Setelah Kita memberikan ultimatum pada seluruh anggota tim voli—terutama untuk anggota inti—bahwa yang mendapatkan nilai merah tidak akan diikut sertakan pada pertandingan selanjutnya dan dipaksa untuk mengambil kelas musim panas guna memperbaiki nilai. Beberapa tampak tidak terpengaruh mengingat akademik mereka cukup seimbang dengan kegiatan klub, yang lainnya mencoba meratap nasib mengingat mereka nyaris tidak lulus pada ujian yang lalu.
Miya Atsumu langsung meminta Ginjima untuk belajar bersama, mengais ilmu yang tidak digubris selama trimester terakhir. Suna tidak ambil pusing, menolak ajakan Ginjima untuk menghabiskan akhir pekan di perpustakaan kota. Sedangkan Osamu memutuskan untuk mengajak kekasihnya untuk mengerjakan kumpulan soal pemberian Akagi bersama.
Osamu mengulum seringai mengingat bagaimana respons Atsumu yang berteriak tidak terima setelah ia menolak halus ajakan Ginjima dengan alasan ada janji dengan gadisnya.
"Memangnya ada yang mau belajar denganmu?" nada Atsumu terdengar bingung setengah mengejek, yakin bahwa si Bungsu hanya membual.
"Kalau kau lupa, [Name] kekasihku, bodoh." Osamu menyampirkan tas di bahu, melempar seringai sirat mencemooh ke arah si Sulung Miya. "Dan kalau kau belum paham, kekasihku itu menduduki peringkat sepuluh besar se-angkatan. Teman belajar yang keren, kan?"
"Dasar Samu sialan!"
"Jangan iri, Tsumu." Osamu melambaikan tangan tanpa menoleh, melangkah menuju kelasnya. "Kalau tidak senang, cari pasanganmu sendiri supaya ada yang menemani."
Pandangannya bergulir ke samping, diam-diam melirik gadisnya yang tengah mencoret-coret kertas dengan perhitungan rumit yang sulit diterka olehnya. Dalam hati Osamu memanjatkan pujian setinggi-tingginya pada sang hawa yang tetap kelihatan manis meski dengan kening mengerut lantaran kesal tidak mendapatkan jawaban yang ia inginkan.
"Ada sesuatu di wajahku?" [Name] menyadari bahwa dirinya sedang menjadi objek pengamatan pemuda berambut keabuan di sampingnya langsung mengangkat kepala.
Osamu tersenyum tipis kala matanya bertemu dengan mata gelap [Name] lalu menggeleng. "Hanya mengagumi."
[Name] tertawa kecil, menyelipkan rambutnya yang menutupi pandangan ke belakang telinga. Gadis itu menumpukan dagu pada kepalan tangan, memutar tubuh menghadap sang pria. "Tujuan kita ke perpustakaan untuk belajar, Samu, bukan untuk mengagumiku."
"Aku mulai muak dengan lembaran soal pemberian Akagi-senpai." Osamu mengangkat bahu acuh tak acuh, menyandarkan punggung di kursi. "Memandangimu lebih menarik."
Sebelah alis [Name] terangkat. "Dan sejak kapan kau pandai merayu?"
"Sejak mendapatkanmu, mungkin?"
[Name] terkekeh dengan pengakuan Osamu, menepuk punggung tangan sang pria yang terkulai di atas meja. Sejurus kemudian, ekspresi [Name] berubah. Gadis itu meringis dengan kening mengerut seakan menahan sakit.
Osamu langsung menahan tubuh [Name] yang nyaris membentur meja, mencengkeram lembut bahu sang hawa agar bisa melihat rupa gadisnya dengan lebih jelas. Kekhawatiran yang bersarang dalam dada kian menggelegak saat [Name] menggigit bibir seraya memejamkan mata kuat-kuat.
"[Name], Sayang. Kau baik-baik saja?" pertanyaan itu dilontarkan dengan nada mendesak. Osamu butuh tahu apa yang bisa ia lakukan untuk gadis itu.
[Name] terkekeh lemah, balas menggenggam tangan Osamu. "Aku baik-baik saja."
"Kau yakin?"
"Hanya kram datang bulan," ujar [Name] menenangkan. "Tidak apa-apa, Samu. Aku cuma perlu menunggu sebentar sampai sakitnya hilang."
YOU ARE READING
Haikyu!! One Shots
FanfictionSekumpulan cerita mengenai dirimu yang menjadi pasangan para atlet voli di berbagai situasi