Ada yang tau ngga hari ini tuh hari apa? Haha, ngga pada tau ya? Kasian..
Ini hari Kamis, tauuu..
Ngga, canda. Hari ini adalah hari kelulusannya Haruto dari sekolah pilot. Masih fresh graduate, tapi bisa dipastikan membawa pesawat dengan aman dan damai tanpa turbulensi apa lagi kecelakaan. Jabatannya juga masih kecil, belum setinggi ayahnya atau pun almarhum Jaehyuk.
Hari ini Haruto datang ke acara kelulusannya bersama dengan kedua orangtuanya, ditambah dengan si manis, Yoon Jeongwoo. Iya walau dengan terpaksa sih. Tapi gapapa, Haruto senang kok.
Dengan kemeja putih dibalut jas formal berwarna hitam membuatnya terlihat semakin tampan. Sedangkan si manis mengenakan pakaian santai, tanpa mengurangi kesan elegan dalam dirinya.
Keduanya berjalan memasuki area sekolah. Tentu dengan tangan saling menggenggam.
"Jeje?!"
Bukan Jeje slebew ya guys...
Itu Junghwan yang manggil. Tanpa sadar, Jeongwoo beringsut ke belakang Haruto, meremat pakaian sang dominan. Beneran deh, dia takut banget lihat Junghwan.
Junghwan tersenyum ketika berhadapan dengan keduanya. "Hai Je, lama ngga ketemu."
Haruto yang menyadari ketakutan Jeongwoo pun terkekeh, ia menarik lembut tangan Jeongwoo, dan merangkul pundak si manis.
"Junghwan cuma mau ngomong sebentar sama kamu, Je. Ngga ada hal lain," ucapnya menenangkan Jeongwoo.
Junghwan tersenyum miris. Beneran Jeongwoo takut sama dia nih? Padahal dia udah dandan seganteng mungkin biar si manis ngga takut, eh masih takut juga ternyata.
"Je, gue cuma mau minta maaf buat semuanya. Maaf banget. Maaf karena selalu iri sama lo, maaf ngga bisa jagain lo, maaf karena turut andil dalam kasus pemerkosaan lo malam itu. Gue beneran minta maaf. Lo mau pukul gue, tampar gue, tendang gue pun boleh, gue rela."
Jeongwoo menatap Junghwan, mencoba mencari kebohongan di dalam mata lelaki bermarga Park itu. Namun nyatanya nihil, tidak ada satupun kebohongan terselip disana.
"Jeje udah maafin Junghwan.."
Junghwan tersenyum senang. "Makasih, Je.. Makasih banyak lo udah maafin gue. Gue-"
Bruk!
"Huwaa Jeje kangen Juwan hiks.. Jangan jaatin Jeje lagii.."
Kali ini bukan cuma Junghwan yang terkejut. Tapi juga Haruto. Iya gimana, itu si manis meluk Junghwan. Mana erat banget. Haruto aja ngga pernah dipeluk. Boleh iri ngga sih?
Junghwan kelu, ia membalas pelan pelukan Jeongwoo. Tatapan Haruto udah kayak macan mau nerkam mangsanya, serem banget.
Beberapa menit berlalu, akhirnya Haruto narik Jeongwoo menjauh dari Junghwan. Tentunya mendapat delikan tajam dari Jeongwoo.
"Apa sih?! Ngga jelas banget. Kamu tuh ngga diajak!" sentaknya.
Haruto menghela napas, "Aku suami kamu, Je. Masa iya Junghwan kamu peluk, aku ngga."
Jeongwoo tidak menjawab, ia justru beralih menghampiri Junkyu dan Mashiho yang baru datang. Junghwan tertawa melihat wajah masam sahabatnya.
"Yang sabar, To. Nikmatin dulu karma lo. Tapi ya, pelukannya Jeongwoo hangat juga."
Sebelum Haruto mengamuk, Junghwan sudah lebih dulu berlari menjauhi lelaki Kim itu.
"Junghwan sialan!"
-𝕸𝖞 𝕮𝖆𝖕𝖙𝖆𝖎𝖓-
Pukul sembilan malam keduanya tiba di rumah. Dengan keadaan lelah pastinya. Dan sekarang, Jeongwoo sedang bersantai seraya memainkan ponselnya, sedangkan Haruto mengurus beberapa berkas untuk diajukan ke maskapai penerbangan.
Jeongwoo menaruh ponselnya. "Ru.." panggilnya pelan, berharap si empunya nama tidak mendengar panggilannya.
"Iya?" namun sayang, dewi fortuna sedang tidak berpihak pada Jeongwoo sepertinya.
"Mau jus mangga muda." Jeongwoo menggigit bibirnya pelan. Ini beneran deh, kenapa dia jadi random banget sih? Masa tiba-tiba pengen minum jus mangga muda.
Haruto membelalak. Apa katanya? Jus mangga muda? Jam sepuluh malam nyari mangga muda dimana?
"Tapi buahnya kamu petik dari pohon mangga yang di depan itu ya, Ru. Mau jus nya sekarang pokoknya."
Nah kan, ini beneran Jeongwoo ngidam? Atau cuma niat ngerjain dia?
Tapi tenang, Haruto ngga marah kok. Dia segera meletakan berkasnya, dan berjalan menuju taman depan. Beruntung kompleknya bukan komplek yang sepi banget gitu. Masih ada beberapa orang berlalu lalang di depan rumahnya, jadi ngga iseng lah ya dia.
"Ini gimana caranya gue manjat?"
Haruto tuh belum pernah manjat pohon. Mentok-mentok paling manjat pager. Lah ini? Manjat pohon. Mana banyak semutnya. Duh ilah, kalau bukan demi si adek bayi dalam perut istri manisnya, ngga akan mau deh dia dibabuin begini.
Akhirnya, setelah beberapa kali nyoba dan beberapa kali nyusruk, Haruto pun berhasil mengambil dua buah mangga muda. Iya cukuplah kalau buat Jeongwoo doang mah.
Dia melangkah menuju dapur. Segera membuat segelas jus mangga muda, tentunya ditambahkan gula biar ngga asam banget. Takutnya kalau asam, malah ngaruh ke si adek.
Derap langkah mulai terdengar seiringan dengan usainya acara 'mari membuat jus mangga muda ala Haruto'.
Jeongwoo menatap penuh binar pada segelas jus di atas meja bar. Ia pun mengambilnya, lalu meminumnya.
"Ugh asaamm, ngga suka. Buat lo aja deh, habisin yaa.."
Haruto tercengang. Apa katanya tadi? Buat Haruto? Tolong banget, itu tadi dia minta dibuatin jus dengan buah mangga muda yang dipetik langsung dari pohonnya, terus setelah jus nya jadi malah Haruto yang disuruh minum?
"Lho, tadi katanya mau jus mangga muda, Je."
Jeongwoo menggeleng. "Ngga! Buat lo aja." ucapnya sebelum melangkahkan kaki menuju ruang tamu.
Haruto menatap nanar pada jus di depannya. "Nasib emang jadi calon Papa muda. Untung sayang, kalo ngga, udah gue donasiin lo, Je.."
...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Captain
Teen FictionCerita lanjutan dari Our Captain dan Our Captain 2. Trilogy of Captain Series.