[Name] melipat kedua tangan di depan dada. Meski separuh atensinya tengah menyaksikan bagaimana alur cerita film nyaris mendekati klimaks, separuh yang lainnya berulang kali tersita pada Suna yang asyik menggulirkan ibu jari di layar ponsel.
Seharusnya malam ini adalah waktu bagi mereka berdua. Mereka telah mengatur untuk memiliki waktu berdua setidaknya dua minggu sekali untuk berbagi cerita atau sekadar meluangkan momen bersama untuk mengisi kuota kebutuhan satu sama lain. Namun, tampaknya sesuatu pada ponsel Suna jauh lebih menarik daripada film yang terputar di televisi maupun [Name] yang telah menunggu gestur afeksi dari sang pria.
"Kau seharusnya tidak perlu mampir kalau yang kau lakukan hanya menatap ponselmu, Rintarou," sindir [Name] mencibir. Kesabarannya telah diambang batas. Ia sudah menunggu selama setengah jam agar pria itu menyadari keberadaannya, tapi nihil.
Sebelah alis Suna terangkat. Pria itu menurunkan ponselnya. "Rintarou? Apa yang terjadi pada 'Rin' atau 'Sayang'?"
[Name] mendecak. "'Rin' atau 'Sayang' hanya untuk kekasihku."
Suna terkekeh rendah. Ia beringsut mendekati [Name], mengalungkan lengan di sekitar bahu sang hawa lalu mengecup singkat pipi gadisnya. "Ada apa ini? Sejak kapan status 'kekasih'ku dicabut tanpa izin?"
"Sejak kau memutuskan untuk mengabaikanku," dengus [Name] seraya mengedikkan bahu, menepis tangan Suna yang mengusap lengannya. "Kembali saja pada ponselmu yang sangat menarik itu. Entah apa yang kau lihat sampai lupa kalau seharusnya kita sedang kencan."
"Apa kau baru saja mengaku cemburu pada ponselku?" goda Suna menyeringai.
[Name] melirik tajam kekasihnya. "Apa kau baru saja mengaku kau mengabaikanku setengah jam terakhir?"
Suna tergelak geli, mengangkat kedua tangannya pertanda menyerah. Jika ada satu hal yang sangat tidak ingin ia lakukan adalah memancing amarah [Name], tetapi ia bersumpah kali ini memiliki alasan yang bagus sampai mengabaikan [Name] demi sesuatu di ponselnya.
"Baiklah, baiklah. Aku minta maaf." Suna menarik lembut tangan [Name] hingga gadis itu bersandar di dadanya. "Sebuah foto menarik muncul di linimasaku."
[Name] mendongak, mengamati wajah Suna. "Oh? Tumben sekali ada sesuatu yang menarik perhatianmu selain gosip terkini."
Suna mengulum senyum. "Yah, yang muncul adalah potret seorang gadis cantik. Mana bisa kulewatkan begitu saja."
[Name] membelalak. Mungkin jika ia berada di sebuah kartun, rahang bawahnya akan menyentuh lantai saking tercengangnya atas pernyataan Suna barusan. Jangan salah sangka, [Name] tidak menuduh pria itu berselingkuh secara 'pandangan'. Namun, Suna yang mengaku secara gamblang bahwa ia memelototi foto seorang gadis cantik sampai mengabaikannya adalah hal yang mengherankan.
"Kau apa, Rintarou?" hanya itu yang keluar dari bibir [Name] setelah beberapa menit.
"Status 'kekasih'ku masih dicabut, hm?" pertanyaan itu mengudara dengan nada ringan seolah-olah ia tidak mengakui sesuatu yang mencengangkan pada [Name] beberapa saat lalu.
"Akan selamanya dicabut kalau kau tidak menjelaskan apa maksudmu, Rintarou!"
"Hei, bukan salahku kalau fotonya muncul di beranda media sosialku," cetus Suna tanpa meninggikan suara. Jemarinya mencubit lembut pipi [Name] yang menggembung kesal, senyum tipis terulas tanpa sadar. "Siapa pula yang akan melewatkan gadis cantik. Melihat fotonya saja membuatku ingin menciumnya."
[Name] menjauh seakan air panas menciprat kulitnya. Tatapan matanya menajam, menghunjam Suna yang masih tampak santai dengan senyum tipis. Ia menampar tangan sang pria ketika Suna berniat untuk menggapainya, terlalu marah dan terkejut.
YOU ARE READING
Haikyu!! One Shots
FanfictionSekumpulan cerita mengenai dirimu yang menjadi pasangan para atlet voli di berbagai situasi