Memories

3.1K 369 13
                                    

Sesuai dengan ucapannya kemarin, Haruto benar-benar membawa Jeongwoo menunjungi makam sang ayah. Seperti biasa, sebuah buket bunga kesukaan Jaehyuk sudah berada di tangan si manis. Haruto berjalan di belakang istrinya, menjaganya.

Keduanya tiba di depan figura Jaehyuk. Jeongwoo meletakan bunganya. Mengusap lembut figura itu, dan mengecupnya agak lama.

"Papa, Jeje datang.. Maaf Jeje baru datang lagi. Harunya sibuk, Jeje ngga pernah diajak kesini lagi jadinya," adunya seolah di hadapan ia adalah Jaehyuk.

Haruto terkekeh kecil. Melihat bagaimana sang istri mengadu persis seperti seorang anak kecil, membuatnya gemas setengah mati.

Jeongwoo tersenyum seraya menatap figura di hadapannya. "Pa, makasih ya. Makasih selalu jagain Jeje. Papa, Jeje mohon, tidur yang nyenyak disana. Jeje disini bahagia sama Haru. Haru selalu jagain Jeje, sama kayak Papa Jae jagain Mama Asa waktu itu."

Jeongwoo tau, Papanya pasti belum merasa bisa melepasnya. Maka dari itu, Jeongwoo mengatakan agar Papanya bisa tenang melepasnya.

Walau rasa rindu itu semakin membuncah, tapi Jeongwoo jelas tau batasan. Papanya tidak lagi bisa bersamanya, tidak lagi bisa memeluknya, hanya bisa melihatnya dari jauh.

"Jeje tuh kangen sama Papa. Mau meluk Papa, mau lihat Papa pakai seragam kebanggaan Papa. Huft.. Jeje kangen, kangen, kangen bangeeett sama superheronya Jeje.."

Haruto melihatnya. Melihat bagaimana mata indah Jeongwoo mulai menitikan kristal beningnya, melihat bagaimana lirihnya ucapan sang istri. Apa serindu itu ia dengan ayahnya?

Tangan Haruto bergerak merangkul pinggang Jeongwoo. Menariknya dalam dekapan, berusaha menenangkan si manis.

"Aku kangen Papa, Haru.." ucapnya seraya memeluk erat tubuh tegap Haruto.

Haruto mengangguk, ia mengusap lembut punggung Jeongwoo. "Iya, aku tau. Kangen banget ya, pasti?"

Jeongwoo mengangguk. Memang benar ia sangat merindukan Jaehyuk. Memiliki waktu sesingkat itu dengan sang ayah, rasanya sangat menyakitkan. Melihat bagaimana teman-temannya tumbuh dengan orangtua lengkap, melihat teman sebayanya pergi ke sekolah diantar oleh ayah mereka, jelas membuat Jeongwoo bertanya-tanya dimanakah ayahnya berada? Mengapa tidak pernah mengantarnya ke sekolah? Apa ayahnya membencinya hingga tidak ingin mengantarnya atau melihatnya sedetik saja? Tapi nyatanya tidak. Ayahnya, superheronya, sudah terkubur dengan beribu kebaikan mengirinya.

Jeongwoo tidak lagi bisa menahan tangisnya. "Jeje kangen Papa, Haru.. hiks.."

"Iya, aku tau. Udah, ya, jangan nangis, sayang. Katanya kangen Papa, ini udah ku bawa kesini. Masih mau ngobrol sama Papa ngga?" tanya Haruto lembut, tangannya masih setia mengusap punggung Jeongwoo.

Jeongwoo mendongak, menampilkan wajah lucunya sehabis menangis. "Mau.. Tapi habis ini kita beli es krim ya, Haru.."

Haruto terkekeh, "Iya, nanti kita beli es krim."

Dengan cepat, Jeongwoo melepaskan pelukannya pada Haruto. Ia kembali bercerita pada figura Jaehyuk. Menceritakan apapun yang ada dalam pikirannya.

"Anak Papa tumbuh dengan baik. Papa senang melihat Jeje bahagia. Papa akan selalu ada bersama Jeje, walau ngga bisa memeluk Jeje lagi seperti dulu.."

-𝕸𝖞 𝕮𝖆𝖕𝖙𝖆𝖎𝖓-

Kini Jeongwoo duduk di ruang tamu. Tangannya memegang sebuah album foto. Tentu berisi dirinya dan sang ayah, Yoon Jaehyuk. Ibunya memberikan album itu padanya tadi. Katanya biar rasa rindu Jeongwoo bisa terobati.

Ia membukanya. Kilasan-kilasan memori mulai terputar dalam ingatannya.

"PAPA JAE, BANUN, AJAK JEJE JAYAN JAYAN AYYO!"

My CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang