****
Aina mengelus bulu tebal kelinci putih yang saat ini ada pada genggamannya. Kelinci yang di hadiahkan Xyan untuknya saat Aina berulang tahun satu bulan yang lalu.
"Halus banget sih kamu. Coba aja kamu boneka udah aku bawa ke kamar biar bisa peluk," ujar Aina gemas dengan hewan kesayangannya itu.
Saking gemasnya Aina memeluk kelinci itu. Aina melepaskan pelukannya saat dirinya merasa sangat puas.
"Jangan kasi tau Xyan ya kalau Aina peluk kamu. Nanti kamu bisa di buat makanan sama singa itu," ujar Aina pelan sambil tertawa jika membayangkan wajah Xyan yang sangat kesal jika dirinya lebih memilih bermain kelinci dari pada bersama Xyan.
"Nih makan yang banyak biar kamu bisa cepat besar. Nanti aku bisa meluk sepuasnya, kalau Xyan marah itu urusan belakang," ujar Aina terus mengajak kelinci itu berbicara.
Aina memberikan kelinci itu makanan sambil terus bercerita, walau tau tidak akan mendapat balasan dari kelinci itu, Aina terus bercerita tentang kesehariannya.
"Ih makin imut aja," ujar Aina kembali mengangkat kelinci itu dan memeluknya erat.
"Mangga," mata Aina tak sengaja menatap buah mangga yang begitu banyak di pohon yang tak jauh darinya.
"Ayo kita cari Xyan buat ambil mangga itu," ujar Aina begitu semangat.
"Aina."
Aina menoleh saat mendengar namanya di sebut, Aina tersenyum bahagia menatap Xyan yang berjalan ke arahnya, Aina melepaskan kelinci yang ada gendongannya dan berlari ke arah Xyan.
"Xyan, Aina mau itu," Aina menunjuk mangga yang telah matang di pohon.
"Tidak, ini masih pagi untuk kamu makan mangga," tolak Xyan tak setuju.
"Tapi ini udah jam sebelas, Aina juga udah makan tadi, Dokter Tisha juga bilang kalau Aina boleh makan mangga kalau siang dan udah makan makanan berat," ujar Aina.
"Tetep enggak bisa."
"Tapi Aina mau Xyan, sekali aja. Mangganya juga udah masak itu gak muda kok. Ya ya boleh ya," ujar Aina memohon pada Xyan.
"Enggak."
"Sekali aja Xyan," ujar Aina menatap mangga yang begitu menggiurkan di matanya.
"Ingat terakhir kali kamu makan buah itu, kamu sakit perut semalaman sampai kamu enggak bisa tidur," ujar Xyan membuat Aina terdiam.
"Tapi Dokter Tisha bilang Aina udah boleh makan mangga," ujar Aina tak ingin menyerah juga.
"Sekali tidak, tetap tidak Aina."
"Iya," Aina akhirnya menyerah.
Jika dirinya terus memaksa, tetap saja Xyan tidak akan mengizinkan. Lebih baik Aina menyerah dari pada nantinya akan membuat Xyan marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gefahrlich[Completed]
Teen Fiction"Kamu hanya memiliki dua pilihan. Menjadi kekasihku atau menjadi milikku." 𝙓𝙮𝙖𝙣 𝘼𝙧𝙩𝙖𝙜𝙖𝙩𝙧𝙖 𝘿𝙖𝙭𝙩𝙚𝙧𝙫𝙣 **** FOLLOW DULU SEBELUM BACA🤍 Squel Rangga cruel boy Kisah Xyan dan Aina ⚠️BACA DESKRIPSI CERITA BARU BACA⚠️ ⚠️Ceweknya cengeng...