The end?

2.7K 313 28
                                    

Haruto memijakan kakinya di rumah. Senyumnya tidak pernah luntur sejak ia dibolehkan pulang oleh dokter. Tentu saja bersama Jeongwoo yang setia menemaninya, bahkan berada di sampingnya kini.

Haruto merengkuh pinggang sang istri, memberi satu kecupan di pipi gembul itu.

"Aku boleh ketemu sama anak kita, Je?"

Jeongwoo tertawa, lantas memeluk sang dominan, mengangguk di dada bidang suaminya. "Boleh, Haru. Tapi kamu harus cuci tangan dulu ya sebelum gendong dedek. Takutnya virus dari luar malah bikin dedek sakit," ucapnya.

Haruto mengangguk. "Iya, sayang. Yaudah yuk bersih-bersih badan dulu, baru kita kumpul sama si dedek."

Keduanya terkekeh, dan segera berjalan menuju kamar, guna mengganti pakaian mereka tentu saja.

-𝕸𝖞 𝕮𝖆𝖕𝖙𝖆𝖎𝖓-

Tidak hentinya Haruto menatap lekat sosok mungil di hadapannya. Pun dengan si mungil yang juga menatap ke arah Haruto. Sedangkan Jeongwoo hanya tertawa kecil melihat interaksi keduanya.

"Haru ih, itu anaknya jadi ikutan bengong." ujarnya. Tidak salah sih, memang benar. Haruto melamun seraya menatap si mungil, Rakwon. Pun sebaliknya. Rakwon yang tadinya menangis, seketika jadi diam kala melihat wajah Haruto yang mungkin masih asing untuknya.

Haruto terkekeh sebelum mencuri satu kecupan di pipi sang anak. "Duh, anak Papa. Maaf, ya, Papa tuh kaget aja gitu lihat kamu. Muka kita mirip lho, dek."

Jeongwoo tersenyum, lantas duduk di samping sang putra, membawanya dalam gendongan.

Haruto meringis. "Aduh, Je, aku takut lihatnya. Itu kalo lehernya patah gimana?"

Sontak tawa Jeongwoo lepas begitu saja. Masa iya lehernya patah katanya. Gini-gini tuh Jeongwoo sering gendong Rakwon. Udah hafal banget cara menggendong anak dengan baik dan benar, Haruto aja yang parnoan.

"Ngga bakal, lah, Ru. Nih, coba deh kamu yang gendong." ia mengambil sebuah bantal, lantas meletakannya di kaki Haruto yang terngah bersila, lalu meletakan Rakwon diatas bantal itu.

Haruto terperangah sesaat ketika melihat bayi itu tenang, tak ada tangisan atau rengekan, justru tersenyum ke arahnya.

"Wah, Je, dia ngga nangis." ucap pria Kim itu, lalu memainkan tangan mungil anaknya.

"Kan aku udah bilang, dia ngga akan nangis, Haruto."

Haruto hanya terkekeh dan mengacak gemas rambut istrinya. "Iya maaf, sayang."

Keduanya kembali asik bermain dengan si kecil, melepas penat, lelah, juga rindu pada putra mereka.

-𝕸𝖞 𝕮𝖆𝖕𝖙𝖆𝖎𝖓-


Semilir angin di malam hari nyatanya tidak membuat rasa dingin mengusiknya. Tubuhnya bersandar pada pembatas balkon. Setelah memastikan istri dan anaknya terlelap, ia memilih untuk menenangkan diri di balkon kamar. Menikmati pemandangan langit malam yang entah berapa lama tidak ia lihat itu.

"Haru, ngga tidur?"

Haruto menoleh, mendapati Jeongwoo yang tengah menghampirinya seraya mengusak matanya. Haruto menahan pergerakan si manis, lantas membawanya dalam dekapan hangat.

"Jangan diusak gitu matanya, sayang. Kamu kenapa bangun?" tanyanya seraya mengusap punggung Jeongwoo.

"Jeje kebangun, terus ngga nemuin Haru disamping Jeje. Jeje takut Haru pergi lagi."

Senyum terulas di bibir Haruto saat mendengar jawaban si manis. "Aku ngga akan pergi lagi, Je. Kan aku udah disini, sama kamu, sama Rakwon juga."

Jeongwoo mengangguk. "Iya, tapi tetap aja Jeje takut, Ru."

Haruto tersadar, istrinya itu pasti trauma. Takut jika Haruto mengikuti jejak Jaehyuk. Kecelakaan yang menimpa Jaehyuk pasti meninggalkan rasa trauma tersendiri untuk Jeongwoo. Dan itu juga yang membuat si manis takut kehilangan dirinya, bukan?

Haruto menangkup kedua pipi Jeongwoo, menatap lembut sang istri, mengecup singkat bibir ranum Jeongwoo.

"Aku ngga akan pernah pergi, sayang. Aku akan selalu nemenin kamu, nemenin Rakwon, sampai batas waktu yang tidak ditentukan."

Jeongwoo tertawa mendengar penuturan suaminya itu. Ia kembali masuk ke dalam pelukan hangat Haruto.

"Jeje sayang Haru.."

"Aku juga sayang kamu, Je. Makasih udah nungguin aku, makasih udah rawat aku setelah kecelakaan itu. Dan makasih karena udah kasih aku satu malaikat kecil yang sangat menggemaskan. Makasih banyak, Yoon Jeongwoo. I love you, till the end of my life." Haruto mendekap erat tubuh Jeongwoo, dan Jeongwoo tersenyum akan hal itu.

Tidak hanya Haruto yang bersyukur memiliki Jeongwoo dalam hidupnya. Karena nyatanya, hingga di detik ini, Jeongwoo lah yang paling bersyukur memiliki Haruto. Suami yang selalu setia dengannya, menyayangi bahkan mencintainya, dan selalu menjaganya dengan baik. Entah sudah berapa banyak kata terima kasih terucap dari bilah bibir Jeongwoo untuk Tuhan atas pendamping hidupnya saat ini.

Keduanya masih asik berpelukan, ditemani indahnya pemandangan langit malam, dengan harapan tidak ada lagi kehancuran.

Iya setidaknya, inilah kisah akhir dari sosok Yoon Jeongwoo. Si pemilik mata cantik dengan hati lembut yang akhirnya menjemput kebahagiaan dalam hidupnya.

"Papa bahagia melihat Jeongwoo bahagia."

END


Yeay, end juga akhirnya.

Ini beneran last series from Our Captain, ya..

Terima kasih banyak buat readers-nim yang udah baca cerita gabut ini..

Sampai bertemu di cerita selanjutnya, readers-nim 👋🏻👋🏻👋🏻

My CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang