Menjalani hubungan jarak jauh bukanlah perkara mudah, terlebih jika seseorang telah terbiasa dengan presensi yang lainnya. Seringkali perasaan rindu yang tak tertahankan meledak-ledak dalam dada, memancing isakan dan pengakuan lirih, tapi tak bisa melakukan apapun untuk meredakannya. Kadangkala, rasa rindunya bisa terobati dengan bertemu meski melalui panggilan video.
Malam ini, [Name] terpaksa memundurkan waktu panggilan video rutin dengan sang kekasih karena Bokuto dan timnya akan melakukan live untuk menyapa penggemar mereka—yang didominasi oleh perempuan tentunya.
Memastikan bahwa laptopnya telah berada posisi yang tepat di atas meja juga secangkir teh hangat untuk menemaninya menonton tingkah laku sang kekasih jika bersama dengan anggota timnya, [Name] sudah siap menghabiskan setidaknya satu jam ke depan mengagumi Bokuto.
Begitu masuk, [Name] langsung disambut dengan Hinata dan Bokuto yang menertawakan Atsumu. Dari obrolan audiens, ia mengetahui kalau Atsumu baru saja meniru cara bicara anggota timnya semasa SMA dulu.
Ayo, sekarang Hinata. Coba tiru Kageyama!
Aku penasaran siapa yang akan ditiru oleh Hinata.
"Nah, Shoyo-kun, yang lain bilang kau harus meniru Tobio-kun, coba lakukan!" seru Atsumu.
"Semangat Hinata!" sahut Bokuto.
"Oh, oh! Aku masih mengingat kata-kata Kageyama saat itu!" Hinata menetralkan ekspresinya lalu mengerucutkan bibir. Hilang sudah raut jenaka pada pria berambut oranye itu. Hinata menekan rambutnya agar tampak serupa dengan rambut hitam Kageyama. "Aku lebih baik menerima semua receive, melakukan spike dan toss sendiri. Andai aku bisa."
"Wah ... Tobio-kun pernah berkata seperti itu?" gelak Atsumu. "Memang sifatnya, Tobio-kun sih."
"Dia memang rajanya lapangan!" balas Hinata tertawa.
Pandangan [Name] bergulir pada Bokuto yang sejak tadi kelihatan tidak seantusias biasanya. Pria berhelai dwiwarna itu asyik memantau komentar penonton. Keningnya kian berkerut seolah tidak mendapatkan apa yang ia cari. Beberapa mulai mengomentari keanehan Bokuto, bahkan sampai bertanya mengapa Bokuto tidak menimbrung dengan Hinata dan Atsumu yang tengah membahas kebiasaan Sakusa. [Name] juga memiliki pertanyaan yang sama.
Pada akhirnya, setelah melirik komentar berisi kekhawatiran tentang Bokuto, Atsumu bertanya. "Ada apa, Bokkun? Tidak biasanya pendiam begitu?"
Bokuto mencebik. "Aku tidak bisa menemukannya."
Hinata memiringkan kepala bingung. "Menemukan siapa, Bokuto-san?"
"[Name]." Bokuto menggulirkan ibu jarinya di atas layar ponsel, memperhatikan akun-akun yang hadir di live mereka dengan teliti. "Aku tidak bisa melihatnya."
[Name] mengulum seringai geli. Biasanya ia memang mengumumkan kehadirannya dengan memanggil nama Bokuto di kolom komentar, tapi siapa yang bisa menyalahkannya karena terlalu terpaku dengan rupa menggemaskan Bokuto untuk memikirkan hal lain.
"Kau mencariku?" tulisnya pada kolom komentar.
Perubahan ekspresi Bokuto yang langsung sumringah memancing tawa [Name]. "Ah, itu dia [Name]-ku. Senang akhirnya kau bisa bergabung dengan kami."
"Jadi, aku?" tulisnya lagi.
Bokuto tersenyum lebar, menumpukan wajah dengan kedua telapak tangan. Mata keemasannya memandang layar dengan lembut seolah yakin bahwa pandangan mereka akan bertemu. "Tentu saja dirimu, baby."
Atsumu mengerang mendengar nama panggilannya dari Bokuto. "Bokkun, berhentilah memamerkan kemesraan di depan kami."
Bokuto tertawa. "Kau hanya cemburu, Tsum-Tsum."

YOU ARE READING
Haikyu!! One Shots
FanficSekumpulan cerita mengenai dirimu yang menjadi pasangan para atlet voli di berbagai situasi