Hers - Iwaizumi Hajime

1K 139 16
                                    

Ia tergelak ketika Iwaizumi ditahan oleh Kindaichi dan Yahaba agar tidak melempar Oikawa dengan bola voli.

Penggemar Oikawa, tampaknya tahu kapan jam istirahat tim voli putra dan memutuskan untuk mengunjungi idola mereka. Masalahnya, ketika Oikawa mulai meladeni para penggemarnya, beberapa anggota melipir lantaran sikap agresif penggemar si kapten.

"Bawa penggemarmu keluar gimnasium, boke!"

Mengambil keputusan yang bijaksana, Oikawa menuntun agar semua penggemar yang ingin bicara dengannya harus berada di luar gimnasium. Meskipun sebagian besar alasan utamanya adalah Oikawa ingin menyelamatkan kepala dan wajahnya dari lemparan mematikan Iwaizumi. Setelah Oikawa dan semua penggemarnya keluar gimnasium, ia yakin mendengar desahan lega dari beberapa anggota yang sebelumnya tersingkir.

Ia mengulas senyum ketika Yahaba dan Kindaichi melepaskan Iwaizumi, mengawasi sang pria yang kini berjalan mendekatinya.

"Minum dulu," katanya sembari menyodorkan botol minum berisi air. "Kau masih punya tenaga untuk memarahi Oikawa setelah memukul begitu banyak bola?"

Iwaizumi mendengus. "Seseorang harus menegurnya atau kepalanya akan semakin besar."

Ia terkekeh pelan. Matanya mengamati Iwaizumi yang mengangkat bagian bawah bajunya untuk menyeka keringat di pelipis dan leher. Sadar bahwa sedang menjadi objek tatapannya, Iwaizumi menoleh dan menyeringai tipis.

"Suka dengan yang kau lihat?"

Ia mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Apa salahnya mengagumi kekasihku sendiri? Dan kau, Iwaizumi Hajime, pantas dikagumi setinggi-tingginya."

Iwaizumi tertawa kecil, menariknya mendekat hingga ia duduk di antara paha sang pria. Punggungnya beradu dengan dada Iwaizumi, tampak tak terpengaruh dengan keadaan gimnasium yang masih riuh oleh percakapan para anggota saat istirahat.

"Pasti ada yang kauinginkan kalau bermulut manis begini," tuding Iwaizumi seraya menyurukkan kepala di bahunya. "Katakan apa maumu?"

Belum sempat ia membuka mulut untuk menjawab Iwaizumi, suara lain yang sedikit nyaring menyela.

"Iwa-san." Seorang gadis datang menghampiri mereka berdua dengan sebuah kotak di tangan. "Aku melihatmu saat latihan tadi. Kau luar biasa sekali."

Iwaizumi mengangkat kepala, mengulas senyum sopan yang samar. "Terima kasih."

Senyumnya terkulum kala tangan Iwaizumi meremas pinggangnya gugup. Dibalik persona yang tampak selalu percaya diri dan tegas di berbagai kesempatan, Iwaizumi bisa berubah menjadi pria yang canggung jika berurusan dengan seorang gadis, terlebih jika ia tak mengenal gadis itu dengan baik.

Ia tidak keberatan, yakin cepat atau lambat gadis lain akan menyadari pesona Iwaizumi. Namun, anggapannya seketika lenyap ketika gadis yang baru datang itu langsung mendudukkan diri di samping Iwaizumi, bagai tak menyadari eksistensinya dalam dekapan sang pria.

"Sejujurnya aku sangat gugup bicara denganmu, Iwa-san," ungkap gadis itu terbata-bata. "Tapi aku ingin mengenalmu lebih dekat. Kau tahu, mungkin ada kemungkinan lain selain menjadi teman?"

Punggungnya menegang. Siapapun yang mendengar percakapan mereka pasti mengerti niat di balik ajakan gadis itu. Baik Iwaizumi maupun gadis itu tampaknya tak sadar bahwa mereka baru saja menjadi pusat perhatian anggota tim voli yang masih berada di gimnasium. Namun, kegelisahan dalam hatinya tak bertahan lama.

Iwaizumi mencondongkan tubuh untuk mencium belakang kepalanya, menatap lurus pada gadis yang duduk di samping mereka.

"Iwaizumi."

Gadis itu memiringkan kepala bingung. "Maksudmu?"

"Panggil saja Iwaizumi," tukas Iwaizumi tegas, kali ini senyuman di wajah telah luntur. "Dan tidak. Aku milik gadis ini. Jika kau ingin mengatakan sesuatu atau mengajakku pergi, kau harus meminta izinnya dulu."

Haikyu!! One ShotsWhere stories live. Discover now