20. Crestfallen

960 106 74
                                    


Jeno menatap Jaemin yang duduk di sebelahnya, dia hanya memandang keluar jendela.

Matanya terlihat sembab. Sapaan pagi ini dari bibir ceri Jaemin tidak ada.

Jeno menggenggam jemari Jaemin, Jaemin menoleh menatap Jeno.

"Ada apa?" Tatapan Jaemin menjadi tatapan penuh tanya pada Jeno.

"Gloomy sekali kamu."

Jaemin tersenyum, "Keliatan sekali ya?"

Jeno mengangguk, meremas jemari tangan Jaemin.

"Apakah kamu percaya adanya cinta sejati Jeno?"

Jeno mengangguk, "Orang tuaku, kakek nenekku, dan kita berdua."

Jaemin tersenyum.

"Mereka jarang bertengkar dan tatapan mereka penuh cinta pada pasangannya. Mereka pun mesra sekali." Kata Jeno sambil membayangkan.

Jaemin mengangguk.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu?"

"Tidak apa." Jaemin menunduk.

"Keluarga kalian pasti sangat bahagia." Kata Jaemin sambil menatap Jeno.

"Sejak kepergian Mommy, keluarga kami agak berantakan." Jeno tersenyum miris.

"Orang tuamu saling mencintai sampai maut memisahkan, sedangkan orang tuaku berpisah karena Papaku berkhianat." Jaemin tak kuasa untuk menahan derai air matanya.

Jeno langsung memeluk Jaemin, mengusap punggungnya agar tenang.

Jaemin menangis sesegukan. Hati Jeno sangat sakit mendengar isakan Jaemin.

"Kita ke ruang kesehatan saja ya? Kamu pasti tidak bisa konsentrasi nanti." Saran Jeno.

Jaemin mengangguk.

"Eh Jaemin kenapa?" Tanya Haechan dengan sebungkus roti yang sudah tergigit di tangannya, dia dan Renjun dari kantin untuk sarapan kedua.

"Jaemin tidak enak badan, kalau ada guru yang nanya, bilang kita di ruang kesehatan." Jawab Jeno.

Haechan dan Renjun mengangguk, "Get well soon uri Jaeminie." Kata Haechan sambil mengelus rambut Jaemin.

Jaemin dan Jeno pun ke ruang kesehatan.

Setelah meminum parasetamol untuk sakit kepala Jaemin, Jaemin pun berbaring di brangkar, dan Jeno duduk di kursi di sampingnya.

Tangan keduanya saling bertaut, Jeno mengelus punggung tangan Jaemin.

"Kalau mau cerita, cerita saja sayang." Kata Jeno.

Jaemin diam, lalu memantapkan hati untuk bercerita, "Papaku ternyata punya pasangan lain, bahkan mereka punya dua anak." Jaemin menangis lagi.

Jeno mengusap pipi Jaemin. "Menangis saja sayang tidak apa-apa biar kamu lega."

Jaemin pun menangis pilu, sedih karena Taeyong telah dihianati.

Jaemin menangis sampai ketiduran, dan Jeno dengan setia menunggu Jaemin dengan terus menatap wajah cantiknya dan membelai rambut Jaemin.

"Jeno." Terdengar suara pelan memanggil.

Jeno menoleh, Taeil terlihat menyingkap tabir pembatas antar ruang periksa.

"Ada apa Saem?"

"Kembalilah ke kelas, biar Saem yang menjaga Jaemin."

"Tapi Saem."

"Mau aku laporkan ke Jaehyun kalau kamu bolos?"

"Tidak Saem, tapikan aku tidak bolos."

Not SUPERHUMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang