Gefahrlich ♟️ 22

85.7K 5.7K 332
                                    

*****

Aina melirik jam dinding yang menunjukkan pukul delapan malam, Aina kembali menatap pintu utama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aina melirik jam dinding yang menunjukkan pukul delapan malam, Aina kembali menatap pintu utama. Sejak dua jam yang lalu Aina terus menunggu Xyan untuk pulang. Aina terus meremas tangannya takut kejadian beberapa jam yang lalu kembali terulang.

"Kak Aina makan dulu yuk kak, Zoya suapin ya," Zoya datang membawa nampan berisi makan malam dan obat Aina.

"Xyan belum pulang," ucap Aina pelan.

"Abang pasti pulang kok kak, Zoya terus hubungin abang kok buat pulang, kak Aina makan dulu ya," bujuk Zoya.

"Mau Xyan," lirih Aina hampir menangis.

"Iya kak, nanti abang pasti pulang kok. Sambil nunggu abang pulang, kak Aina makan dulu ya kak dan minum obat," ucap Zoya mencoba untuk tersenyum. Dalam hati ia merutuki abangnya yang tak kunjung pulang.

"Buka mulutnya kak, makanannya udah mau masuk nih."

Aina membuka mulutnya menerima suapan dari Zoya. Tidak ada penolakan dari Aina, penglihatan Aina pun tak pernah lepas dari pintu utama masih menunggu Xyan akan masuk lewat pintu itu.

Zoya menghela nafas pelan melihat Aina terus memperhatikan pintu, Zoya tau jika abangnya itu tidak akan pulang cepat. Zoya sangat hafal dengan karakter abangnya yang sangat ambisius dalam menyelesaikan masalahnya.

Dengan telaten Zoya terus menyuapi Aina hingga makanan Aina habis. Zoya membantu Aina untuk meminum obat dan susu yang Aina harus habiskan setiap malamnya.

"Zoya ke dapur dulu ya kak," Aina menganggukkan kepalanya.

Zoya berjalan ke dapur dengan membawa nampan, Zoya menyimpan nampan itu di wastafel lalu menuju Bi Eti yang memegang ponsel.

"Udah ada kabar Bi?"

"Belum ada Non, sejak tadi cuman tersambung aja tapi Tuan Xyan enggak angkat telfonnya," jawab Bi Eti.

Zoya mengangguk dengan sangat kesal. "Yaudah Bi gak usah di hubungin lagi, kalau dia masih hidup juga bakalan pulang."

Zoya meninggalkan Bi Eti, berjalan kembali menuju ruang tamu di mana Aina masih menunggu kedatangan Xyan. Zoya duduk di depan Aina, Zoya menatap luka yang ada di pelipis Aina.

Luka yang Aina dapatkan saat akan membersihkan diri di kamar mandi, entah mengapa lampu rumah menjadi padam. Aina panik saat penglihatannya menjadi gelap, Aina meraba dinding untuk keluar dari kamar mandi dengan terus menyebut nama Xyan.

Aina menangis saat kejadian masa lalu yang selalu di kurung oleh Mira di ruang gelap kembali mengusai pikirannya. Aina tidak hentinya memanggil nama Xyan berharap cowok itu akan datang dan membantunya keluar dari ruang gelap itu.

Aina terus mencari jalan keluar hingga tak sengaja kakinya tergelincir membuat tubuhnya oleng dan jatuh, kening Aina terbentur oleh pinggiran bak mandi dan mengeluarkan darah. Aina masih terus memanggil Xyan dengan memegang pelipisnya yang mengeluarkan darah. Tak lama itu, lampu kembali menyala dengan suara pintu kamar mandi yang terbuka.

Gefahrlich[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang