Tahun demi tahun berlalu dengan cepat. Hubungan rumah tangga Haruto dan Jeongwoo terlihat sangat langgeng. Hampir tidak pernah ada pertengkaran di dalamnya.
Tahun ini adalah tahun pertama Rakwon di sekolah menengah atas. Baik Haruto maupun Jeongwoo selalu mengupayakan apapun yang terbaik untuk putra mereka. Namun sepertinya hari ini sedikit berbeda. Sepulang sekolah, Rakwon hanya menampilkan wajah sinisnya pada Jeongwoo.
Jika kalian bertanya dimana Haruto, iya jawabannya ia sedang mengendarai burung besi ke luar negeri.
Dan jujur saja, Jeongwoo sangat bingung dengan perubahan sikap putranya itu. Ada apa sebenarnya?
Jeongwoo melangkah menuju kamar sang putra, mengetuk pelan pintu berwarna cokelat di hadapannya.
"Wonie? Makan dulu, sayang. Mama udah buatin banyak makanan kesukaan kamu." suara lembut Jeongwoo mengalun, namun tidak ada sahutan sepatah kata pun dari dalam kamar.
"Wonie kenapa, sayang? Mau cerita ke Mama?"
Lagi, tidak ada jawaban yang didapat oleh Jeongwoo.
Tapi rupanya ia tidak menyerah. Ia justru bergegas ke ruang makan, mengambil beberapa masakannya untuk dibawa ke kamar sang anak.
Setelahnya, ia membawa semua itu ke dalam kamar Rakwon. Dengan kunci cadangan tentunya.
Ia berlalu dan mendudukan bokongnya di samping Rakwon. Dapat ia lihat, anaknya tengah menangis. Perlahan tapi pasti, Jeongwoo mengusap surai Rakwon.
"Wonie kenapa? Ada masalah di sekolah, ya?"
Rakwon menyingkirkan selimutnya, mendudukan tubuhnya berhadapan dengan Jeongwoo dan menatap sang ibu nyalang.
"Mama itu sumber masalahnya," ucapnya menggebu. Jelas saja membuat Jeongwoo bingung. Ada apa sebenarnya?
"Mama tau? Karena Mama, aku jadi dicaci maki di sekolah. Mereka bilang keluarga kita tuh aneh. Karena Mama juga, teman sekelasku jadi mikir berkali-kali untuk berteman sama aku. Karena apa? Ibu mereka itu wanita, tapi ibu aku itu lelaki. Mereka mandang aku aneh, Ma! Mama ngerti ngga sih? Aku capek dicaci sama mereka. Aku juga mikir, kenapa bisa aku lahir dari rahim seorang lelaki. Aneh, Ma."
Bukannya marah, Jeongwoo justru tersenyum lembut dan mengusap surai Rakwon. "Dimakan dulu ya makanannya, nanti baru kita bahas."
Rakwon berdecak, namun tangannya mulai mengambil nampan berisikan sepiring nasi beserta beberapa lauk.
Jeongwoo diam-diam tersenyum melihat bagaimana sang anak tetap asik menyantap makanannya walau tak dapat dipungkiri, ada sedikit rasa sesak dalam hatinya kala mendengar ucapan Rakwon.
"Makan yang banyak, sayangnya Mama.."
-𝕸𝖞 𝕮𝖆𝖕𝖙𝖆𝖎𝖓-
Lebih dari seminggu sudah berlalu, sikap Rakwon pun masih sama seperti sebelumnya. Di hari Minggu yang cerah ini, tadinya Jeongwoo berniat mengajak Rakwon pergi ke rumah Asahi, tapi sepertinya putra semata wayangnya dengan Haruto itu sedang tidak ingin diganggu.
Alhasil, ia hanya bisa menyiapkan beberapa masakan, dan menempelkan sebuah sticky notes, yang mana di lihat oleh sang putra.
Sayangnya Mama, Mama pergi sebentar ya ke rumah halmeoni. Kalau Papa pulang, tolong disuruh makan dulu ya, sayang. Kamu juga makan ya jangan sampai lupa.
