Guard Dog - Iwaizumi Hajime

710 99 5
                                    

Akhir pekan memang paling cocok dihabiskan dengan orang-orang tersayang, pikir [Name].

Farmer's Market di dekat apartemen Iwaizumi ramai dengan banyak pengunjung. Sebagian besar adalah para orangtua yang membawa anaknya berbelanja, beberapa pasangan berumur yang tampaknya menikmati masa-masa muda, juga muda-mudi yang melihat-lihat kios dengan penuh minat. Tidak jarang, ia juga berpapasan dengan pasangan suami-istri yang berdiskusi tentang menu makanan hari ini, dalam hati berharap kalau ia dan Iwaizumi juga akan seperti itu suatu hari nanti.

Gaun musim panasnya yang mencapai lutut, menari mengikuti embusan angin pagi. Jika sebelumnya ia menggerutu tentang kebiasaan Iwaizumi yang selalu bangun sebelum pagi buta adalah hal yang menyebalkan, maka ia menarik ucapannya. Udara dan cahaya matahari pagi terasa menenangkan di kulitnya.

"Mau makan siang apa?" lengan seseorang merangkulnya dari belakang, diikuti dengan kecupan ringan pada pelipis.

[Name] berbalik, bertemu pandang dengan sang kekasih. "Kau yang memasak?"

Iwaizumi mendengus. "Tanpa bermaksud menyinggungmu, aku tidak ingin makan ramen atau pasta hari ini."

[Name] tergelak. Di antara sekian banyak keahliannya, memasak bukan salah satunya. Sejauh ini, usahanya untuk menghidangkan makanan lezat hanya sukses pada ramen dan berbagai jenis pasta bantuan saus tomat kalengan.

"Kalau begitu kau saja yang tentukan menunya." Sisi tubuhnya bersandar pada Iwaizumi, mengulum senyum kala pria itu menempatkan lengan di pinggulnya. "Aku tidak berani meminta yang aneh-aneh."

Iwaizumi mendecak. "Justru itu. Katakan saja apa yang mau kau santap hari ini. Selama bisa kulakukan, pasti kumasakkan."

"Mmm ..." matanya mencari sekeliling, mencari ide. Saat atensinya tertuju pada salah satu kios ia berujar, "Sesuatu dengan ayam terdengar luar biasa."

Iwaizumi mengikuti arah pandang [Name], tersenyum senang. "Pilihan bagus." Iwaizumi menunjuk kios yang jaraknya beberapa langkah dari tempat mereka berdiri. "Beli tomat yang bagus, biar aku yang membeli ayamnya."

"Hei, kita sedang kencan," [Name] mencebik, "Kenapa harus jalan terpisah?"

Iwaizumi terkekeh, mengusak puncak kepala [Name]. "Hanya beberapa menit, babe. Aku janji akan segera kembali."

[Name] masih mencebik.

"Oh, baiklah. Setelah makan siang, kau bisa makan es krim cokelatmu itu, bagaimana?" bujuk Iwaizumi.

[Name] tersenyum sumringah. Bagaimana tidak? Iwaizumi biasanya cukup ketat dengan apa yang ia konsumsi, menganggap bahwa terlalu sering makan es krim bukanlah sesuatu yang baik. Ia tidak protes saat Iwaizumi meninggalkannya, mengulum senyum ketika Iwaizumi tidak lupa mengecup puncak kepalanya singkat.

"Selamat pagi," sapa bibi penjual tomat itu ramah. "Aku melihatmu dengan kekasihmu tadi. Kalian sangat serasi."

[Name] menyembunyikan semu dengan tawa. "Ah, terima kasih." Ia memilah tomat yang kelihatan segar, menyerahkannya pada si bibi. "Aku membeli ini saja, Bi."

"Pilihan yang bagus, Nak." Bibi penjual tomat itu tersenyum lebar. Garis wajahnya yang kentara tidak menyurutkan aura bersemangat yang dipancarkan si bibi. "Kujamin, makan siangmu hari ini akan terasa dua kali lebih lezat."

"Aku harap juga begitu," tawanya sopan. "Kekasihku yang memasak hari ini. Ia lebih berbakat di dapur daripada aku."

"Ah, pemuda yang hebat, ya?"

"Aku tidak bisa membayangkan orang lain selain dirinya," akunya tersipu.

Bibi penjual tomat itu menepuk-nepuk tangannya lembut, masih tersenyum. "Kau mengingatkanku pada diriku sewaktu muda. Aku juga melihat suamiku dengan tatapan itu, kau tahu."

Haikyu!! One ShotsWhere stories live. Discover now