Hug

2.6K 314 13
                                    

Suara deru mobil terdengar dari pekarangan rumah Asahi, membuat putra semata wayang keluarga Yoon itu berlari kecil keluar rumah. Ia mendapati suaminya tengah berjalan hendak memasuki rumah, dan..

Hap!

Ia segera melompat ke tubuh tegap sang suami, memeluk lehernya erat. Untung saja Haruto dengan sigap melingkarkan tangannya di pinggang si manis.

"Haruuu, Jeje kangeen tauu!" ucapnya seraya mendusalkan wajahnya di ceruk leher Haruto.

"Iya maaf, sayang.."

"Astaga, Jeongwoo! Itu suaminya baru pulang, disuruh masuk dulu coba. Kasihan baru dateng udah disuruh gendong kamu. Itu juga nanti perutmu kejepit heh!" itu Asahi, yang baru pulang dari supermarket membeli beberapa kebutuhan rumah.

Jeongwoo mengerucutkan bibirnya. "Ih Mama ngga boleh sirik gitu deh. Jeje tuh kangen tau sama Haru.."

Asahi menggelengkan kepalanya. Iya dulu dia juga gitu sih ke Jaehyuk, tapi bedanya dia sudah melahirkan Jeongwoo waktu itu. Lah ini? Jeongwoo tuh lagi hamil, malah meluk Haruto erat banget, apa ngga kasihan sama bayinya?

"Hah.. emang susah ngomong sama bayi. Ayo masuk, Ru. Masih capek tuh pasti badannya." Asahi melangkah masuk ke rumah, meninggalkan Haruto dengan bayi besarnya.

Tanpa diduga, Jeongwoo justru menggigit pipi Haruto. Si empunya tentu meringis.

"Kok digigit sih, Je?" tanyanya bingung. Pasalnya, ia pun tidak tau kenapa si manis tiba-tiba menggigit pipinya.

"Jeje kan udah bilang, mau gigit pipi Haru kalau Haru pulang. Jeje tuh kangeeenn bangeett sama Haru! Haru tuh lama banget pulangnya," gerutunya.

Haruto terkekeh pelan. Dia cuma pergi dua hari lho padahal. Kenapa bayinya jadi manja banget sama dia sekarang? Apa karena bawaan hamil, atau karena Jeongwoonya sendiri? Entahlah, yang pasti Haruto senang karena Jeongwoo semakin dekat dengannya.

"Iya maaf, ya. Aku kan kerja, Je. Buat kamu, buat calon bayi kita. Buat kebutuhan kita juga. Maaf, ya.." ucapnya dibubuhi dengan kecupan manis di pipi sang istri.

Jeongwoo menggeleng. Ia kembali memeluk leher Haruto. "Jeje yang harusnya minta maaf. Maaf karena ngga bisa ngertiin Haru. Jeje cuma kangen sama Haru. Mau peluk Haru.."

Haruto tersenyum. Ia membawa Jeongwoo masuk ke dalam rumah. Udara malam tidak bagus untuk seseorang yang tengah mengandung, bukan?

Setelahnya, ia duduk di sofa, tentu dengan Jeongwoo yang kini berada di pangkuannya.

"Kangen banget ya sama aku?" tanyanya seraya menangkup kedua pipi Jeongwoo.

Si manis mengangguk. Dia tidak ingin berbohong, memang serindu itu dia pada Haruto.

Tangan Jeongwoo sibuk memainkan kancing di seragam Haruto. "Mama Asa peluk Jeje waktu bobo. Tapi Jeje maunya Haru, bukan Mama Asa.."

Sang dominan tersenyum manis, lantas menghujami kecupan di seluruh permukaan wajah Jeongwoo.

"Aku juga kangen sama kamu." ucapnya sebelum membawa Jeongwoo dalam dekapannya.

Tanpa keduanya sadari, Asahi memerhatikan mereka sejak tadi. Senyumnya terulas melihat pemandangan di depannya. Tidak menyangka jika sang putra akan dicintai sebesar itu oleh suaminya.

"Jae, lihat? Jeongwoo, bayi serigala kita udah bahagia sekarang.."

"Aku lihat, Sa.. Bahagia selalu, Jjeongjjeongie.."

-𝕸𝖞 𝕮𝖆𝖕𝖙𝖆𝖎𝖓-

Kini Haruto dan Jeongwoo sudah berada di kamar Jeongwoo. Iya, kamar Jeongwoo waktu masih tinggal bareng Mamanya. Keduanya dipaksa menginap oleh Asahi. Bukan tanpa alasan, Asahi tau kalau menantunya pasti lelah setelah menyetir pesawat hampir 13 jam, jadi agar tidak terjadi apa-apa, ia memaksa keduanya menginap saja.

Posisi keduanya terlihat sangat nyaman. Haruto yang meletakan sebelah tangannya sebagai bantalan Jeongwoo, dan Jeongwoo yang nyaman dalam dekapan Haruto.

"Haru.. Jeje tuh beruntung banget punya Haru."

Haruto menunduk, menatap ke arah Jeongwoo yang sibuk menggambar abstrak di dada bidangnya.

"Jeje jadi mikir, kalau ngga sama Haru, Jeje akan sebahagia ini ngga ya?"

Haruto masih tenang mendengarkan ucapan Jeongwoo. Sambil sesekali mengecupi surai si manis.

"Jeje selalu ngerasa aman kalau di dekat Haru. Nyaman banget kalau dipeluk sama Haru. Haru jangan pernah ninggalin Jeje, ya.."

Haruto tersenyum. Ia mendekap erat tubuh si manis.

"Kamu overthinking lagi ya, Je? Aku udah berulang kali bilang ke kamu, niatan ninggalin kamu pun ngga ada. Aku akan selalu disini nemenin kamu, ngga akan pernah ninggalin kamu sampai kapanpun."

Jeongwoo mengangguk. "Jeje tuh cuma takut Haru bosan sama Jeje. Apalagi dulu-"

Cup.

Satu kecupan mendarat di bibir Jeongwoo, dan berhasil membungkam mulut Jeongwoo.

"Dengerin baik-baik, ya. Yang dulu biarin aja berlalu. Aku ngga pernah marah, ataupun benci sama perlakuan kamu. Yang penting sekarang kamu udah sama aku, itu aja udah cukup. Dan lagi, gimana bisa aku bosan sama kamu, sayang? Ngga lihat wajah kamu sehari aja udah rindu banget."

Jeongwoo mendongak, menatap Haruto dengan mata berkaca-kaca. Dia tuh terharu banget sama ucapan Haruto.

"Lho, malah nangis? Aku salah ngomong ya, Je?"

Jeongwoo menggeleng. "Jeje sayang Haru. Sayaangg banget. Disini terus ya temenin Jeje. Jangan pergi jauh dari Jeje."

Haruto merapikan poni Jeongwoo. "Aku akan selalu disini sama kamu, Je. Udah yuk, kita tidur sekarang."

Jeongwoo hanya mengangguk, dan menyamankan posisinya dalam dekapan Haruto. Mencoba mengarungi mimpi, dan mengusir segala pemikiran negatif dalam dirinya.

Haruto masih setia mengusap punggung Jeongwoo, membiarkan istrinya terlelap dalam pelukannya.

"Kalau kayak gini, kamu tuh gemesin banget Je. Gimana bisa aku bosan kalau kamu aja udah lebih dari cukup untukku? Good night, dear," Haruto memberikan beberapa kecupan di pipi Jeongwoo.

"Aku sayang kamu, Je." sebelum akhirnya mengikuti Jeongwoo mengarungi mimpi.

My CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang