Wake up

2.6K 352 34
                                    

Selama hampir satu minggu ini Junkyu tidak pernah absen memantau setiap perkembangan sang putra. Walau tidak setiap saat ia menemani Haruto, tapi ia tetap menyempatkan diri untuk sekedar menjenguknya.

Perihal Mashiho, Asahi, dan Jeongwoo, ketiganya sudah mengetahui keadaan Haruto. Diantara ketiganya, Jeongwoo lah yang menangis paling lama. Disatu sisi si manis itu merasa bahagia, dan di lain sisi ia juga merasa sedih melihat beberapa alat medis menempel di tubuh suaminya.

Kini, Jeongwoo berada di depan kaca pembatas ruangan steril itu. Tangannya mengusap kaca itu. Membuat rasa rindunya kian membuncah.

"Mau masuk, Je?" tanya Mashiho. Iya, hari ini Mashiho lah yang menjaga Haruto. Suaminya tengah bertugas.

Jeongwoo mengangguk. Lantas memberi Rakwon pada mertuanya.

"Jeje titip Wonie ya, Ma," ucapnya, lalu berjalan memasuki ruangan.

Dengan cekatan tangannya memakai baju steril yang sudah disiapkan dari pihak rumah sakit. Setelahnya ia berjalan mendekati ranjang, duduk di kursi samping ranjang, lantas menggenggam jemari Haruto yang terbebas dari selang infus.

Jeongwoo tersenyum lirih. Jemarinya mengusap lembut pipi Haruto, berharap si lelaki tampan kebanggaannya itu akan segera sadar.

"Hai, Haru. Maaf ya aku baru sempat datang."

Jeongwoo merapikan rambut Haruto. Tolong, hampir dua minggu tanpa Haruto membuat rindunya tertumpuk hingga tak terhitung.

"Haru, Jeje kangen.. Kangen banget sama Haru. Haru tau ngga? Anak kita udah lahir. Namanya Kim Rakwon. Kalau kata Mama Asa, Rakwon itu paket komplitnya kita." Jeongwoo terkekeh pelan mengingat perkataan Mamanya.

"Rakwonie itu ganteng kayak kamu, tapi manis juga kayak aku. Kalau kamu bangun nanti, pasti kamu gemes banget deh sama Wonie. Aku gemes banget lho sama dia, Haru.."

Jeongwoo meletakan tangan besar Haruto di pipinya. "Cepat sadar ya, Haru. Aku mau rawat Wonie bareng sama kamu. Aku ngga bisa rawat Wonie sendirian."

"Cepat bangun ya, Haru. Jeje mau peluk Haru, peluk yang erat pokoknya. Jangan ikut Papa Jae ya, Haru. Jeje takut. Jeje takut ditinggal sendiri lagi. Jeje ngga mau sendirian. Jeje-"

"Ngga ada yang mau ninggalin kamu, Kim Jeongwoo."

Netra kembar Jeongwoo mengerjap lucu. Ia mendongak, melihat wajah Haruto. Dapat ia lihat, si pilot tampan itu mulai membuka matanya, dan terkekeh kecil kala melihat wajah lucu istrinya.

Haruto membalas genggaman Jeongwoo, dan tersenyum.

Jeongwoo yang tersadar dari lamunannya pun hendak menekan tombol di samping ranjang, namun Haruto lebih dulu menahannya.

"Haru?"

Haruto menggeleng, lantas merentangkan tangannya, bermaksud agar Jeongwoo memeluknya. Dan si manis yang tau arti dari pergerakan Haruto pun segera masuk ke dalam dekapan sang dominan.

"Haru.. hiks.. Jeje kangen.."

Haruto mengusap lembut surai Jeongwoo. "Miss you too, wolfie."

Keduanya sibuk melepas rindu, berbagi dekapan hangat, membiarkan detak jantung mereka berdebar dengan cepat, dan membiarkan ruangan tersebut menjadi saksi bisu rindu mereka terlepas dengan bebas.

Haruto tidak ingin munafik, ia juga sangat merindukan kesayangannya. Ia pikir, tidak akan ada lagi dirinya bersama Jeongwoo, atau dalam artian, Haruto pergi menyusul Jaehyuk. Tapi nyatanya Tuhan memang sangat baik. Ia mendapat kesempatan untuk kembali bersama istri, dan juga anaknya.

Jeongwoo melepaskan pelukannya, menatap Haruto dengan lembut, pun sebaliknya.

"Terima kasih karena nepatin janji untuk kembali, Haru." ucapnya diiringi dengan senyuman manis di bibir.

Haruto tersenyum, ia melepaskan masker oksigen, lantas menarik tengkuk Jeongwoo. Mengecup bibir si manis, dan melumatnya sedikit.

"I am home, sayang. Maaf karena pulangnya lambat."

Jeongwoo menggeleng, ia kembali memeluk tubuh tegap dominannya. "Ngga perlu minta maaf. Jeje seneng Haru kembali. Jeje bangga banget sama Haru. Makasih ya Haru, karena Haru, jadi banyak penumpang yang selamat. Haru itu pilot terbaik kebanggaannya Jeje. And.. I love you, Haru."

Haruto terkekeh, tangannya mengeratkan pelukan di pinggang si manis. "I love you more, sayang. Terima kasih juga karena sabar nunggu aku pulang. And i am happy to be your best pilot."

Menyadari jika Jeongwoo masih dalam posisi berdiri, ia pun sedikit melonggarkan pelukannya. "Naik sini, Je. Tidur sama aku aja."

Jeongwoo tertawa, namun tetap mengikuti kemauan Haruto. Ia menidurkan tubuhnya di samping Haruto, dan kembali memeluk sang dominan.

"Ugh, Jeje kangen Haru. Mau peluk Haru aja sampai pagi."

Haruto tersenyum jahil. "Jangankan peluk, Je. Kamu mau KFC pun aku jabanin."

Jeongwoo menatap bingung pada Haruto. "KFC? Haru mau makan KFC?"

"Bukan KFC yang itu, sayang.."

"Terus yang mana?"

Haruto terkekeh, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan polos sang istri.

"Kiss, Fuck, and Cuddle."

"DASAR ANAK KOALA, ITU MENANTU MAMA MAU KAMU APAIN, KIM HARUTO?!"

My CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang