"Kami pulang dulu, Miya-san!"
Osamu mengangkat kepala, mengulas senyum pada karyawannya yang membungkukkan badan dari arah pintu. "Kerja bagus hari ini, semuanya."
"Kerja bagus hari ini," ujar karyawannya sembari membuka pintu. "Kalau begitu, sampai jumpa besok."
"Hati-hati di jalan," balas Osamu sembari melambaikan tangan.
Menjadi yang paling akhir tinggal di kedai adalah hal yang biasa untuk Osamu. Ia mengerjakan pembukuan dan laporan harian seorang diri. Bukannya tidak percaya dengan kinerja karyawannya, tapi Osamu merasa lebih yakin dan efisien jika ia melakukan pengecekan serta pemesanan stok bahan sendiri.
Hening menyelimuti kala Osamu sibuk dengan kalkulator, menghitung hasil penjualan di akhir pekan lalu mencatat bahan-bahan yang perlu dipesan dan diambil besok pagi. Detik jarum jam menggema di dalam kedai yang kosong, menjadi latar yang familiar untuk si Bungsu Miya. Akhir pekan selalu menjadi waktu yang sibuk baginya.
Kadangkala sang kekasih, [Name], akan datang untuk membantunya membenahi kedai setelah hari yang sibuk, tetapi malam ini gadisnya memberitahu kalau ia akan merayakan pertunangan temannya dengan minum-minum di izakaya. Osamu telah berpesan pada [Name] untuk minum secukupnya—mengingat toleransi alkohol gadisnya rendah, tapi ia ragu kalau gadis itu benar-benar mendengarkan. [Name] punya rekam jejak berlebihan saat minum.
Hanya tinggal menunggu waktu, batin Osamu sembari menutup buku laporannya.
Dalam kesunyian yang menenangkan, Osamu memasukkan buku-buku yang berkaitan dengan administrasi ke dalam laci di kantornya yang kecil. Ruangan itu tidak lebih dari tiga meter persegi, diisi oleh satu meja, satu kursi dan satu lemari. Ada papan gabus yang menggantung di dinding yang bertuliskan jadwal untuk para karyawannya.
Osamu berjengit ketika ponselnya berdering nyaring memecah hening. Meraih ponselnya di atas meja, sudut bibirnya tertarik lebih dalam kala melihat identitas penelepon pada layar.
Sudah kuduga. Ia menggulirkan ibu jari pada layar, kemudian menempelkan ponselnya di telinga. "Ada apa, [Name]?"
"Samu!" sahut [Name] dari seberang dengan nada antusias. "Coba tebak sekarang aku di mana?"
Osamu terkekeh sambil mengunci pintu. "Di izakaya bersama dengan temanmu?"
"Bukan." [Name] tertawa riang. Dari nada bicaranya Osamu tahu bahwa sang hawa tidak mengindahkan nasihat untuk minum secukupnya. Gadis itu mabuk.
"Lalu kau ada di mana?" tanya Osamu menghela napas panjang sembari mengeratkan mantel. Ia bisa melihat uap napasnya yang memutih, pertanda musim dingin akan tiba.
"Tidak tahu!" [Name] tertawa ringan.
Kening Osamu mengernyit. Kakinya berderap cepat meninggalkan kedai, berniat menghampiri [Name] di izakaya. "Lho, bukannya kau akan minum dengan temanmu untuk merayakan pertunangannya?"
"Betul." [Name] menyahut. "Ketika ia bicara tentang tunangannya, tiba-tiba saja aku jadi merindukanmu. Jadi aku berniat untuk menemuimu, tapi saat aku ingin ke kedai, aku juga lupa arah ke sana."
Osamu mengulum tawa. [Name] adalah gadis paling cermat yang pernah ia temui. Gadis yang bisa menghafal jadwalnya dengan baik, bahkan ingat dengan acara-acara yang Atsumu cetuskan tanpa pikir panjang saat mengobrol. Namun, sesaat setelah alkohol mengalir dalam pembuluh nadi, gadis itu akan meluruhkan seluruh pertahanan dirinya. Benar-benar mengkhawatirkan.
"Jadi, kau tersesat?" tanyanya jahil, tapi tidak memelankan laju langkah.
"Aku tidak tersesat, Samu," protes [Name] tidak terima. Dalam tiap kata yang terucap, tersisip gemetar yang tertahan. "Sungguh. Aku tidak tersesat. Aku hanya lupa harus ke mana karena aku sangat merindukanmu, tapi kau malah mengejekku begini."
YOU ARE READING
Haikyu!! One Shots
FanfictionSekumpulan cerita mengenai dirimu yang menjadi pasangan para atlet voli di berbagai situasi