Pagi ini hanya ada Jeongwoo dan Asahi di rumah. Jika biasanya ada Yedam yang selalu berkunjung, sekarang tidak. Pasangan dari Kim Doyoung itu sibuk mengurus para pasien di rumah sakit, jadi tidak bisa berkunjung hari ini.
Kembali lagi ke Jeongwoo dan Asahi, keduanya asik menatap tv yang menampilkan drama kesukaan mereka. Tentu dengan beberapa cemilan sebagai teman menonton.
"Je?"
Jeongwoo menoleh mendengar panggilan dari ibunya. "Kenapa, Ma?"
Asahi menatap lekat wajah sang putra. Benar-benar Jaehyuk kedua. Hanya saja mata si kecil Yoon memiliki bentuk lebih tajam dari milik sang ayah.
"Kamu masih belum bisa nerima Haruto dan bayi dalam kandunganmu?"
Asahi tidak bermaksud apa-apa. Ia hanya ingin tau bagaimana kebenarannya. Pasalnya, yang diceritakan Yedam itu Jeongwoo tidak bisa menerima Haruto juga bayi dalam kandugannya.
Jeongwoo menunduk, memainkan jemarinya sendiri. "Jeje nerima kehadiran adek bayi, Ma. Tapi.. Jeje belum bisa maafin Haruto sepenuhnya. Rasanya masih sakit kalau ingat gimana Haruto perlakuin Jeje dulu, ditambah lagi perbuatan Haruto malam itu. Jeje ngga bisa, Ma.."
Penjelasan dari sang anak membuatnya menghela napas. Sudah pasti sangat berat menjadi Jeongwoo. Harus merelakan masa mudanya, putus sekolah, dan sekarang harus menerima keadaannya. Ia pun pernah berada di posisi Jeongwoo. Bedanya, keluarganya tidak mau tau apapun yang dialami Asahi kala itu. Sedangkan Jeongwoo, dia punya Asahi disini, pun dengan kedua mertuanya, Junkyu dan Mashiho siap membantu Jeongwoo kapanpun si manis membutuhkan bantuan.
"Je, buka hati buat Haruto, ya?"
Jeongwoo menggigit bibirnya. Ia belum siap. Ia terlalu takut. Luka yang dibuat Haruto masih membekas dalam kenangannya. Rasanya, cinta yang sejak dulu hinggap untuk Haruto pun memudar seiring berjalannya waktu.
"Jeje belum siap, Ma.."
Asahi mengangguk, ia mengusap tangan Jeongwoo. "Berat pasti ya, Je? Tapi, dicoba dulu yuk? Semisal Jeje ngerasa ngga bisa, Jeje boleh berhenti."
Jeongwoo menggeleng. "Nanti ya Ma, kalau Jeje siap," ia bangun dari duduknya, dan merapikan sisa makanan di meja. "Jeje duluan ya, Ma. Ngantuk hehe."
Asahi menatap sendu punggung Jeongwoo yang kian menjauh. "Aku harus gimana, Jae?"
-𝕸𝖞 𝕮𝖆𝖕𝖙𝖆𝖎𝖓-
Setelah melakukan penerbangan lebih dari 13 jam, Haruto dan Junghwan mendarat dengan selamat di Perancis. Saat ini keduanya sedang menikmati makan malam di hotel. Bisakah disebut makan malam? Karena jam menunjukan pukul 3 dini hari waktu setempat. Jelas berbeda dengan jam Korea, bukan?
Setelahnya, Haruto merebahkan tubuhnya di kasur, menyisakan Junghwan yang masih asik melahap habis makanannya. Si pilot tampan itu mengambil ponselnya, mencari kontak favoritnya. Iya siapa lagi kalau bukan Yoon Jeongwoo?
Sebenarnya Haruto tidak berharap lebih. Ia tau bagaimana posisinya sekarang. Tidak perlu berkhayal jika teleponnya akan diangkat oleh-
"Halo?"
-Jeongwoo..
Bentar, Haruto ngga salah dengar kan? Ini beneran Jeongwoo yang angkat teleponnya? Atau dia masih ada di dalam khayalan?
Haruto menjauhkan ponsel dari telinganya, memastikan siapa penerima teleponnya. Itu benar Jeongwoo. Berarti dia tidak berkhayal?
"Halo? To, kalau ngga penting, gue matiin ya?"
Haruto segera tersadar dari lamunannya. "Maaf, Je. Kamu lagi apa?"
Si dominan menepuk pelan keningnya. Bisa-bisanya malah ngelempar pertanyaan dasar begitu.
"Tidur, terus ada yang nelepon. Taunya dari lo."
"Oh, maaf ya aku ganggu tidurmu. Tapi Je, udah minum vitamin? Makan buah? Sarapan? Udah-"
"Udah semua, To. Lo tenang aja. Selagi ada Mama Asa, gue aman."
Haruto mendesah lega. Ia pikir, meninggalkan Jeongwoo bisa membuat si manis kurang mendapat perhatian, tapi ternyata tidak. Ada ibu mertuanya yang siap siaga membantu si manis.
"Oke kalau gitu. Aku tutup teleponnya ya, Je. Jangan lupa makan siang. Love you."
Tut.
Bukannya mendapat jawaban dari Jeongwoo, Haruto justru mendapatkan putusan panggilan sepihak. Huft.. Sulit juga menaklukan putra semata wayang Yoon Jaehyuk itu.
"Hah.. Bisa yuk luluhin hati Jeongwoo. Semangat, Haruto!"
-𝕸𝖞 𝕮𝖆𝖕𝖙𝖆𝖎𝖓-
Jeongwoo meletakan ponselnya. Menidurkan kembali tubuhnya. Mendusal pada guling dalam dekapannya.
"Biasanya jam segini Haruto masih bujukin gue sarapan. Terus gue malah buang-buang hasil masakan dia. Biasanya juga dia yang nyuruh gue minum susu, tapi.."
Jeongwoo menggeleng. "Ish apaan sih?! Ngga boleh mikirin si brengsek. Mending mikirin Junghwan aja. Ganteng hehe," ujarnya tanpa lanjut memikirkan Haruto.
Sudahlah, biarkan mereka memikirkan apapun yang mereka mau. Tapi ya, berdoa saja jika keduanya akan mencapai kata 'bahagia' di akhir nanti..
-𝕸𝖞 𝕮𝖆𝖕𝖙𝖆𝖎𝖓-
Haii
Beberapa hari ini lagi kena author block sebenernya. Cuma, udah janji sama si bayi buat up, jadi yaudah ku up deh.
Masih lama kok sesi sedihnya, jadi.. kita ke sesi bingung dulu ya guys wkwk..
Terima kasih sudah membaca.. ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Captain
Roman pour AdolescentsCerita lanjutan dari Our Captain dan Our Captain 2. Trilogy of Captain Series.