Wrong Twin - Miya Osamu

675 104 4
                                    

Jika banyak orang yang berpikir bahwa memiliki saudara—apalagi kembar—adalah hal yang menyenangkan, maka Osamu berpendapat sebaliknya. Ia harus berbagi segalanya dengan si Sulung Kembar hampir seluruh hidupnya. Mainan, kamar, pakaian bahkan harus berbagi titel dan pujian. Osamu pikir setelah ia menapaki jalannya sendiri, akhirnya ia akan berhenti berbagi jalur dengan si Sulung. Namun, kenyataan tidak sedemikian mudah.

Dulu, mereka berinisiatif untuk mengecat rambut dengan warna pirang dan abu-abu untuk membedakan identitas. Namun, setelah memilih untuk menekuni bisnis onigirinya, Osamu merasa tidak lagi perlu untuk mengecat rambut sementara Atsumu masih suka dengan rambut pirangnya. Selain rambut, jika dilihat lebih teliti, mereka juga warna mata yang berbeda.

Meski begitu, tidak sekali dua kali orang lain salah menyangka bahwa Osamu adalah Atsumu, terutama jika ia sedang memakai topi. Tidak jarang, ia harus memberikan pengertian pada penggemar Atsumu bahwa ia adalah Osamu dan bukan atlet yang mereka idolakan. Cukup melelahkan, tapi ia ikut senang dengan ketenaran Atsumu sekarang.

Setidaknya Jepang mulai mengakui kemampuannya, batin Osamu.

Masalahnya, tidak cukup ia disalah sangka sebagai Atsumu, kesialan karena misidentitas ini berlanjut ke arah yang ... cukup menegangkan.

Di tengah hiruk pikuk akhir pekan, Osamu dan [Name] membelah keramaian seraya bergandengan tangan. Alasan klasiknya ingin berbagi kehangatan, tetapi mereka tidak bisa menipu siapapun dengan senyum yang diam-diam disembunyikan di balik syal. Alun-alun kota amat gemerlap dengan cahaya lampu yang berlomba-lomba memancarkan cahayanya. Aroma makanan yang gurih bercampur dengan manisnya jajanan pinggir jalan. Kencan kuliner ini adalah ide mereka setelah nyaris dua minggu tidak bertemu karena kesibukan satu sama lain.

"Mau makan apa dulu?" tanya Osamu pada [Name] yang memeluk lengannya. Sudut bibirnya tertarik samar mendapati puncak hidung [Name] yang memerah. "Cari yang hangat-hangat dulu ya?"

"Kita tidak bisa makan hotpot sambil berjalan, Samu," kilah [Name] menepis jemari Osamu yang menjawil hidungnya.

"Tidak ada yang bicara tentang hotpot, bodoh," kekeh Osamu. "Minuman hangat maksudku. Mau matcha atau cokelat?"

Osamu menuntun [Name] ke salah satu stan yang menjual minuman. Aroma manis yang menguar dari stan itu menarik mereka berdua untuk melipir sejenak. Ia melirik [Name] yang masih menimbang keputusannya di antara dua pilihan. Gadis itu sedikit berjinjit untuk melihat tampilan minuman.

"Kau mau yang mana?" [Name] bertanya balik seraya menyandarkan tubuhnya di dada sang pria. "Yang cokelat sudah pasti enak karena banyak yang suka, tapi aku juga ingin mencoba yang matcha."

"Beli keduanya saja," celetuk Osamu menyeringai lebar. Ia merangkul bahu [Name], menjaga gadis itu agar tidak jatuh seraya menumpukan dagu di puncak kepala gadisnya.

[Name] melirik tajam. "Tidak akan habis, Samu. Lagipula merepotkan jalan-jalan sambil memegang dua gelas."

Ia terkekeh, tidak merespons protes [Name]. Ibu jarinya mengusap punggung tangan [Name], berusaha menyalurkan hangat tubuhnya dengan gestur ringan. Gadis itu masih menggerutu dengan nada berbisik, tiap penggalan katanya menciptakan uap putih di depan bibir.

Hingga mereka mencapai antrean paling depan, Osamu langsung berkata. "Matcha dan cokelat ukuran besar."

[Name] tertegun, menoleh padanya. "Kau serius mau beli keduanya?"

Osamu mengangguk. "Pilih yang kau suka, aku akan minum yang lainnya."

"Kau yakin?" tanya [Name] memastikan. "Kau bisa memesan pilihanmu sendiri, Samu."

Haikyu!! One ShotsWhere stories live. Discover now