Your mom, Kim Jeongwoo
Rakwon meremat kertas berwarna biru itu, lantas membuangnya ke dalam tampat sampah."Ngga balik juga gapapa, kok." batinnya sebelum memutuskan untuk memilih menu mana yang akan ia makan sekarang.
-𝕸𝖞 𝕮𝖆𝖕𝖙𝖆𝖎𝖓-
Lelaki berusia 35 tahun itu berjalan seraya menyeret sebuah koper. Seragam pilotnya masih melekat erat di tubuhnya. Alisnya bertaut kala mendapati suasana rumah yang lebih sepi dari biasanya. Kaki jenjangnya melangkah memasuki rumah, mendapati putranya di sana dengan mata terfokus pada sebuah film.
"Rakwon?"
Si empunya nama menoleh, mendapati sang ayah disana. Ia bangkit, dan memeluk erat ayahnya.
"Papaa, kangen.."
Lelaki itu, Kim Haruto terkekeh dan membalas pelukan sang putra. "Miss you too, son. Dimana Mamamu?" tanyanya, jelas saja Haruto bertanya. Sebab biasanya Jeongwoo akan menyambutnya dan membawakan kopernya, tapi kini istrinya tidak ada di rumah.
"Ngga tau. Lagian kenapa sih Papa malah nanyain Mama? Kan-"
"Karena dia istri Papa, Wonie." jawaban dari Haruto membuat Rakwon melepas paksa pelukannya.
"Rakwon benci Mama."
Haruto mengernyit mendengar pernyataan putra semata wayangnya.
"Can you repeat it, Kim Rakwon?"
Bukannya takut mendengar ucapan dingin sang ayah, Rakwon justru menatap kesal pada Haruto.
"Rakwon benci Mama. Mama itu aneh. Mama itu lelaki, sedangkan ibunya teman Rakwon perempuan. Rakwon ngga mau punya Mama lelaki. Intinya, Papa harus cari Mama baru untuk Rakwon!" setelahnya, ia memilih untuk pergi ke kamarnya. Menyisakan Haruto disana.
Cklek~
"Eh, Haru? Udah pulang?" itu Jeongwoo dengan kedua tangan menenteng tas belanjaan, rupanya si manis baru saja pulang berbelanja bulanan
Jeongwoo segera meletakan beberapa belanjaannya di atas pantry, dan kembali menghampiri Haruto. Melepaskan atribut pilot itu.
Haruto hanya diam, ia mengamati wajah manis sang istri. Apa selama ia bertugas, Rakwon selalu menyakiti manisnya ini?
"Haru kenapa? Ada masalah di penerbangan tadi?" tanya Jeongwoo seraya mengusap pipi Haruto.
Haruto menggeleng. Ia menggenggam tangan Jeongwoo di pipinya, dan mengecupnya lama.
"Habis ini biarin aku bicara sama Rakwon ya, sayang."
Jeongwoo tersenyum lembut. Ia mengerti kenapa Haruto diam saja sejak tadi. Ternyata karena sang anak.
"Mandi dulu, ya, habis itu makan, baru nanti bahas masalah ini. Lagian kamu juga masih capek, Haru. Aku takut kamu kelepasan nantinya."
Haruto menghela napas. Bagaimana bisa putranya menyakiti hati sebaik ibunya?
"Iya. Yaudah, aku mandi dulu. Kamu istirahat aja, sayang. Nanti aku bisa ambil makanannya sendiri."
Sebelum ke kamar, Haruto mebyempatkan diri menyelipkan satu kecupan terlebih dahulu di kening Jeongwoo.
Jeongwoo hanya menggeleng mendapati perlakuan seperti itu.
"Semoga Wonie ngga kena marah Haruto nantinya.."
...
Holaaaa~
How r u, guys?
I am sorry before, maaf baru sempat update. Hope u enjoy my story 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
My Captain
Teen FictionCerita lanjutan dari Our Captain dan Our Captain 2. Trilogy of Captain Series.