Quietly - Ushijima Wakatoshi

1.6K 177 2
                                    

Ushijima menyesap minumannya perlahan. Pandangannya menerawang ke luar jendela, menyadari bahwa bulan kian meninggi. Sudah empat jam berlalu sejak pertama kali mereka tiba.

Beberapa hari lalu ia mendapat undangan dari Tendou untuk menghadiri reuni kecil-kecilan tim voli Shiratorizawa sekaligus merayakan diterimanya Tendou di salah satu akademi bergengsi di Paris sebagai chocolatier dan hitsnya album baru yang dirilis oleh Semi—[Name] yang memberitahunya, ia tidak terlalu mengikuti trend. Bertepatan dengan hari liburnya latihan, Ushijima mengajak [Name] untuk turut hadir mengingat hubungan mereka yang sudah terjalin sejak kelas 3 SMA. [Name] mengiyakan ajakannya.

Netra senada buah zaitun itu berpaling, memandang punggung familiar. Tawa renyah gadisnya menyapa telinga, mengundang senyum tipis yang jarang tampak di wajahnya. Dalam diam, Ushijima mengamati [Name] yang mengobrol bersama dengan Shirabu dan Semi di sisi lain ruangan. Dari kejauhan, ia mendengar sesuatu tentang kuliah kedokteran sebagai topik pembicaraan.

"Memperhatikan [Name]-chan?" suara khas seseorang terdengar. "Kau tidak berubah sejak dulu. Padahal sudah menjadi sepasang kekasih, tapi diam-diam masih mengamatinya seperti pengagum rahasia."

Ushijima menoleh, berhadapan dengan Tendou yang tersenyum jahil. "Mataku mengarah padanya begitu saja. Sulit berpaling."

Tendou tersenyum penuh arti, menahan tawa. "Kau masih jujur seperti biasanya Wakatoshi-kun. Tetap romantis."

Ushijima menatap Tendou bingung, tidak mengerti letak keromantisan dari apa yang diucapkan barusan. Ia tidak sedang menggombal, tapi yang terucap dari bibirnya adalah kejujuran. Sulit mengarahkan pandangan jika matanya hanya mencari sosok [Name]. Telinganya selalu berhasil menangkap suara [Name], bahkan di tengah keramaian. Bagai tertarik oleh gravitasi, Ushijima tidak bisa menolak eksistensi [Name].

Kepalanya kembali menoleh ketika mendengar suara [Name]. Ia tidak bisa menahan desakan dalam diri untuk mengulas senyum tipis. Bahkan tidak sadar jika dirinya menjadi objek jahil bagi Tendou.

"Omong-omong Wakatoshi-kun," Tendou bersandar di dinding, bersebelahan dengannya. "Kuperhatikan jari [Name]-chan masih polos. Tidak ingin menghiasnya dengan sesuatu, cincin misalnya?"

Napasnya tercekat sesaat. Ia beradu pandang dengan Tendou selama beberapa detik sebelum memalingkan wajah. Ushijima mengerti maksud tersirat dari pertanyaan sahabatnya, tetapi tidak mengurangi keterkejutannya.

"Sedang kurencanakan," sahut Ushijima datar.

"Serius? Benar-benar sedang direncanakan?" Tendou berseru antusias, memancing keingintahuan beberapa anggota lainnya. "Aku tidak menyangka hari ini akan tiba begitu cepat. Kau memang hebat Wakatoshi-kun."

Ushijima mengangguk samar.

Sejujurnya, pikiran ini muncul tidak lama setelah karirnya di Schweiden Adlers meroket. Dilahirkan dari keluarga yang tradisional, Ushijima merasa perlu untuk segera melabeli hubungan mereka sebagai keluarga. Tidak ada sepercik keraguan saat hatinya mengakui bahwa [Name] satu-satunya. Namun, rencananya belum direalisasikan lantaran ia ingin menunggu waktu yang tepat.

"Kalau perlu bantuanku, bilang saja ya," cetus Tendou. "Walau belum dilakukan, aku turut senang untukmu."

Sekali lagi, Ushijima mengangguk.

Sudut matanya melirik jam tangan, jarum pendek hampir menunjuk angka sembilan. Meski enggan, Ushijima harus memaksa [Name] agar segera pamit dengan teman-teman lainnya mengingat jadwal mereka esok hari dimulai saat pagi buta.

"Sudah mau pulang? Kenapa tidak menginap saja dengan yang lainnya?" tanya Tendou menyadari gerak-geriknya.

Ushijima menggeleng. "[Name] ada kelas pagi besok dan aku ada jadwal latihan."

Haikyu!! One ShotsWhere stories live. Discover now