Hari ini, kedua sejoli itu tengah berada di rumah Asahi. Jangan tanya kenapa, sebab malam ini adalah kali pertama Haruto bertugas sebagai pilot. Wah, beneran bangga kan kalian pastinya?
Dan yang sejak tadi ia lakukan hanya memandangi Jeongwoo yang sedang terlelap. Jangan salahin Jeongwoo karena tidur sebelum suaminya berangkat. Itu karena memang jadwal penerbangan Haruto sekitar jam 11 malam, jadi lah si manis udah tidur duluan.
Tangan Haruto mengusap lembut surai Jeongwoo. Tersenyum melihat wajah manis sang istri. Pipinya mulai berisi, Haruto jadi ngga bisa batasin waktu untuk natap istrinya.
"Je, kok bisa semanis ini sih?" ucapnya pelan.
Sebenarnya di dalam lubuk hati Haruto, ada beribu penyesalan terselip disana. Semua hal yang dia lakukan terhadap Jeongwoo, harusnya ngga bisa dimaafkan semudah itu, kan?
Terkadang dia ngerasa kalau sikap Jeongwoo sekarang pantas kok diterima sama dia. Toh selama ini semua permasalahan muncul karena Haruto, jadi Jeongwoo bebas ngelakuin apapun disini.
Sedang asik-asiknya memandangi wajah lugu Jeongwoo, tiba-tiba saja Asahi membuka pintu kamar putranya itu.
Haruto pun segera bangkit dari duduknya, dan membungkukan sedikit tubuhnya.
"Lho, kok Jeongwoo tidur, Ru? Ngga ngantar kamu ke bandara?" tanya Asahi penasaran. Sebab dulu, saat Jaehyuk pergi penerbangan, ia selalu mengantar suaminya itu ke bandara. Tapi sekarang, sang anak justru terlelap dan membiarkan Haruto menyiapkan keperluannya sendiri.
Haruto tersenyum kaku, "Mungkin Jeje kecapekan, Ma. Nanti Haru berangkat sendiri aja gapapa," jawabnya.
Asahi mengusap singkat pundak Haruto. "Yang sabar ya, Ru. Mama yakin, Haru bisa bikin Jeongwoo luluh. Tapi kalau memang Haru udah ngga kuat, tolong kembalikan Jeongwoo ke Mama secara baik-baik ya, nak."
"Iya, Ma. Tapi untuk kembaliin Jeongwoo ke Mama, Haru ngga bisa. Pernikahan itu hal yang sakral, ngga bisa dibuat mainan. Maka dari itu, apapun konsekuensinya, Haru siap untuk nerima. Selagi itu Jeongwoo, Haru akan selalu perjuangkan dia."
Sungguh, Asahi salut dengan ucapan Haruto. Ia percaya dengan ucapan sang menantu, tinggal menunggu buktinya saja, bukan?
Tapi jika dilihat lagi, selama dua minggu menikah, Haruto memang serius memperjuangkan Jeongwoo. Mencoba meluluhkan hati si manis, mencoba menjadi suami yang baik juga siaga, bahkan mencoba mengurus rumah tangga sebaik mungkin. Apa disini masih ada lelaki seperti Haruto? Iya Asahi hanya berharap Haruto bisa menepati ucapannya.
Haruto melirik sedikit ke arah jam dinding di kamar Jeongwoo. "Ma, udah jam 9, Haru berangkat sekarang aja, ya."
Ia segera menarik kopernya, dan memberikan beberapa kecupan singkat di wajah Jeongwoo. Asahi hanya bisa tersenyum melihatnya.
"Hati-hati ya, Ru. Jangan lupa berdoa sebelum flight. Ingat Mama, orangtua kamu, bahkan Jeongwoo selalu nunggu kamu pulang."
Haruto mengangguk. Ia berpamitan pada Asahi. Asahi pun mengantar Haruto hingga ke depan gerbang rumahnya. Beruntung mobil jemputan si pilot sudah tiba lebih dulu.
"Ma, titip Jeongwoo ya. Tolong jangan lupain jadwal minum susu sama vitaminnya ya, Ma. Nanti kalau soal yang lain, biar Haru sendiri yang telepon Jeje."
Asahi terkekeh, dan mengangguk. "Iya siap, pak pilot.. Udah sana berangkat, takutnya malah telat lho. Fokus ya, nak. Mama pasti jagain Jeje nya Haruto disini."
Haruto mengangguk sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil. Di depan gerbang masih ada Asahi yang setia menunggu hingga mobil tersebut tidak terjangkau oleh pandangannya lagi.
Setelahnya, ia kembali masuk ke rumah. Dan menemukan sang anak tengah membuka kulkas, dan mencari sesuatu.
"Nyari apa, Je?"
Jeongwoo sedikit berjengit sebelum tersenyum gemas ke arah sang ibu. "Jeje cari es krim, Ma. Tapi ngga ada.."
"Udah di buang Haruto semua. Katanya kamu kebiasaan nanti makan es krim malam-malam,"
Jeongwoo mencebikkan bibirnya. "Nyebelin banget. Ini ngga boleh, itu ngga boleh. Ngatur terus. Mending pergi aja deh dari hidup Jeje." gerutunya.
Asahi yang mendengar gerutuan Jeongwoo pun menatap ke arah sang putra. Mengacak gemas surai Jeongwoo.
"Haruto ngelakuin itu semua buat kebaikan kamu, Je. Jangan begitu ah. Rasanya kehilangan tuh ngga enak lho, Je." Asahi bukannya menakuti, tapi hanya mengingatkan.
"Iya, Mama, maaf.."
"Yaudah, Mama ke kamar dulu ya. Kamu langsung tidur habis ini." ucap Asahi sebelum meninggalkan satu kecupan di pipi Jeongwoo, dan kembali ke kamarnya.
Bukannya langsung ke kamar, si manis justru memilih menonton serial tv kesukaannya. Sungguh, bosan sekali rasanya malam ini.
"Biasanya ada Haru yang buatin Jeje makan malam, terus bawelin Jeje untuk minum susu, minum vitamin, sikat gigi, ganti baju," ia menyandarkan punggungnya. "Huft, masa iya kangen Haru? Tapi kan Jeje masih belum maafin Haru sepenuhnya.."
Ia membawa tangannya ke atas perut, mengusapnya. "Dedek bayi kangen Papa ngga sih? Masa Mama kangen Papa tiba-tiba. Apa karena bawaan dedek bayi ya?"
Jeongwoo menghela napas, lantas merebahkan dirinya di sofa. "Aaaa kangen Haru.. Udah ah, Jeje mau tidur aja.."
Dan ya, mari kita biarkan si manis terlelap dengan rasa rindunya terhadap pilot tampan yang sedang melakukan penerbangan pertamanya..
KAMU SEDANG MEMBACA
My Captain
Ficção AdolescenteCerita lanjutan dari Our Captain dan Our Captain 2. Trilogy of Captain Series.