Gefahrlich ♟️ 32

97K 5.7K 379
                                    

*****

Hallo, ada yang masih nungguin cerita ini?

Maaf ya, tapi saya lagi sibuk dengan tugas yang begityu syulit saya tinggalkan.

Happy Reading, semoga suka

Typo bertebaran, kalau ada typo kabarin ya.

Liam berdecap kesal membawa dua koper dan satu tas di punggungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Liam berdecap kesal membawa dua koper dan satu tas di punggungnya. Semua barang itu bukan miliknya melainkan milik Xyan. Dan dengan berat hati Liam membawa semua itu karena Xyan yang menggendong Aina.

Jika bukan karena Aina, Liam tidak akan mau membawa semua barang Xyan. Demi Aina, Liam mengalah. Karena Aina yang tak ingin jauh dari Xyan, dan Xyan harus menggendong Aina.

"Untung aja sepupu gue," gumam Liam namun masih di dengar oleh Xyan.

Xyan tidak peduli, ini waktu yang tepat membuat Liam tersiksa. Sejak dulu mereka memang jarang berbicara, entah itu karna Xyan yang tidak banyak bicara padanya atau memang mereka yang sangat jarang bertemu.

"Xyan," panggil Aina melihat Xyan.

"Tidur aja, aku bangunin kalau udah sampai nanti," ujar Xyan.

"Tapi aku gak berat kan?"

"Tidak sama sekali."

Aina semakin memeluk Xyan, menyembunyikan kepalanya di dada Xyan dengan sangat nyaman. Aina menyukainya, tentu saja. Apa saja yang berkaitan dengan Xyan, Aina selalu menyukainya termasuk wangi cowok itu yang selalu membuat Aina begitu nyaman hingga Aina kembali tertidur.

Xyan memasuki mobil berwarna hitam kilat di depan bandara. Xyan duduk di belakang sedangkan Aina duduk di pangkuan Xyan.

Aina melenguh pelan merasa terusik saat Xyan mengubah posisi Aina di pangkuannya. Aina yang memang sangat mengantuk mencari posisi nyaman di leher Xyan.

Xyan mengusap pipi Aina dengan pelan hingga Aina kembali tertidur lelap. Melihat Aina yang kembali tertidur di lehernya membuat Xyan gemas dengan Aina yang semakin hari selalu ingin menempel pada dirinya. Dan Xyan sangat menyukai hal itu.

Semenjak Aina keluar dari rumah sakit di Singapura, Xyan tidak pernah absen untuk menemani Aina tidur, dan tidak pernah meninggalkan Aina di rumah. Setiap Dokter yang datang untuk memeriksa keadaan Aina pun, Xyan selalu ada di samping Aina, memberi kekuatan kepada kekasihnya itu.

Bukan tanpa alasan Xyan selalu berada di samping Aina. Saat itu pun, Aina hanya dapat mengenali Xyan, jika pada orang lain, Aina selalu menghindar atau berteriak meminta tolong. Dokter yang bertugas untuk menangani Aina pun sangat kesulitan untuk memeriksa Aina jika Xyan tidak ada di samping Aina.

Gefahrlich[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang