"Kenapa belum tidur?"
"Selamat malam juga untukmu, Miya Atsumu." [Name] terkekeh mendengar Atsumu protes ketika ia menyebut nama lengkapnya. "Aku ingin menunggu kekasihku pulang dulu baru tidur."
Atsumu berdecak dari seberang telepon. "Kan sudah kubilang kalau aku akan pulang terlambat."
"Lalu kenapa kau meneleponku?" tanya [Name] bingung. "Kau tahu suara telepon akan membangunkanku, kan?"
"Aku ingin meninggalkan pesan suara." Suara Atsumu terdengar seolah pria itu tengah cemberut. "Siapa tahu saat kau bangun aku belum pulang, jadi kau tidak khawatir."
[Name] menghempaskan tubuhnya di sofa, meraih selimut yang terlipat di punggung furnitur kokoh itu lalu menyampirkan kain berbahan wol yang lembut ke atas pangkuannya. Meski baru akan memasuki musim semi, malam masih terasa menusuk tulang bagi dirinya yang sensitif dengan suhu dingin. Ekor matanya menangkap jam di dinding, menunjukkan bahwa waktu terlalu larut dan telah melewati jam tidur normalnya
"Menggemaskan sekali." [Name] mendengkut mendengar nada merajuk dari kekasihnya, mengulum senyum membayangkan bagaimana rupa si Sulung Miya saat ini. "Tapi kau tahu aku takkan bisa tidur kalau kau belum pulang, Tsumu. Jadi aku akan menunggumu dulu."
"Jangan menungguku," desak Atsumu. [Name] bersumpah ia bisa melihat Atsumu menggelengkan kepala tidak senang, bahkan saat pria itu tidak berada di depannya. "Sebentar lagi aku akan pulang, Samu mau mampir. Ada barang yang ketinggalan katanya."
[Name] mengubah posisi duduknya. "Mau kucarikan supaya Osamu tidak menunggu terlalu lama?"
"Sudah kubilang istirahat saja, babe," geram Atsumu setengah bercanda. "Kau sudah berakitvitas seharian ini. Biarkan tubuhmu istirahat, oke? Aku akan segera pulang, sekarang masih menunggu Samu menutup toko."
"Oke, aku akan menungggumu."
"Kau—" Atsumu menghela napas panjang, mengalah pada kekasihnya. "Terserah kau saja. Jangan lupa pakai selimut oke? Malam ini sangat dingin. Aku menyayangimu."
"Iya iya. Kau jadi mirip Ibuku, Tsumu," kekeh [Name].
"Katakan kembali."
"Katakan apa?" [Name] mengulum senyum. Tahu jelas apa yang dimaksud sang pria, tapi berniat mengerjainya.
"Aku menyayangimu, [Name]," Atsumu mengulangi ucapannya, kali ini lebih menuntut. "Sekarang katakan kembali."
[Name] terkekeh pelan. "Aku juga."
"Juga apa?" tanya Atsumu. Samar-samar [Name] bisa mendengar suara Osamu yang menyuruh Atsumu untuk memelankan suaranya. "Katakan padaku. Juga apa?"
"Aku juga menyayangimu, Tsumu." [Name] tertawa kala Atsumu mendengus penuh kemenangan dari seberang telepon. "Sekarang bantu kembaranmu biar pulangnya lebih cepat, oke?"
Setelah Atsumu berjanji ia akan segera pulang, sambungan telepon diputus. [Name] menggelengkan kepala sembari tertawa, masih belum terbiasa dengan tingkah menggemaskan sang pria meski telah menjalin hubungan selama dua tahun. Atsumu yang berada di lapangan atau di publik sangat jauh berbeda dengan Atsumu di balik ruang privasi mereka.
Suaranya mungkin masih lantang, mungkin pria itu masih kekanakkan. Namun, suara lantang Atsumu berisi pernyataan sayang, baik yang diucapkan maupun tidak. Sedikitpun [Name] tidak melihat sisi arogan yang sering ditunjukkan si setter, alih-alih mendapatkan sisi lucu dan loyalitas si Sulung Miya. Sudut hatinya merasa bangga karena Atsumu cukup nyaman untuk berbagi sisi karakternya yang jarang diketahui publik. Percayalah saat ia katakan, sisi Atsumu yang berada jauh dari pandangan publik sama berharganya dengan sebongkah batu berharga.

YOU ARE READING
Haikyu!! One Shots
FanfictionSekumpulan cerita mengenai dirimu yang menjadi pasangan para atlet voli di berbagai situasi