACA
My Captain
Teen FictionCerita lanjutan dari Our Captain dan Our Captain 2. Trilogy of Captain Series.